Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Kamis, 20 November 2025 |
KALBARONLINE.com – Kekhawatiran akan makin pudarnya minat generasi muda terhadap motif dan tradisi khas Kalimantan Barat mendorong sekelompok seniman Pontianak menggelar Pameran Swararupa bertajuk “Dekolonisasi Estetika Pesisir dan Rimba Kalbar”. Pameran ini berlangsung pada 20–24 November 2025 di Museum Kalimantan Barat.
Sebanyak 21 karya dari 12 seniman lokal dipamerkan, mulai dari lukisan, batik, hingga karya tiga dimensi. Teknik yang ditampilkan pun beragam, seperti multimedia, daur ulang barang bekas, printing, media tikar, hingga kanvas—menggambarkan cara baru seniman muda Kalbar menafsirkan motif Melayu dan Dayak dalam konteks kekinian.
Ketua Pelaksana, Deny Farid Yusman, menjelaskan bahwa tema dekolonisasi dipilih sebagai ajakan untuk kembali mengenali akar budaya Kalbar yang perlahan ditinggalkan generasi muda.
“Banyak budaya kita sudah ditinggalkan anak-anak. Kenapa dekolonisasi? Kita ingin mengajak untuk kembali lagi kepada aslinya kita. Tujuannya mengangkat dan mengedukasi bahwa kita punya banyak budaya dan tradisi,” ujarnya.
Selain karya visual, pameran Swararupa juga menghadirkan kolaborasi musik tradisi yang memperkuat atmosfer budaya Kalbar.
“Kita juga berkolaborasi dengan musik tradisi. Semoga kegiatan ini jadi potensi bagi kawan-kawan untuk memahami bahwa kita punya adat, punya tradisi. Jangan ditinggalkan, karena itu jati diri kita,” tambah Deny.
Apresiasi turut disampaikan oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 12 Kalimantan Barat, Juliadi. Ia menilai pameran ini berhasil menghadirkan perspektif baru dalam penguatan budaya lokal melalui perpaduan antara suara dan rupa.
“Kami mengapresiasi kegiatan ini. Pengusulnya, saudara Deny, kami fasilitasi melalui program fasilitasi kemajuan kebudayaan. Pameran ini menarik karena memadukan suara dan karya rupa yang mengangkat budaya pesisir khususnya Sambas serta budaya Melayu dan Dayak yang terlihat dari motif-motifnya,” kata Juliadi.
Ia juga menyebut seniman Kalbar tetap produktif meski menghadapi keterbatasan ruang dan anggaran.
“Saya kira seniman Kalbar cukup kreatif untuk tetap berkarya dalam kondisi apa pun. Ini patut diapresiasi,” ujarnya.
Pameran Swararupa diharapkan menjadi ruang edukasi sekaligus pengingat bahwa tradisi, motif, dan estetika lokal adalah identitas yang perlu dijaga lintas generasi—terutama di tengah gempuran budaya visual modern. (Lid)
KALBARONLINE.com – Kekhawatiran akan makin pudarnya minat generasi muda terhadap motif dan tradisi khas Kalimantan Barat mendorong sekelompok seniman Pontianak menggelar Pameran Swararupa bertajuk “Dekolonisasi Estetika Pesisir dan Rimba Kalbar”. Pameran ini berlangsung pada 20–24 November 2025 di Museum Kalimantan Barat.
Sebanyak 21 karya dari 12 seniman lokal dipamerkan, mulai dari lukisan, batik, hingga karya tiga dimensi. Teknik yang ditampilkan pun beragam, seperti multimedia, daur ulang barang bekas, printing, media tikar, hingga kanvas—menggambarkan cara baru seniman muda Kalbar menafsirkan motif Melayu dan Dayak dalam konteks kekinian.
Ketua Pelaksana, Deny Farid Yusman, menjelaskan bahwa tema dekolonisasi dipilih sebagai ajakan untuk kembali mengenali akar budaya Kalbar yang perlahan ditinggalkan generasi muda.
“Banyak budaya kita sudah ditinggalkan anak-anak. Kenapa dekolonisasi? Kita ingin mengajak untuk kembali lagi kepada aslinya kita. Tujuannya mengangkat dan mengedukasi bahwa kita punya banyak budaya dan tradisi,” ujarnya.
Selain karya visual, pameran Swararupa juga menghadirkan kolaborasi musik tradisi yang memperkuat atmosfer budaya Kalbar.
“Kita juga berkolaborasi dengan musik tradisi. Semoga kegiatan ini jadi potensi bagi kawan-kawan untuk memahami bahwa kita punya adat, punya tradisi. Jangan ditinggalkan, karena itu jati diri kita,” tambah Deny.
Apresiasi turut disampaikan oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 12 Kalimantan Barat, Juliadi. Ia menilai pameran ini berhasil menghadirkan perspektif baru dalam penguatan budaya lokal melalui perpaduan antara suara dan rupa.
“Kami mengapresiasi kegiatan ini. Pengusulnya, saudara Deny, kami fasilitasi melalui program fasilitasi kemajuan kebudayaan. Pameran ini menarik karena memadukan suara dan karya rupa yang mengangkat budaya pesisir khususnya Sambas serta budaya Melayu dan Dayak yang terlihat dari motif-motifnya,” kata Juliadi.
Ia juga menyebut seniman Kalbar tetap produktif meski menghadapi keterbatasan ruang dan anggaran.
“Saya kira seniman Kalbar cukup kreatif untuk tetap berkarya dalam kondisi apa pun. Ini patut diapresiasi,” ujarnya.
Pameran Swararupa diharapkan menjadi ruang edukasi sekaligus pengingat bahwa tradisi, motif, dan estetika lokal adalah identitas yang perlu dijaga lintas generasi—terutama di tengah gempuran budaya visual modern. (Lid)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini