Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 29 Oktober 2018 |
KalbarOnline,
Pontianak – Pertemuan Maritime Border Patrol Coordinating Group (MBPCG)
yang ke-empat, antara Pasukan Polis Marin (PPM) dan Polisi Perairan dan Udara
Indonesia (Polairud) di wilayah Polda Kalimantan Barat mulai dilaksanakan pada
tanggal 28-31 Oktober 2018.
Nampak hadir pada pembukaan kegiatan, Ketua tim delegasi
mesyuarat CP Dato' Zainal Abidin bin Kasim, Timbalan Pengarah (Gerakan/PGA)
KDNKA (keselamatan dalam negeri dan ketentraman awam) beserta rombongan, Kabaharkam
Polri Komjen (Pol), Drs. Moechgiyarto, SH., M.Hum, Kakorpolairud Polri, Irjen
(Pol) Drs. M. Chairul Noor Alamsyah beserta rombongan, Kapolda Kalbar,
Wakapolda, Irwasda dan para pejabat utama Polda Kalbar serta para undangan.
Kegiatan diawali sambutan Kapolda Kalbar Irjen (Pol) Didi
Haryono, SH., MH, ia mengatakan ini merupakan suatu kebahagian diselenggarakan
acara ini di wilayah Kalbar dan tentunya selaku tuan rumah pihaknya akan
berupaya untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dalam penyelenggaraan
kegiatan ini.
Lebih lanjut Kapolda menjelaskan bahwa Indonesia adalah
negara kepulauan (archipelagic state) dan telah diakui oleh dunia
internasional, sehingga bidang maritim menjadi dominasi penting di Indonesia,
beberapa permasalahan khususnya kejahatan dibidang kelautan seperti (people
smuggling, illegal fisihing, illegal treading, terorism, drug smuggling) sering
terjadi diwilayah batas perairan Indonesia, hal ini menjadi trending issue dan dikuatkan dengan
dampak globalisasi yang menjadikan batas–batas negara menjadi borderless.
Wilayah perairan perbatasan Indonesia-Malaysia selama ini
masih menjadi perairan yang “angker” bagi para pelaut yang melintas,
dikarenakan masih adanya kejadian pencurian terhadap kapal-kapal niaga di
wilayah tersebut.
“Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi di wilayah Kalimantan
Barat yang mana secara geografis berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia,
juga lepas pantainya bisa menjangkau Laut Cina Selatan,” katanya.
Kapolda mengungkapkan beberapa patroli pengamanan wilayah
rawan pencurian diatas kapal yang dilakukan oleh Polair memang telah berhasil
menurunkan intensitas kejadian di wilayah tersebut, namun demi mewujudkan
keamanan perairan menuju “zero accident” Polairud melakukan kerjasama dengan
Polis Diraja Malaysia dalam kegiatan MBPCG (maritime border patrol coordinating
group) ini.
Ia berharap kegiatan ini dapat menghasilkan kesepakatan
kedua negara untuk semakin meningkatkan patroli perairan dalam memberantas
transnational crimes yang terjadi di perairan perbatasan dan memelihara
keamanan serta ketertiban di perairan perbatasan Indonesia-Malaysia.
Hal senada diucapkan Kabaharkan Polri Komjen (Pol) Drs.
Moechgiyarto, ia mengemukakan General Border Committee (GBC) Malindo merupakan
kerjasama pemerintah Indonesia dengan Malaysia terkait dengan masalah
perbatasan wilayah.
“Khusus kerjasama Kepolisian Malaysia dan Indonesia dalam
hal penanganan kejahatan lintas batas negara di wadahi dalam Joint Police
Cooperation Committee (JPCC),” katanya.
Selanjutnya, ditindaklanjuti dengan kegiatan Maritime Border
Patrol Coordinating Group (MBPCG), yang merupakan wujud kerjasama Kepolisian di
perbatasan perairan 2 (dua) negara antara Ditpolair Baharkam Polri dengan
Pasukan Polis Marin PDRM, dalam rangka kerjasama di perairan perbatasan dengan
tujuan untuk mencegah kejahatan lintas negara (trafficking in person,
terrorisme, people smuggling, narkotika, perdagangan senjata, dll.),
penyelundupan komoditi dan perikanan, pembajakan kapal dan search and rescue
(SAR).
Lebih jauh Kabaharkam Polri Komjen (Pol) Drs. Moechgiyarto
mengemukakan, selain mencegah kejahatan juga dilakukan pelatihan bersama,
antara lain pelatihan patroli, pemeriksaan dan penyergapan kapal, komunikasi,
penyelidikan dan penyidikan.
“MBPCG pertama kali dilaksanakan sejak tahun 2015 di kuala
lumpur, kemudian yang kedua di medan tahun 2016, ketiga dilaksanakan di penang
tahun 2017 dan kali ini yang keempat dilaksanakan di pontianak kalimantan
barat,” paparnya.
Pertemuan MBPCG dilakukan dari tahun ke tahun, dengan
kegiatan rendezvous, patroli terkoordinasi, information sharing, kunjungan
operasional, pelatihan bersama, pemantauan patroli udara di perbatasan dan
kerjasama penyelidikan dan penyidikan.
Lebih lanjut Kabaharkam Polri Komjen (Pol) Drs. Moechgiyarto
menambahkan, bahwa peserta MBPCG ke-4 selain Korpolairud Baharkam Polri juga
melibatkan beberapa Ditpolair Polda yang memiliki perbatasan, yaitu: Polda
Aceh, Sumut, Riau, Kepri, Kalbar dan Kaltara.
Pada kesempatan yang sama, Pengarah Keselamatan Dalam Negeri
dan Ketenteraman Awam (KDNKA) PDRM CP Dato' Zainal Abidin bin Kasim berharap
pertemuan ini dapat menyelesaikan masalah kejahatan lintas batas dari kedua
negara.
“Kerja sama ini diharapkan dapat menghasilkan produk yang
dapat menyelesaikan masalah kejahatan lintas batas negara atau transnational
crime,” ujarnya saat memberikan keterangan pers.
Datuk Zainal mengatakan bahwa kejahatan lintas batas negara
sedang marak terjadi. Pihaknya menemukan tiga kejahatan utama, yakni
perdagangan manusia, penyelundupan dan invasi nelayan asing.
“Kejahatan lintas batas yang paling banyak kami temukan
ialah perdagangan manusia, penyelundupan, dan invasi nelayan yang datangnya
bukan dari Indonesia dan Malaysia tetapi dari Vietnam, Kamboja, dan Cina,”
jelasnya.
Kasus kejahatan tersebut, sambung Datuk Zainal sangat
merugikan bagi kedua negara, baik Indonesia maupun Malaysia. Dalam setahun,
ujar Datuk Zainal negaranya merugi sebesar 6 juta Ringgit Malaysia akibat
invasi nelayan asing.
“Hal itu telah menyebabkan kerugian bagi kedua negara. Di
Malaysia saja kami merugi RM6 juta per tahun. Dari segi perairan Indonesia pasti
lebih banyak lagi,” jelasnya.
Datuk Zainal menambahkan kejahatan yang sama juga terjadi di
wilayah hutan. Terjadi perburuan hewan-hewan langka untuk dijadikan obat dan
makanan. Kerugiannya pun, lanjut Datuk Zainal ditaksir mencapai jutaan ringgit
pula.
Lebih lanjut, Datuk Zainal mengaku bersyukur atas kerja sama
kepolisian dari kedua negara. Kesamaan budaya dan bahasa disebutnya sebagai
kelebihan dari Indonesia dan Malaysia.
“Saya sebenarnya secara pribadi bersyukur karena budaya kita
yang sama. Bahasa kita pun hampir sama. Terdapat perbedaan sedikit, tetapi
tidak begitu sulit dipahami. Ini adalah kelebihan antara Indonesia dan
Malaysia,” tutupnya.
Sebagai informasi, MBPCG ke-4 ini dilaksanakan selama 2
(dua) hari dimulai dari tanggal 29 sampai dengan 30 Oktober 2018 dengan
kegiatan ‘pelatihan pemeriksaan dan penyergapan kapal (boarding exercise) oleh
tim khusus Polairud dengan Ungerin (unit gerakan marin) PPM (pasukan polis
marin) dengan materi latihan pembebasan kapal dari pembajak.
Kedua delegasi dari Polri dan PDRM dipimpin oleh perwira
tinggi berpangkat bintang tiga, dengan pelibatan delegasi Korpolairud Baharkam
Polri berjumlah 107 personel dan delegasi Pasukan Polis Marin (PPM) dan Pasukan
Gerakan Udara (PGU) PDRM berjumlah 85 personel, dan didukung kapal dan pesawat
Polairud 2 kapal klas b, 3 kapal klas c, 1 unit helikopter, 1 unit pesawat
udara cassa dan 2 unit sea-rider, sedangkan PPM /PGU menggunakan 2 unit kapal
dan 2 unit pesawat udara. (*/ian)
KalbarOnline,
Pontianak – Pertemuan Maritime Border Patrol Coordinating Group (MBPCG)
yang ke-empat, antara Pasukan Polis Marin (PPM) dan Polisi Perairan dan Udara
Indonesia (Polairud) di wilayah Polda Kalimantan Barat mulai dilaksanakan pada
tanggal 28-31 Oktober 2018.
Nampak hadir pada pembukaan kegiatan, Ketua tim delegasi
mesyuarat CP Dato' Zainal Abidin bin Kasim, Timbalan Pengarah (Gerakan/PGA)
KDNKA (keselamatan dalam negeri dan ketentraman awam) beserta rombongan, Kabaharkam
Polri Komjen (Pol), Drs. Moechgiyarto, SH., M.Hum, Kakorpolairud Polri, Irjen
(Pol) Drs. M. Chairul Noor Alamsyah beserta rombongan, Kapolda Kalbar,
Wakapolda, Irwasda dan para pejabat utama Polda Kalbar serta para undangan.
Kegiatan diawali sambutan Kapolda Kalbar Irjen (Pol) Didi
Haryono, SH., MH, ia mengatakan ini merupakan suatu kebahagian diselenggarakan
acara ini di wilayah Kalbar dan tentunya selaku tuan rumah pihaknya akan
berupaya untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dalam penyelenggaraan
kegiatan ini.
Lebih lanjut Kapolda menjelaskan bahwa Indonesia adalah
negara kepulauan (archipelagic state) dan telah diakui oleh dunia
internasional, sehingga bidang maritim menjadi dominasi penting di Indonesia,
beberapa permasalahan khususnya kejahatan dibidang kelautan seperti (people
smuggling, illegal fisihing, illegal treading, terorism, drug smuggling) sering
terjadi diwilayah batas perairan Indonesia, hal ini menjadi trending issue dan dikuatkan dengan
dampak globalisasi yang menjadikan batas–batas negara menjadi borderless.
Wilayah perairan perbatasan Indonesia-Malaysia selama ini
masih menjadi perairan yang “angker” bagi para pelaut yang melintas,
dikarenakan masih adanya kejadian pencurian terhadap kapal-kapal niaga di
wilayah tersebut.
“Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi di wilayah Kalimantan
Barat yang mana secara geografis berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia,
juga lepas pantainya bisa menjangkau Laut Cina Selatan,” katanya.
Kapolda mengungkapkan beberapa patroli pengamanan wilayah
rawan pencurian diatas kapal yang dilakukan oleh Polair memang telah berhasil
menurunkan intensitas kejadian di wilayah tersebut, namun demi mewujudkan
keamanan perairan menuju “zero accident” Polairud melakukan kerjasama dengan
Polis Diraja Malaysia dalam kegiatan MBPCG (maritime border patrol coordinating
group) ini.
Ia berharap kegiatan ini dapat menghasilkan kesepakatan
kedua negara untuk semakin meningkatkan patroli perairan dalam memberantas
transnational crimes yang terjadi di perairan perbatasan dan memelihara
keamanan serta ketertiban di perairan perbatasan Indonesia-Malaysia.
Hal senada diucapkan Kabaharkan Polri Komjen (Pol) Drs.
Moechgiyarto, ia mengemukakan General Border Committee (GBC) Malindo merupakan
kerjasama pemerintah Indonesia dengan Malaysia terkait dengan masalah
perbatasan wilayah.
“Khusus kerjasama Kepolisian Malaysia dan Indonesia dalam
hal penanganan kejahatan lintas batas negara di wadahi dalam Joint Police
Cooperation Committee (JPCC),” katanya.
Selanjutnya, ditindaklanjuti dengan kegiatan Maritime Border
Patrol Coordinating Group (MBPCG), yang merupakan wujud kerjasama Kepolisian di
perbatasan perairan 2 (dua) negara antara Ditpolair Baharkam Polri dengan
Pasukan Polis Marin PDRM, dalam rangka kerjasama di perairan perbatasan dengan
tujuan untuk mencegah kejahatan lintas negara (trafficking in person,
terrorisme, people smuggling, narkotika, perdagangan senjata, dll.),
penyelundupan komoditi dan perikanan, pembajakan kapal dan search and rescue
(SAR).
Lebih jauh Kabaharkam Polri Komjen (Pol) Drs. Moechgiyarto
mengemukakan, selain mencegah kejahatan juga dilakukan pelatihan bersama,
antara lain pelatihan patroli, pemeriksaan dan penyergapan kapal, komunikasi,
penyelidikan dan penyidikan.
“MBPCG pertama kali dilaksanakan sejak tahun 2015 di kuala
lumpur, kemudian yang kedua di medan tahun 2016, ketiga dilaksanakan di penang
tahun 2017 dan kali ini yang keempat dilaksanakan di pontianak kalimantan
barat,” paparnya.
Pertemuan MBPCG dilakukan dari tahun ke tahun, dengan
kegiatan rendezvous, patroli terkoordinasi, information sharing, kunjungan
operasional, pelatihan bersama, pemantauan patroli udara di perbatasan dan
kerjasama penyelidikan dan penyidikan.
Lebih lanjut Kabaharkam Polri Komjen (Pol) Drs. Moechgiyarto
menambahkan, bahwa peserta MBPCG ke-4 selain Korpolairud Baharkam Polri juga
melibatkan beberapa Ditpolair Polda yang memiliki perbatasan, yaitu: Polda
Aceh, Sumut, Riau, Kepri, Kalbar dan Kaltara.
Pada kesempatan yang sama, Pengarah Keselamatan Dalam Negeri
dan Ketenteraman Awam (KDNKA) PDRM CP Dato' Zainal Abidin bin Kasim berharap
pertemuan ini dapat menyelesaikan masalah kejahatan lintas batas dari kedua
negara.
“Kerja sama ini diharapkan dapat menghasilkan produk yang
dapat menyelesaikan masalah kejahatan lintas batas negara atau transnational
crime,” ujarnya saat memberikan keterangan pers.
Datuk Zainal mengatakan bahwa kejahatan lintas batas negara
sedang marak terjadi. Pihaknya menemukan tiga kejahatan utama, yakni
perdagangan manusia, penyelundupan dan invasi nelayan asing.
“Kejahatan lintas batas yang paling banyak kami temukan
ialah perdagangan manusia, penyelundupan, dan invasi nelayan yang datangnya
bukan dari Indonesia dan Malaysia tetapi dari Vietnam, Kamboja, dan Cina,”
jelasnya.
Kasus kejahatan tersebut, sambung Datuk Zainal sangat
merugikan bagi kedua negara, baik Indonesia maupun Malaysia. Dalam setahun,
ujar Datuk Zainal negaranya merugi sebesar 6 juta Ringgit Malaysia akibat
invasi nelayan asing.
“Hal itu telah menyebabkan kerugian bagi kedua negara. Di
Malaysia saja kami merugi RM6 juta per tahun. Dari segi perairan Indonesia pasti
lebih banyak lagi,” jelasnya.
Datuk Zainal menambahkan kejahatan yang sama juga terjadi di
wilayah hutan. Terjadi perburuan hewan-hewan langka untuk dijadikan obat dan
makanan. Kerugiannya pun, lanjut Datuk Zainal ditaksir mencapai jutaan ringgit
pula.
Lebih lanjut, Datuk Zainal mengaku bersyukur atas kerja sama
kepolisian dari kedua negara. Kesamaan budaya dan bahasa disebutnya sebagai
kelebihan dari Indonesia dan Malaysia.
“Saya sebenarnya secara pribadi bersyukur karena budaya kita
yang sama. Bahasa kita pun hampir sama. Terdapat perbedaan sedikit, tetapi
tidak begitu sulit dipahami. Ini adalah kelebihan antara Indonesia dan
Malaysia,” tutupnya.
Sebagai informasi, MBPCG ke-4 ini dilaksanakan selama 2
(dua) hari dimulai dari tanggal 29 sampai dengan 30 Oktober 2018 dengan
kegiatan ‘pelatihan pemeriksaan dan penyergapan kapal (boarding exercise) oleh
tim khusus Polairud dengan Ungerin (unit gerakan marin) PPM (pasukan polis
marin) dengan materi latihan pembebasan kapal dari pembajak.
Kedua delegasi dari Polri dan PDRM dipimpin oleh perwira
tinggi berpangkat bintang tiga, dengan pelibatan delegasi Korpolairud Baharkam
Polri berjumlah 107 personel dan delegasi Pasukan Polis Marin (PPM) dan Pasukan
Gerakan Udara (PGU) PDRM berjumlah 85 personel, dan didukung kapal dan pesawat
Polairud 2 kapal klas b, 3 kapal klas c, 1 unit helikopter, 1 unit pesawat
udara cassa dan 2 unit sea-rider, sedangkan PPM /PGU menggunakan 2 unit kapal
dan 2 unit pesawat udara. (*/ian)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini