Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 14 Februari 2019 |
KalbarOnline, Sekadau
– Berton-ton sudah buah tengkawang kebanjiran di Dusun Resak Balai, Desa
Merbang, Kecamatan Belitang Hilir, Sekadau. Tapi harga buah musiman yang
menjadi ikon Sekadau itu tak kunjung membaik.
Meski demikian, warga setempat masih berharap harga terbaik menghampiri
buah musiman itu.
“Harapannya jelas harga baik, agar berimbang dengan karet
atau juga sawit. Kendalanya sekarang cuaca yang tidak menentu, sehingga mau mengasapi
tengkawang pun terbilang sulit,” ujar seorang tokoh pemuda kampung Resak Balai,
Lisasius, Senin (11/2/2019).
Pantauan di lapangan, pondok-pondok warga pun mulai dibangun
di sekitaran kebun tengkawang yang jauh dari kampung, guna menyetok buah yang
gugur atau sekedar untuk istirahat siang saat menyampah buah tengkawang.
Suasana di kampung mulai terasa hidup, karena tengkawang terakhir berbuah lebat
pada tahun 2010 silam.
“Dulu harga mentah tembus Rp1.000 perkilo, kalau yang kering
sudah diasapi sekitar Rp3.000 perkilonya. Akses jalan dulu sulit, hanya akses
jalan kaki jadi mau berjual pun tidak bisa membawa banyak,” paparnya.
Dia menambahkan bahwa saat ini harga tengkawang baru
menyentuh Rp750 perkilo, untuk yang kering dan sudah diasapi sekarang tembus Rp1.500
perkilo.
“Semoga kedepan harga lebih baik, mengingat buah
tengkawang ini paling lama sampai sebulanan, kisaran akhir Maret sudah habis
biasanya,” tutup pria dua anak itu. (Mus)
KalbarOnline, Sekadau
– Berton-ton sudah buah tengkawang kebanjiran di Dusun Resak Balai, Desa
Merbang, Kecamatan Belitang Hilir, Sekadau. Tapi harga buah musiman yang
menjadi ikon Sekadau itu tak kunjung membaik.
Meski demikian, warga setempat masih berharap harga terbaik menghampiri
buah musiman itu.
“Harapannya jelas harga baik, agar berimbang dengan karet
atau juga sawit. Kendalanya sekarang cuaca yang tidak menentu, sehingga mau mengasapi
tengkawang pun terbilang sulit,” ujar seorang tokoh pemuda kampung Resak Balai,
Lisasius, Senin (11/2/2019).
Pantauan di lapangan, pondok-pondok warga pun mulai dibangun
di sekitaran kebun tengkawang yang jauh dari kampung, guna menyetok buah yang
gugur atau sekedar untuk istirahat siang saat menyampah buah tengkawang.
Suasana di kampung mulai terasa hidup, karena tengkawang terakhir berbuah lebat
pada tahun 2010 silam.
“Dulu harga mentah tembus Rp1.000 perkilo, kalau yang kering
sudah diasapi sekitar Rp3.000 perkilonya. Akses jalan dulu sulit, hanya akses
jalan kaki jadi mau berjual pun tidak bisa membawa banyak,” paparnya.
Dia menambahkan bahwa saat ini harga tengkawang baru
menyentuh Rp750 perkilo, untuk yang kering dan sudah diasapi sekarang tembus Rp1.500
perkilo.
“Semoga kedepan harga lebih baik, mengingat buah
tengkawang ini paling lama sampai sebulanan, kisaran akhir Maret sudah habis
biasanya,” tutup pria dua anak itu. (Mus)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini