Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 26 November 2018 |
Tuding
panitia penyelenggara dan Pengprov cabor sepatu roda diskriminatif
KalbarOnline,
Pontianak – Pengurus Cabang Persatuan Olahraga
Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) Kota Pontianak menilai ada upaya
politisasi yang dilakukan Pengprov dan panitia penyelenggara cabang olahraga
sepatu roda di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XII Kalimantan Barat
tahun 2018.
Tak hanya itu, Perserosi Pontianak juga menilai
ada perlakuan diskriminatif yang diterima Perserosi Pontianak selama even akbar
itu berlangsung.
Hal ini diungkapkan Ketua Pengcab Perserosi
Pontianak, Edy Zaidar saat ditemui KalbarOnline menyusul dibatalkannya kelas PTP
10 ribu putra dan putri dari lima kelas yang dipertandingkan pada cabor sepatu
roda di ajang Porprov XII Kalimantan Barat tahun 2018, Minggu (25/11/2018).
“Pertama kita merasa dirugikan, kenapa PTP
10 ribu dibatalkan. Kalau alasan cuaca, lintasan sudah kering artinya tidak memungkinkan
untuk dibatalkan. Padahal ini salah satu kelas favorit kita untuk jadi juara. Ini
jelas salah panitia, dari pertama sudah banyak salahnya,” tegasnya.
“Diawal panitia buat peraturan hanya boleh
dua orang yang boleh tanding, tiba-tiba mendadak dirubah, lalu tidak boleh tanding.
Saya kecewa sekali, ini bukan kelas Porprov, tingkat kecamatan kali yang buat
acara ini,” keluhnya.
Edy menuturkan bahwa sejak awal menyarankan
agar KONI mengambil alih penyelenggaraan cabor sepatu roda, sebab ia menilai
Pengprov cabor sepatu roda masih bermasalah dan tidak profesional.
“Terbukti kan akhirnya, ribut-ribut
masing-masing kontingen kabupaten dan kota. Kasihan anak-anak atlet latihan
berbulan-bulan, tinggalkan sekolah, kami nih gunakan seleksi bukan main
comot-comot atlet. Kami minta KONI audit panitia penyelenggara ini, audit
semuanya. Apalagi mereka gunakan istilah mufakat-mufakat di pertandingan,
bayangkan tujuh kabupaten lawan satu kontingen. Kalau mufakat-mufakat itu di
teknikal meeting bukan di pertandingan, kalau seperti itu terus kita tidak bisa
tanding dan tak bisa maju,” tegasnya.
Edy menuding pihak-pihak terkait dalam
penyelenggaraan cabor sepatu roda di Porprov sengaja mempersulit Perserosi
Pontianak yang menjadi calon kuat juara umum di cabor ini.
“Dirugikan sekali kami, atlet kita ini
berharap sekali bisa bertanding. Ini ajang empat tahun sekali, bayangkan berapa
banyak ruginya waktu atlet, rusak. Bahkan kami ada bukti kuat kalau kami memang
dipolitisir dan sengaja dirugikan,” tegasnya.
Sebaiknya, kata dia, untuk mengobati sakit
hati atlet, digelar pertandingan ulang, KONI Provinsi, kata dia harus menggelar
ulang pertandingan.
“Tanding ulang, tak ada lain. KONI Provinsi
buat acara sendiri, kita gelar secara fair. Jangan Pengcab yang lain mengalah
dan takut, itu bukan ksatria. Sebenarnya kita tahu kalau kita diminta mengalah
hanya saja pengcab kabupaten lain malu mengakui,” tegasnya lagi.
“Kami optimis di setiap nomor kami mampu
meraih setiap emas dan perak, kami borong habis, optimis kami,” sambungnya.
Diakui Edy, keoptimisan tersebut lantaran
pihaknya sudah mempersiapkan atlet jauh hari sebelum Porprov digelar.
“Kami persiapan jauh hari, berbulan-bulan
kami siapkan atlet ini. Mulai dari seleksi atlet, latihan dan sebagainya. Makanya
kami optimis, tidak sembarangan. Anak-anak ini sudah korbankan sekolahnya dan
sekolah mendukung, mereka juga tidak dapat uang dari sini, hanya cari
kebanggaan bisa bertanding,” tegasnya lagi.
Edy juga menuturkan upaya hukum yang akan
dilakukan Pengcab Perserosi Pontianak yakni meminta KONI Kota Pontianak untuk
melakukan follow up langsung ke KONI
Provinsi Kalbar untuk mengambil tindakan kepada pengurus provinsi cabor sepatu
roda dan panitia penyelenggara.
“Kami serahkan kepada KONI Pontianak yang
mengurus, karena kita menghormati KONI Pontianak sebagai induk pengurus kita
dan sebagai yang mendaftarkan kita. Yang pasti kami minta Pengprov cabor sepatu
roda dan panitia penyelenggara cabor sepatu roda di Porprov dilakukan audit,
mulai dari administrasi atlet seperti mutasi atlet dimana banyak atlet Kota
Pontianak ini dibeli kontingen kabupaten lain. Kami juga menilai banyak
kejanggalan-kejanggalan, sedari awal kontingen Pontianak ini diusahakan supaya
tidak ikut serta, karena kami kuat,” tegasnya lagi.
Sementara salah seorang official Pengcab
Perserosi Pontianak, Indra Putra menyesalkan dan mengaku kecewa berat lantaran
dibatalkannya kelas PTP 10 ribu.
“Kemarin pagi memang hujan, lalu kita
musyawarah dengan Pengcab kabupaten lain dan seluruh panitia. Awalnya semuanya
sepakat pertandingan akan dilaksanakan kalau keadaan sudah aman, lintasan sudah
kering. Kita dari kontingen Pontianak juga bantu bersih-bersih lintasan,”
tukasnya.
Indra Putra menilai ada kesepahaman antara
kontingen-kontingen lainnya agar kelas PTP 10 ribu tidak terlaksana.
“Kita kan hanya satu suara melawan tujuh
suara dari Pengcab lain. Jadi kalaupun Pontianak siap sementara yang Pengcab
kabupaten lain tidak siap bertanding, akhirnya kalaupun dipertandingkan jadi
eksibisi percuma, tentu atlet kita kecewa,” ujarnya.
“Karena atlet kita ini latihan sudah
bertahun-tahun bukan sehari dua hari, mempersiapkan Porprov, mereka ikut
seleksi bahkan mengorbankan sekolah tapi karena sudah seperti itu, kami dari
official terima tapi orang tua dan atlet itu sendiri tentu kecewa, karena tidak
selayaknya dibatalkan apalagi kita lihat kondisi lintasan sekarang sudah
kembali normal lagi. Tapi memang keikutsertaan kami dari kontingen Pontianak
sedari awal sudah dicoba untuk dihalang-halangi,” tuturnya.
Menurutnya hal ini menjadi tamparan keras
bagi Pengprov cabor sepatu roda yang sebenarnya sudah berjalan lama. Menurutnya
sepatu roda merupakan olahraga yang sangat terukur.
“Potensinya besar, bahkan hanya potensi
prestasi, potensi industrinya juga sangat besar. Sayang kalau olahraga ini
terbengkalai karena pengurusnya,” tandasnya.
Senada dengan Edy Zaidar, Indra Putra turut
menyampaikan optimismenya bahwa kelas pertandingan yang dibatalkan tersebut
jika dilanjutkan akan menjadi milik Perserosi Pontianak.
“Kami bukannya sombong, tapi kalau kelas
ini dilanjutkan, kami yakin dua emas putra dan putri jadi milik kami. Kami dari
Kota Pontianak tetap kecewa dengan keputusan panitia dan kesepahaman Pengcab
kabupaten lain,” tegasnya.
Sementara salah seorang atlet sepatu roda
Pontianak, Rangga Pratama turut mengaku kecewa dengan keputusan panitia
lantaran Rangga merasa sudah sangat banyak mengorbankan waktu.
“Sangat kecewa, waktu sekolah saya
korbankan, tahunya di hari pelaksanaan malah seperti ini. Tapi kembali lagi,
kami tetap menghormati apa yang diinstruksikan oleh pelatih kami,” pungkasnya. (Fat)
Tuding
panitia penyelenggara dan Pengprov cabor sepatu roda diskriminatif
KalbarOnline,
Pontianak – Pengurus Cabang Persatuan Olahraga
Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) Kota Pontianak menilai ada upaya
politisasi yang dilakukan Pengprov dan panitia penyelenggara cabang olahraga
sepatu roda di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XII Kalimantan Barat
tahun 2018.
Tak hanya itu, Perserosi Pontianak juga menilai
ada perlakuan diskriminatif yang diterima Perserosi Pontianak selama even akbar
itu berlangsung.
Hal ini diungkapkan Ketua Pengcab Perserosi
Pontianak, Edy Zaidar saat ditemui KalbarOnline menyusul dibatalkannya kelas PTP
10 ribu putra dan putri dari lima kelas yang dipertandingkan pada cabor sepatu
roda di ajang Porprov XII Kalimantan Barat tahun 2018, Minggu (25/11/2018).
“Pertama kita merasa dirugikan, kenapa PTP
10 ribu dibatalkan. Kalau alasan cuaca, lintasan sudah kering artinya tidak memungkinkan
untuk dibatalkan. Padahal ini salah satu kelas favorit kita untuk jadi juara. Ini
jelas salah panitia, dari pertama sudah banyak salahnya,” tegasnya.
“Diawal panitia buat peraturan hanya boleh
dua orang yang boleh tanding, tiba-tiba mendadak dirubah, lalu tidak boleh tanding.
Saya kecewa sekali, ini bukan kelas Porprov, tingkat kecamatan kali yang buat
acara ini,” keluhnya.
Edy menuturkan bahwa sejak awal menyarankan
agar KONI mengambil alih penyelenggaraan cabor sepatu roda, sebab ia menilai
Pengprov cabor sepatu roda masih bermasalah dan tidak profesional.
“Terbukti kan akhirnya, ribut-ribut
masing-masing kontingen kabupaten dan kota. Kasihan anak-anak atlet latihan
berbulan-bulan, tinggalkan sekolah, kami nih gunakan seleksi bukan main
comot-comot atlet. Kami minta KONI audit panitia penyelenggara ini, audit
semuanya. Apalagi mereka gunakan istilah mufakat-mufakat di pertandingan,
bayangkan tujuh kabupaten lawan satu kontingen. Kalau mufakat-mufakat itu di
teknikal meeting bukan di pertandingan, kalau seperti itu terus kita tidak bisa
tanding dan tak bisa maju,” tegasnya.
Edy menuding pihak-pihak terkait dalam
penyelenggaraan cabor sepatu roda di Porprov sengaja mempersulit Perserosi
Pontianak yang menjadi calon kuat juara umum di cabor ini.
“Dirugikan sekali kami, atlet kita ini
berharap sekali bisa bertanding. Ini ajang empat tahun sekali, bayangkan berapa
banyak ruginya waktu atlet, rusak. Bahkan kami ada bukti kuat kalau kami memang
dipolitisir dan sengaja dirugikan,” tegasnya.
Sebaiknya, kata dia, untuk mengobati sakit
hati atlet, digelar pertandingan ulang, KONI Provinsi, kata dia harus menggelar
ulang pertandingan.
“Tanding ulang, tak ada lain. KONI Provinsi
buat acara sendiri, kita gelar secara fair. Jangan Pengcab yang lain mengalah
dan takut, itu bukan ksatria. Sebenarnya kita tahu kalau kita diminta mengalah
hanya saja pengcab kabupaten lain malu mengakui,” tegasnya lagi.
“Kami optimis di setiap nomor kami mampu
meraih setiap emas dan perak, kami borong habis, optimis kami,” sambungnya.
Diakui Edy, keoptimisan tersebut lantaran
pihaknya sudah mempersiapkan atlet jauh hari sebelum Porprov digelar.
“Kami persiapan jauh hari, berbulan-bulan
kami siapkan atlet ini. Mulai dari seleksi atlet, latihan dan sebagainya. Makanya
kami optimis, tidak sembarangan. Anak-anak ini sudah korbankan sekolahnya dan
sekolah mendukung, mereka juga tidak dapat uang dari sini, hanya cari
kebanggaan bisa bertanding,” tegasnya lagi.
Edy juga menuturkan upaya hukum yang akan
dilakukan Pengcab Perserosi Pontianak yakni meminta KONI Kota Pontianak untuk
melakukan follow up langsung ke KONI
Provinsi Kalbar untuk mengambil tindakan kepada pengurus provinsi cabor sepatu
roda dan panitia penyelenggara.
“Kami serahkan kepada KONI Pontianak yang
mengurus, karena kita menghormati KONI Pontianak sebagai induk pengurus kita
dan sebagai yang mendaftarkan kita. Yang pasti kami minta Pengprov cabor sepatu
roda dan panitia penyelenggara cabor sepatu roda di Porprov dilakukan audit,
mulai dari administrasi atlet seperti mutasi atlet dimana banyak atlet Kota
Pontianak ini dibeli kontingen kabupaten lain. Kami juga menilai banyak
kejanggalan-kejanggalan, sedari awal kontingen Pontianak ini diusahakan supaya
tidak ikut serta, karena kami kuat,” tegasnya lagi.
Sementara salah seorang official Pengcab
Perserosi Pontianak, Indra Putra menyesalkan dan mengaku kecewa berat lantaran
dibatalkannya kelas PTP 10 ribu.
“Kemarin pagi memang hujan, lalu kita
musyawarah dengan Pengcab kabupaten lain dan seluruh panitia. Awalnya semuanya
sepakat pertandingan akan dilaksanakan kalau keadaan sudah aman, lintasan sudah
kering. Kita dari kontingen Pontianak juga bantu bersih-bersih lintasan,”
tukasnya.
Indra Putra menilai ada kesepahaman antara
kontingen-kontingen lainnya agar kelas PTP 10 ribu tidak terlaksana.
“Kita kan hanya satu suara melawan tujuh
suara dari Pengcab lain. Jadi kalaupun Pontianak siap sementara yang Pengcab
kabupaten lain tidak siap bertanding, akhirnya kalaupun dipertandingkan jadi
eksibisi percuma, tentu atlet kita kecewa,” ujarnya.
“Karena atlet kita ini latihan sudah
bertahun-tahun bukan sehari dua hari, mempersiapkan Porprov, mereka ikut
seleksi bahkan mengorbankan sekolah tapi karena sudah seperti itu, kami dari
official terima tapi orang tua dan atlet itu sendiri tentu kecewa, karena tidak
selayaknya dibatalkan apalagi kita lihat kondisi lintasan sekarang sudah
kembali normal lagi. Tapi memang keikutsertaan kami dari kontingen Pontianak
sedari awal sudah dicoba untuk dihalang-halangi,” tuturnya.
Menurutnya hal ini menjadi tamparan keras
bagi Pengprov cabor sepatu roda yang sebenarnya sudah berjalan lama. Menurutnya
sepatu roda merupakan olahraga yang sangat terukur.
“Potensinya besar, bahkan hanya potensi
prestasi, potensi industrinya juga sangat besar. Sayang kalau olahraga ini
terbengkalai karena pengurusnya,” tandasnya.
Senada dengan Edy Zaidar, Indra Putra turut
menyampaikan optimismenya bahwa kelas pertandingan yang dibatalkan tersebut
jika dilanjutkan akan menjadi milik Perserosi Pontianak.
“Kami bukannya sombong, tapi kalau kelas
ini dilanjutkan, kami yakin dua emas putra dan putri jadi milik kami. Kami dari
Kota Pontianak tetap kecewa dengan keputusan panitia dan kesepahaman Pengcab
kabupaten lain,” tegasnya.
Sementara salah seorang atlet sepatu roda
Pontianak, Rangga Pratama turut mengaku kecewa dengan keputusan panitia
lantaran Rangga merasa sudah sangat banyak mengorbankan waktu.
“Sangat kecewa, waktu sekolah saya
korbankan, tahunya di hari pelaksanaan malah seperti ini. Tapi kembali lagi,
kami tetap menghormati apa yang diinstruksikan oleh pelatih kami,” pungkasnya. (Fat)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini