Wali Kota Menjadi Keynote Speaker Seminar Penobatan Sultan IX
KalbarOnline, Pontianak – Wali Kota Pontianak, Sutarmidji menekankan pentingnya mempelajari sejarah di kalangan generasi muda. Sebab dengan menggali peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa menjadi pedoman untuk berperilaku di masa depan.
“Saya sebagai kepala daerah sedang membuat bagaimana generasi muda Pontianak lebih tahu tentang kondisi kota ini secara menyeluruh. Namun mungkin bagi mereka tidak menarik ketika mempelajari sejarah tetapi kita tetap berupaya mengenalkan dan membuka kembali wawasan generasi muda tentang sejarah Pontianak, minimal dari tahun 1771,” ujarnya saat menjadi keynote speaker atau pembicara pada Seminar Sehari dalam rangka Penobatan Sultan Pontianak IX di Gedung Rektorat Untan Pontianak, Sabtu (15/7).
Dikatakannya, generasi muda Pontianak sudah semestinya memahami tentang karakter kehidupan masyarakat Pontianak. Tentunya akar budaya menjadi bagian dari penelusuran lebih luas karakter masyarakat. Dalam setiap mengambil kebijakan, tidak bisa terlepas dari pemahaman karakter setempat. Hal itu bisa terbaca dari rangkaian perjalanan sejarah dari daerah tersebut.
“Saya setiap kebijakan, menganalisis karakter masyarakat kita dalam kaitan dengan kebijakan yang akan diambil. Bila tidak, program tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Ketika sudah temukan itu dan sudah pahami betul, maka program yang akan dijalankan akan berjalan dengan baik,” ungkap Sutarmidji.
Sebagai contoh, Wali Kota dua periode ini mengklaim hampir semua lahan milik masyarakat yang terkena pelebaran jalan tidak ada ganti rugi. Seperti jalan paralel di Sungai Raya Dalam dan pinggir Sungai Jawi. Padahal, apabila kedua ruas jalan itu dilakukan ganti rugi, paling tidak membutuhkan dana senilai Rp400 miliar.
“Uangnya dari mana, bangun jalannya saja tidak sampai Rp200 miliar. Tapi bisa kita lakukan karena masyarakatnya mau. Kuncinya, kita kenali dulu karakter masyarakatnya,” terangnya.
Berbicara tentang perekat pemersatu bangsa, orang nomor satu di Kota Pontianak ini menerangkan, Peristiwa Mandor bisa menjadi salah satu contoh perekat dan pemersatu dari berbagai etnis dan agama. Sebab, kata dia, puluhan ribu menjadi korban dari keganasan Jepang, di mana korban berasal dari segala etnis dan agama.
“Kita jangan hanya melihat dari peristiwa itu, tapi lihat siapa yang menjadi korban di mana tokoh-tokoh Kalbar secara keseluruhan,” tuturnya.
Untuk lebih mengenalkan di kalangan masyarakat, pihaknya sudah mulai mengabadikan nama-nama tokoh Kalbar. Satu diantaranya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Syarif Mohamad Alkadrie. Dipilihnya nama tokoh tersebut karena ada kisah menarik dibalik peristiwa ketika jenazah almarhum ditemukan setelah kurang lebih setahun lamanya sejak menjadi korban keganasan Jepang kala itu.
“Jenazahnya sudah sekian lama ditemukan kurang lebih setahun namun masih terlihat utuh. Konon katanya seperti baru meninggal,” katanya. (Fat/Jim Hms)
Comment