Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 11 Agustus 2017 |
KalbarOnline, Pontianak – Wakil Rektor Satu Universitas Tanjungpura, Aswandi mengatakan dirinya menyayangkan kalau setiap radikal yang terjadi selalu dikaitkan dengan agama Islam.
Belakangan ini hasil penelitian BNPT pada perguruan tinggi di 15 provinsi mengatakan kalau 39 persen mengatakan mahasiswa tertarik radikal, padahal menurut Aswandi kalau radikal itu tidaklah berkaitan dengan Islam.
“Akhir-akhir ini BNPT merilis hasil penelitiannya kalau 39 persen mahasiswa tertarik dengan radikal,” ujarnya.
Dirinya mengatakan kalau hasil temuan itu sah-sah saja dan kekerasan tidak juga berkaitan dengan agama.
Kembali dijelaskannya kalah radikal ini adalah sebuah haluan keras yang terbentuk pada mahasiswa namun.
Itu bisa saja terjadi karena pembinaan yang salah dan pengawasan yang lemah dari institusi kampusnya.
Selaku Wakil Rektor Untan, Aswandi tegaskan pihaknya akan terus memantau dan mengawasi setiap aktivitas dari kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa.
Karena tidak ditampikannya kalau radikal bisa saja muncul diakibatkan salah pembinaan seperti kekerasan pada saat ospek.
Selain itu, kampus juga harus mewaspadai kelompok-kelompok kecil yang selalu tertutup dengan yang lainnya.
Aswandi menegaskan kalau kampus memang rentan terhadap radikalisme, karena saat mahasiswa baru masuk dimana secara psikologis masih menggebu-gebu maka ingin tahu akan segala hal.
Ia menegaskan kembali untuk mencegah radikalisme di Untan, pihaknya mengadakan pembinaan seperti pendidikan karakter. (Fai)
KalbarOnline, Pontianak – Wakil Rektor Satu Universitas Tanjungpura, Aswandi mengatakan dirinya menyayangkan kalau setiap radikal yang terjadi selalu dikaitkan dengan agama Islam.
Belakangan ini hasil penelitian BNPT pada perguruan tinggi di 15 provinsi mengatakan kalau 39 persen mengatakan mahasiswa tertarik radikal, padahal menurut Aswandi kalau radikal itu tidaklah berkaitan dengan Islam.
“Akhir-akhir ini BNPT merilis hasil penelitiannya kalau 39 persen mahasiswa tertarik dengan radikal,” ujarnya.
Dirinya mengatakan kalau hasil temuan itu sah-sah saja dan kekerasan tidak juga berkaitan dengan agama.
Kembali dijelaskannya kalah radikal ini adalah sebuah haluan keras yang terbentuk pada mahasiswa namun.
Itu bisa saja terjadi karena pembinaan yang salah dan pengawasan yang lemah dari institusi kampusnya.
Selaku Wakil Rektor Untan, Aswandi tegaskan pihaknya akan terus memantau dan mengawasi setiap aktivitas dari kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa.
Karena tidak ditampikannya kalau radikal bisa saja muncul diakibatkan salah pembinaan seperti kekerasan pada saat ospek.
Selain itu, kampus juga harus mewaspadai kelompok-kelompok kecil yang selalu tertutup dengan yang lainnya.
Aswandi menegaskan kalau kampus memang rentan terhadap radikalisme, karena saat mahasiswa baru masuk dimana secara psikologis masih menggebu-gebu maka ingin tahu akan segala hal.
Ia menegaskan kembali untuk mencegah radikalisme di Untan, pihaknya mengadakan pembinaan seperti pendidikan karakter. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini