Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 13 Oktober 2017 |
KalbarOnline, Pontianak – Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kalbar, Achmad Husaini mengatakan bahwa perangkat untuk membuat kota menjadi Kota Layak Anak sudah dibuat oleh forum anak daerah.
Bahkan menurutnya instansi yang menangani pun sudah ada, kemudian ada juga yang dinamakan konsultasi antar lembaga. Dimana didalamnya boleh dilibatkan NGO, LSM termasuk KPAID.
Masalah di Kota Pontianak terutama masih berada di kategori Madya dan masih ditemukan anak-anak yang meminta-minta dijalanan serta Warkop.
Ia mengatakan untuk menuju Kota Layak Anak harus ada sinergi antar instansi dan LSM yang bergerak dibidang anak, sehingga ditemukan formulasi dalam penangannya.
Sejauh ini untuk di Pontianak ia tegaskan komunikasi itu masih tidak berjalan dengan baik sehingga berjalan sendiri-sendiri, sehingga hasilnya tidak maksimal.
“Ini sering tidak bertemu membahasnya. Saya rasa ini masih berjalan sendiri - sendiri. Kalau misalnya disamping itu perangkat yang rendah itu Kepala Desa atau Lurah. Harus mendata anak-anak yang sesuai kategorinya, misalnya terlantar atau anak-anak yang dikatakan menjadi anak dipinggir jalan. Nah kalo ini ada kan bisa dibina,” tukasnya seperti dilansir dari Pontianak.tribunnews.com.
Ia juga menjelaskan bahwa yang mempunyai tupoksi menangani ini dalam Undang-undang adalah Dinas Sosial. Bagaimana pola pembinaannya, dan apa yang harus dilakukan maka itu disebutnya adalah tugas bersama dalam merumuskannya.
“Tindaklanjutnya dengan tidak melepaskan hak dia, seperti harus selesai pendidikan dan semacam ada tempat pelatihan, itu harus dihidupkan kembali. Saya melihat belum ada hal seperti itu yang muncul. Mungkin koordinasi lemah dan berjalan sendiri - sendiri juga iya,” imbuhnya.
Guna mengentaskan masalah, Husaini menyebut, penyelenggara negara tidak bisa berjalan sendiri, dia harus kolektif kolegial.
“Ditingkat kota, ya ada Wali Kota, di tingkat provinsi ada Gubernur. Itukan namanya kolektif kolegial, dibawahnya harus saling berkomunikasi bukan sendiri-sendiri. Tingkat negara ya Presiden. Jika masih berjalan sendiri-sendiri maka jangan harap bisa sukses apa yang diinginkan," tuturnya.
Sebagai lembaga negara yang dimandatkan oleh Undang-undang KPAID sudah pasti siap mendukung, bahkan ia siap berada paling depan jika diajak.
“Secara hukum, eksekutif, legislatif dan yudikatif, dia harus terdepan. Kalau di tingkat kota maka Pemkotnyalah yang harus motor penggerak,” tandasnya. (Fai)
KalbarOnline, Pontianak – Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kalbar, Achmad Husaini mengatakan bahwa perangkat untuk membuat kota menjadi Kota Layak Anak sudah dibuat oleh forum anak daerah.
Bahkan menurutnya instansi yang menangani pun sudah ada, kemudian ada juga yang dinamakan konsultasi antar lembaga. Dimana didalamnya boleh dilibatkan NGO, LSM termasuk KPAID.
Masalah di Kota Pontianak terutama masih berada di kategori Madya dan masih ditemukan anak-anak yang meminta-minta dijalanan serta Warkop.
Ia mengatakan untuk menuju Kota Layak Anak harus ada sinergi antar instansi dan LSM yang bergerak dibidang anak, sehingga ditemukan formulasi dalam penangannya.
Sejauh ini untuk di Pontianak ia tegaskan komunikasi itu masih tidak berjalan dengan baik sehingga berjalan sendiri-sendiri, sehingga hasilnya tidak maksimal.
“Ini sering tidak bertemu membahasnya. Saya rasa ini masih berjalan sendiri - sendiri. Kalau misalnya disamping itu perangkat yang rendah itu Kepala Desa atau Lurah. Harus mendata anak-anak yang sesuai kategorinya, misalnya terlantar atau anak-anak yang dikatakan menjadi anak dipinggir jalan. Nah kalo ini ada kan bisa dibina,” tukasnya seperti dilansir dari Pontianak.tribunnews.com.
Ia juga menjelaskan bahwa yang mempunyai tupoksi menangani ini dalam Undang-undang adalah Dinas Sosial. Bagaimana pola pembinaannya, dan apa yang harus dilakukan maka itu disebutnya adalah tugas bersama dalam merumuskannya.
“Tindaklanjutnya dengan tidak melepaskan hak dia, seperti harus selesai pendidikan dan semacam ada tempat pelatihan, itu harus dihidupkan kembali. Saya melihat belum ada hal seperti itu yang muncul. Mungkin koordinasi lemah dan berjalan sendiri - sendiri juga iya,” imbuhnya.
Guna mengentaskan masalah, Husaini menyebut, penyelenggara negara tidak bisa berjalan sendiri, dia harus kolektif kolegial.
“Ditingkat kota, ya ada Wali Kota, di tingkat provinsi ada Gubernur. Itukan namanya kolektif kolegial, dibawahnya harus saling berkomunikasi bukan sendiri-sendiri. Tingkat negara ya Presiden. Jika masih berjalan sendiri-sendiri maka jangan harap bisa sukses apa yang diinginkan," tuturnya.
Sebagai lembaga negara yang dimandatkan oleh Undang-undang KPAID sudah pasti siap mendukung, bahkan ia siap berada paling depan jika diajak.
“Secara hukum, eksekutif, legislatif dan yudikatif, dia harus terdepan. Kalau di tingkat kota maka Pemkotnyalah yang harus motor penggerak,” tandasnya. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini