Pontianak    

Porprov Kalbar XII, Perserosi Pontianak Duga Ada Upaya Politisasi

Oleh : Jauhari Fatria
Senin, 26 November 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

Tuding

panitia penyelenggara dan Pengprov cabor sepatu roda diskriminatif

KalbarOnline,

Pontianak – Pengurus Cabang Persatuan Olahraga

Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) Kota Pontianak menilai ada upaya

politisasi yang dilakukan Pengprov dan panitia penyelenggara cabang olahraga

sepatu roda di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XII Kalimantan Barat

tahun 2018.

Tak hanya itu, Perserosi Pontianak juga menilai

ada perlakuan diskriminatif yang diterima Perserosi Pontianak selama even akbar

itu berlangsung.

Hal ini diungkapkan Ketua Pengcab Perserosi

Pontianak, Edy Zaidar saat ditemui KalbarOnline menyusul dibatalkannya kelas PTP

10 ribu putra dan putri dari lima kelas yang dipertandingkan pada cabor sepatu

roda di ajang Porprov XII Kalimantan Barat tahun 2018, Minggu (25/11/2018).

“Pertama kita merasa dirugikan, kenapa PTP

10 ribu dibatalkan. Kalau alasan cuaca, lintasan sudah kering artinya tidak memungkinkan

untuk dibatalkan. Padahal ini salah satu kelas favorit kita untuk jadi juara. Ini

jelas salah panitia, dari pertama sudah banyak salahnya,” tegasnya.

“Diawal panitia buat peraturan hanya boleh

dua orang yang boleh tanding, tiba-tiba mendadak dirubah, lalu tidak boleh tanding.

Saya kecewa sekali, ini bukan kelas Porprov, tingkat kecamatan kali yang buat

acara ini,” keluhnya.

Edy menuturkan bahwa sejak awal menyarankan

agar KONI mengambil alih penyelenggaraan cabor sepatu roda, sebab ia menilai

Pengprov cabor sepatu roda masih bermasalah dan tidak profesional.

“Terbukti kan akhirnya, ribut-ribut

masing-masing kontingen kabupaten dan kota. Kasihan anak-anak atlet latihan

berbulan-bulan, tinggalkan sekolah, kami nih gunakan seleksi bukan main

comot-comot atlet. Kami minta KONI audit panitia penyelenggara ini, audit

semuanya. Apalagi mereka gunakan istilah mufakat-mufakat di pertandingan,

bayangkan tujuh kabupaten lawan satu kontingen. Kalau mufakat-mufakat itu di

teknikal meeting bukan di pertandingan, kalau seperti itu terus kita tidak bisa

tanding dan tak bisa maju,” tegasnya.

Edy menuding pihak-pihak terkait dalam

penyelenggaraan cabor sepatu roda di Porprov sengaja mempersulit Perserosi

Pontianak yang menjadi calon kuat juara umum di cabor ini.

“Dirugikan sekali kami, atlet kita ini

berharap sekali bisa bertanding. Ini ajang empat tahun sekali, bayangkan berapa

banyak ruginya waktu atlet, rusak. Bahkan kami ada bukti kuat kalau kami memang

dipolitisir dan sengaja dirugikan,” tegasnya.

Sebaiknya, kata dia, untuk mengobati sakit

hati atlet, digelar pertandingan ulang, KONI Provinsi, kata dia harus menggelar

ulang pertandingan.

“Tanding ulang, tak ada lain. KONI Provinsi

buat acara sendiri, kita gelar secara fair. Jangan Pengcab yang lain mengalah

dan takut, itu bukan ksatria. Sebenarnya kita tahu kalau kita diminta mengalah

hanya saja pengcab kabupaten lain malu mengakui,” tegasnya lagi.

“Kami optimis di setiap nomor kami mampu

meraih setiap emas dan perak, kami borong habis, optimis kami,” sambungnya.

Diakui Edy, keoptimisan tersebut lantaran

pihaknya sudah mempersiapkan atlet jauh hari sebelum Porprov digelar.

“Kami persiapan jauh hari, berbulan-bulan

kami siapkan atlet ini. Mulai dari seleksi atlet, latihan dan sebagainya. Makanya

kami optimis, tidak sembarangan. Anak-anak ini sudah korbankan sekolahnya dan

sekolah mendukung, mereka juga tidak dapat uang dari sini, hanya cari

kebanggaan bisa bertanding,” tegasnya lagi.

Edy juga menuturkan upaya hukum yang akan

dilakukan Pengcab Perserosi Pontianak yakni meminta KONI Kota Pontianak untuk

melakukan follow up langsung ke KONI

Provinsi Kalbar untuk mengambil tindakan kepada pengurus provinsi cabor sepatu

roda dan panitia penyelenggara.

“Kami serahkan kepada KONI Pontianak yang

mengurus, karena kita menghormati KONI Pontianak sebagai induk pengurus kita

dan sebagai yang mendaftarkan kita. Yang pasti kami minta Pengprov cabor sepatu

roda dan panitia penyelenggara cabor sepatu roda di Porprov dilakukan audit,

mulai dari administrasi atlet seperti mutasi atlet dimana banyak atlet Kota

Pontianak ini dibeli kontingen kabupaten lain. Kami juga menilai banyak

kejanggalan-kejanggalan, sedari awal kontingen Pontianak ini diusahakan supaya

tidak ikut serta, karena kami kuat,” tegasnya lagi.

Sementara salah seorang official Pengcab

Perserosi Pontianak, Indra Putra menyesalkan dan mengaku kecewa berat lantaran

dibatalkannya kelas PTP 10 ribu.

“Kemarin pagi memang hujan, lalu kita

musyawarah dengan Pengcab kabupaten lain dan seluruh panitia. Awalnya semuanya

sepakat pertandingan akan dilaksanakan kalau keadaan sudah aman, lintasan sudah

kering. Kita dari kontingen Pontianak juga bantu bersih-bersih lintasan,”

tukasnya.

Indra Putra menilai ada kesepahaman antara

kontingen-kontingen lainnya agar kelas PTP 10 ribu tidak terlaksana.

“Kita kan hanya satu suara melawan tujuh

suara dari Pengcab lain. Jadi kalaupun Pontianak siap sementara yang Pengcab

kabupaten lain tidak siap bertanding, akhirnya kalaupun dipertandingkan jadi

eksibisi percuma, tentu atlet kita kecewa,” ujarnya.

“Karena atlet kita ini latihan sudah

bertahun-tahun bukan sehari dua hari, mempersiapkan Porprov, mereka ikut

seleksi bahkan mengorbankan sekolah tapi karena sudah seperti itu, kami dari

official terima tapi orang tua dan atlet itu sendiri tentu kecewa, karena tidak

selayaknya dibatalkan apalagi kita lihat kondisi lintasan sekarang sudah

kembali normal lagi. Tapi memang keikutsertaan kami dari kontingen Pontianak

sedari awal sudah dicoba untuk dihalang-halangi,” tuturnya.

Menurutnya hal ini menjadi tamparan keras

bagi Pengprov cabor sepatu roda yang sebenarnya sudah berjalan lama. Menurutnya

sepatu roda merupakan olahraga yang sangat terukur.

“Potensinya besar, bahkan hanya potensi

prestasi, potensi industrinya juga sangat besar. Sayang kalau olahraga ini

terbengkalai karena pengurusnya,” tandasnya.

Senada dengan Edy Zaidar, Indra Putra turut

menyampaikan optimismenya bahwa kelas pertandingan yang dibatalkan tersebut

jika dilanjutkan akan menjadi milik Perserosi Pontianak.

“Kami bukannya sombong, tapi kalau kelas

ini dilanjutkan, kami yakin dua emas putra dan putri jadi milik kami. Kami dari

Kota Pontianak tetap kecewa dengan keputusan panitia dan kesepahaman Pengcab

kabupaten lain,” tegasnya.

Sementara salah seorang atlet sepatu roda

Pontianak, Rangga Pratama turut mengaku kecewa dengan keputusan panitia

lantaran Rangga merasa sudah sangat banyak mengorbankan waktu.

“Sangat kecewa, waktu sekolah saya

korbankan, tahunya di hari pelaksanaan malah seperti ini. Tapi kembali lagi,

kami tetap menghormati apa yang diinstruksikan oleh pelatih kami,” pungkasnya. (Fat)

Artikel Selanjutnya
Final Sepak Bola Wanita di Gala Desa Sekadau Berlangsung Sengit
Senin, 26 November 2018
Artikel Sebelumnya
KONI Pontianak Nilai Penyelenggaraan Cabor Sepatu Roda di Porprov Kalbar XII ‘Gagal’
Senin, 26 November 2018

Berita terkait