Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 30 Juli 2020 |
Salah satu problem terbesar dalam perang melawan Covid-19 adalah informasi yang menyesatkan. Hoax yang disebarkan lewat kanal media sosial. Yang membuat media sosial semacam Facebook dan Youtube harus pontang-panting mencegah penyebaran hoax yang lebih luas.
Pada Mei lalu, Facebook dan Youtube harus berjibaku menghapus postingan video berdurasi 26 menit yang diberi judul “Plandemic”. Isi video itu menyebutkan, vaksin hanya melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan menggunakan masker hanya akan mengaktifkan virus corona. Meski sudah berupaya keras, tetap saja Plandemic sudah ditonton 7.1 juta kali, sebelum Facebook dan Youtube berhasil menyingkirkan dari platform mereka.
Kini masalah serupa muncul lagi. Ada postingan video, semacam live stream acara press conference yang diadakan sebuah kelompok yang menamakan diri Tea Party Patriots. Seperti dilaporkan CNBC, dalam video itu ada sekelompok orang berpakaian dokter, dan menyebut diri sebagai ‘Dokter Garda Depan Amerika”.
Para dokter itu mengatakan, obat anti malaria hydroxychloroquine bisa menyembuhkan Covid-19. Mereka juga mengatakan, tak perlu menggunakan masker untuk memperlambat penyebaran virus Corona. “Virus (Corona) ada obatnya, namanya hydroxychloroquine, zinc, and Zithromax. Sekarang tak perlu lagi memakai masker,” kata salah seorang dari mereka, seorang wanita.
Jelas-jelas mereka sedang membagikan informasi yang salah. Yang dikatakan oleh Lembaga Makanan dan Obat-obatan AS, sebagai tak efektif dalam mengobati Covid-19. Celakanya lagi, hoax ini dikategorikan sebagai hoax yang sangat ingin dipercaya oleh banyak orang. Karena itu, dalam waktu singkat, video ini sudah ditonton lebih dari 20 juta kali, hanya di Facebook saja.
Facebook, Youtube dan Twitter langsung bertindak cepat untuk menghapus video tersebut. Tapi memang butuh waktu untuk bisa melacak penyebaran video tersebut, dan menghapusnya dari platform. Belum lagi kalau ada yang mengubah sedikit, lalu memposting ulang.
Pihak Facebook, kepada laman TheVerge, mengatakan, butuh waktu beberapa jam untuk melacak dan menghapus konten video tersebut. Setiap orang (pengguna) yang bereaksi, berkomentar, atau membagikan konten video itu, akan melihat pesan yang mengarahkan mereka kepada informasi resmi dari pihak berwenang mengenai Covid-19. Sejak April hingga Juni kemarin, Facebook telah menghapus 7 juta konten di Facebook dan Instagram, karena melanggar kebijakan Facebook soal membagi informasi yang menyesatkan terkait Covid-19.
Begitu cepat menyebar dan ditonton hingga puluhan juta kali, tak lepas dari skala platform Facebook sendiri, yang punya miliaran pengguna di seluruh dunia. Yang di dalamnya ada aneka grup pengguna.
Ditambah lagi, kadang konten hoax tersebut dikomentari dan dibagikan pula oleh tokoh-tokoh berpengaruh. Dalam kasus video klaim obat malaria ampuh sebagai penyembuh Corona, ikut di-share pula oleh Donald Trump, Presiden AS, di akun Twitternya. Bahkan, Trump menegaskan kembali klaim obat malaria sebagai obat corona, pada sebuah acara press conference di saluran TV kabel. Ini yang membuat masalahnya tambah ruwet.
Tapi ngomong-ngomong, klaim obat malaria sebagai obat ampuh untuk membasmi Corona, pernah pula digaungkan di sini. Oleh pejabat tinggi negeri ini. Haduuh…sami mawon!
The post Facebook Pusing Menangani Video Konten Hoax Covid-19 Terbaru appeared first on KalbarOnline.com.
Salah satu problem terbesar dalam perang melawan Covid-19 adalah informasi yang menyesatkan. Hoax yang disebarkan lewat kanal media sosial. Yang membuat media sosial semacam Facebook dan Youtube harus pontang-panting mencegah penyebaran hoax yang lebih luas.
Pada Mei lalu, Facebook dan Youtube harus berjibaku menghapus postingan video berdurasi 26 menit yang diberi judul “Plandemic”. Isi video itu menyebutkan, vaksin hanya melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan menggunakan masker hanya akan mengaktifkan virus corona. Meski sudah berupaya keras, tetap saja Plandemic sudah ditonton 7.1 juta kali, sebelum Facebook dan Youtube berhasil menyingkirkan dari platform mereka.
Kini masalah serupa muncul lagi. Ada postingan video, semacam live stream acara press conference yang diadakan sebuah kelompok yang menamakan diri Tea Party Patriots. Seperti dilaporkan CNBC, dalam video itu ada sekelompok orang berpakaian dokter, dan menyebut diri sebagai ‘Dokter Garda Depan Amerika”.
Para dokter itu mengatakan, obat anti malaria hydroxychloroquine bisa menyembuhkan Covid-19. Mereka juga mengatakan, tak perlu menggunakan masker untuk memperlambat penyebaran virus Corona. “Virus (Corona) ada obatnya, namanya hydroxychloroquine, zinc, and Zithromax. Sekarang tak perlu lagi memakai masker,” kata salah seorang dari mereka, seorang wanita.
Jelas-jelas mereka sedang membagikan informasi yang salah. Yang dikatakan oleh Lembaga Makanan dan Obat-obatan AS, sebagai tak efektif dalam mengobati Covid-19. Celakanya lagi, hoax ini dikategorikan sebagai hoax yang sangat ingin dipercaya oleh banyak orang. Karena itu, dalam waktu singkat, video ini sudah ditonton lebih dari 20 juta kali, hanya di Facebook saja.
Facebook, Youtube dan Twitter langsung bertindak cepat untuk menghapus video tersebut. Tapi memang butuh waktu untuk bisa melacak penyebaran video tersebut, dan menghapusnya dari platform. Belum lagi kalau ada yang mengubah sedikit, lalu memposting ulang.
Pihak Facebook, kepada laman TheVerge, mengatakan, butuh waktu beberapa jam untuk melacak dan menghapus konten video tersebut. Setiap orang (pengguna) yang bereaksi, berkomentar, atau membagikan konten video itu, akan melihat pesan yang mengarahkan mereka kepada informasi resmi dari pihak berwenang mengenai Covid-19. Sejak April hingga Juni kemarin, Facebook telah menghapus 7 juta konten di Facebook dan Instagram, karena melanggar kebijakan Facebook soal membagi informasi yang menyesatkan terkait Covid-19.
Begitu cepat menyebar dan ditonton hingga puluhan juta kali, tak lepas dari skala platform Facebook sendiri, yang punya miliaran pengguna di seluruh dunia. Yang di dalamnya ada aneka grup pengguna.
Ditambah lagi, kadang konten hoax tersebut dikomentari dan dibagikan pula oleh tokoh-tokoh berpengaruh. Dalam kasus video klaim obat malaria ampuh sebagai penyembuh Corona, ikut di-share pula oleh Donald Trump, Presiden AS, di akun Twitternya. Bahkan, Trump menegaskan kembali klaim obat malaria sebagai obat corona, pada sebuah acara press conference di saluran TV kabel. Ini yang membuat masalahnya tambah ruwet.
Tapi ngomong-ngomong, klaim obat malaria sebagai obat ampuh untuk membasmi Corona, pernah pula digaungkan di sini. Oleh pejabat tinggi negeri ini. Haduuh…sami mawon!
The post Facebook Pusing Menangani Video Konten Hoax Covid-19 Terbaru appeared first on KalbarOnline.com.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini