Pontianak    

Kalbar Tuan Rumah MBPCG ke-4, PDRM-Polri Siap Memberantas Kejahatan Lintas Batas Negara

Oleh : Jauhari Fatria
Senin, 29 Oktober 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline,

Pontianak – Pertemuan Maritime Border Patrol Coordinating Group (MBPCG)

yang ke-empat, antara Pasukan Polis Marin (PPM) dan Polisi Perairan dan Udara

Indonesia (Polairud) di wilayah Polda Kalimantan Barat mulai dilaksanakan pada

tanggal 28-31 Oktober 2018.

Nampak hadir pada pembukaan kegiatan, Ketua tim delegasi

mesyuarat CP Dato' Zainal Abidin bin Kasim, Timbalan Pengarah (Gerakan/PGA)

KDNKA (keselamatan dalam negeri dan ketentraman awam) beserta rombongan, Kabaharkam

Polri Komjen (Pol), Drs. Moechgiyarto, SH., M.Hum, Kakorpolairud Polri, Irjen

(Pol) Drs. M. Chairul Noor Alamsyah beserta rombongan, Kapolda Kalbar,

Wakapolda, Irwasda dan para pejabat utama Polda Kalbar serta para undangan.

Kegiatan diawali sambutan Kapolda Kalbar Irjen (Pol) Didi

Haryono, SH., MH, ia mengatakan ini merupakan suatu kebahagian diselenggarakan

acara ini di wilayah Kalbar dan tentunya selaku tuan rumah pihaknya akan

berupaya untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dalam penyelenggaraan

kegiatan ini.

Lebih lanjut Kapolda menjelaskan bahwa Indonesia adalah

negara kepulauan (archipelagic state) dan telah diakui oleh dunia

internasional, sehingga bidang maritim menjadi dominasi penting di Indonesia,

beberapa permasalahan khususnya kejahatan dibidang kelautan seperti (people

smuggling, illegal fisihing, illegal treading, terorism, drug smuggling) sering

terjadi diwilayah batas perairan Indonesia, hal ini menjadi trending issue dan dikuatkan dengan

dampak globalisasi yang menjadikan batas–batas negara menjadi borderless.

​Wilayah perairan perbatasan Indonesia-Malaysia selama ini

masih menjadi perairan yang “angker” bagi para pelaut yang melintas,

dikarenakan masih adanya kejadian pencurian terhadap kapal-kapal niaga di

wilayah tersebut.

“Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi di wilayah Kalimantan

Barat yang mana secara geografis berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia,

juga lepas pantainya bisa menjangkau Laut Cina Selatan,” katanya.

Kapolda mengungkapkan beberapa patroli pengamanan wilayah

rawan pencurian diatas kapal yang dilakukan oleh Polair memang telah berhasil

menurunkan intensitas kejadian di wilayah tersebut, namun demi mewujudkan

keamanan perairan menuju “zero accident” Polairud melakukan kerjasama dengan

Polis Diraja Malaysia dalam kegiatan MBPCG (maritime border patrol coordinating

group) ini.

Ia berharap kegiatan ini dapat menghasilkan kesepakatan

kedua negara untuk semakin meningkatkan patroli perairan dalam memberantas

transnational crimes yang terjadi di perairan perbatasan dan memelihara

keamanan serta ketertiban di perairan perbatasan Indonesia-Malaysia.

Hal senada diucapkan Kabaharkan Polri Komjen (Pol) Drs.

Moechgiyarto, ia mengemukakan General Border Committee (GBC) Malindo merupakan

kerjasama pemerintah Indonesia dengan Malaysia terkait dengan masalah

perbatasan wilayah.

“Khusus kerjasama Kepolisian Malaysia dan Indonesia dalam

hal penanganan kejahatan lintas batas negara di wadahi dalam Joint Police

Cooperation Committee (JPCC),” katanya.

Selanjutnya, ditindaklanjuti dengan kegiatan Maritime Border

Patrol Coordinating Group (MBPCG), yang merupakan wujud kerjasama Kepolisian di

perbatasan perairan 2 (dua) negara antara Ditpolair Baharkam Polri dengan

Pasukan Polis Marin PDRM, dalam rangka kerjasama di perairan perbatasan dengan

tujuan untuk mencegah kejahatan lintas negara (trafficking in person,

terrorisme, people smuggling, narkotika, perdagangan senjata, dll.),

penyelundupan komoditi dan perikanan, pembajakan kapal dan search and rescue

(SAR).

Lebih jauh Kabaharkam Polri Komjen (Pol) Drs. Moechgiyarto

mengemukakan, selain mencegah kejahatan juga dilakukan pelatihan bersama,

antara lain pelatihan patroli, pemeriksaan dan penyergapan kapal, komunikasi,

penyelidikan dan penyidikan.

“MBPCG pertama kali dilaksanakan sejak tahun 2015 di kuala

lumpur, kemudian yang kedua di medan tahun 2016, ketiga dilaksanakan di penang

tahun 2017 dan kali ini yang keempat dilaksanakan di pontianak kalimantan

barat,” paparnya.

Pertemuan MBPCG dilakukan dari tahun ke tahun, dengan

kegiatan rendezvous, patroli terkoordinasi, information sharing, kunjungan

operasional, pelatihan bersama, pemantauan patroli udara di perbatasan dan

kerjasama penyelidikan dan penyidikan.

Lebih lanjut Kabaharkam Polri Komjen (Pol) Drs. Moechgiyarto

menambahkan, bahwa peserta MBPCG ke-4 selain Korpolairud Baharkam Polri juga

melibatkan beberapa Ditpolair Polda yang memiliki perbatasan, yaitu: Polda

Aceh, Sumut, Riau, Kepri, Kalbar dan Kaltara.

Pada kesempatan yang sama, Pengarah Keselamatan Dalam Negeri

dan Ketenteraman Awam (KDNKA) PDRM CP Dato' Zainal Abidin bin Kasim berharap

pertemuan ini dapat menyelesaikan masalah kejahatan lintas batas dari kedua

negara.

“Kerja sama ini diharapkan dapat menghasilkan produk yang

dapat menyelesaikan masalah kejahatan lintas batas negara atau transnational

crime,” ujarnya saat memberikan keterangan pers.

Datuk Zainal mengatakan bahwa kejahatan lintas batas negara

sedang marak terjadi. Pihaknya menemukan tiga kejahatan utama, yakni

perdagangan manusia, penyelundupan dan invasi nelayan asing.

“Kejahatan lintas batas yang paling banyak kami temukan

ialah perdagangan manusia, penyelundupan, dan invasi nelayan yang datangnya

bukan dari Indonesia dan Malaysia tetapi dari Vietnam, Kamboja, dan Cina,”

jelasnya.

Kasus kejahatan tersebut, sambung Datuk Zainal sangat

merugikan bagi kedua negara, baik Indonesia maupun Malaysia. Dalam setahun,

ujar Datuk Zainal negaranya merugi sebesar 6 juta Ringgit Malaysia akibat

invasi nelayan asing.

“Hal itu telah menyebabkan kerugian bagi kedua negara. Di

Malaysia saja kami merugi RM6 juta per tahun. Dari segi perairan Indonesia pasti

lebih banyak lagi,” jelasnya.

Datuk Zainal menambahkan kejahatan yang sama juga terjadi di

wilayah hutan. Terjadi perburuan hewan-hewan langka untuk dijadikan obat dan

makanan. Kerugiannya pun, lanjut Datuk Zainal ditaksir mencapai jutaan ringgit

pula.

Lebih lanjut, Datuk Zainal mengaku bersyukur atas kerja sama

kepolisian dari kedua negara. Kesamaan budaya dan bahasa disebutnya sebagai

kelebihan dari Indonesia dan Malaysia.

“Saya sebenarnya secara pribadi bersyukur karena budaya kita

yang sama. Bahasa kita pun hampir sama. Terdapat perbedaan sedikit, tetapi

tidak begitu sulit dipahami. Ini adalah kelebihan antara Indonesia dan

Malaysia,” tutupnya.

Sebagai informasi, MBPCG ke-4 ini dilaksanakan selama 2

(dua) hari dimulai dari tanggal 29 sampai dengan 30 Oktober 2018 dengan

kegiatan ‘pelatihan pemeriksaan dan penyergapan kapal (boarding exercise) oleh

tim khusus Polairud dengan Ungerin (unit gerakan marin) PPM (pasukan polis

marin) dengan materi latihan pembebasan kapal dari pembajak.

Kedua delegasi dari Polri dan PDRM dipimpin oleh perwira

tinggi berpangkat bintang tiga, dengan pelibatan delegasi Korpolairud Baharkam

Polri berjumlah 107 personel dan delegasi Pasukan Polis Marin (PPM) dan Pasukan

Gerakan Udara (PGU) PDRM berjumlah 85 personel, dan didukung kapal dan pesawat

Polairud 2 kapal klas b, 3 kapal klas c, 1 unit helikopter, 1 unit pesawat

udara cassa dan 2 unit sea-rider, sedangkan PPM /PGU menggunakan 2 unit kapal

dan 2 unit pesawat udara. (*/ian)

Artikel Selanjutnya
Harga TBS Tak Sesuai dan Dibatasi, Ratusan Petani Datangi DPRD Sekadau, Ini Tuntutannya
Senin, 29 Oktober 2018
Artikel Sebelumnya
Kapolda Kalbar Ajak Masyarakat Jadikan Bersepeda Gaya Hidup dan Sukseskan Pemilu Damai
Senin, 29 Oktober 2018

Berita terkait