Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 22 Maret 2019 |
KalbarOnline, Sanggau
– Selain dengan menggelar sejumlah even seperti Festival Crossborder,
ternyata ada cara lain untuk mendatangkan atau menarik wisatawan crossborder ke
Indonesia khususnya ke wilayah Kalimantan yang berbatasan langsung dengan
Malaysia.
Cara itu yakni dengan cara memanfaatkan ikatan emosional. Pasalnya,
masyarakat Malaysia di perbatasan memiliki budaya dan tradisi yang nyaris sama dengan
masyarakat Kalimantan.
Hal itu disampikan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata
Sejarah, Religi, Tradisi dan Seni Budaya Kementerian Pariwisata, Tendi Nuralam,
saat Workshop Night Market Crossborder, di Pontianak, beberapa waktu lalu.
Menurut Tendi, kedekatan emosional itu bukan hanya karena
kedekatan unsur budaya dan tradisi. Lebih dari itu, sebagian warga Malaysia di
perbatasan juga berasal dari Kalimantan. Hal ini yang menurutnya bisa
dimanfaatkan.
“Memainkan ikatan emosional masyarakat adalah hal yang tepat
untuk dilakukan. Lakukan pendekatan emosional itu dengan tradisi atau budaya.
Ikatan seperti ini, membuat warga perbatasan yang masih satu darah atau satu
rumpun, akan sulit menolak untuk datang ke Kalimantan,” tukasnya.
Tendi mencontohkan bagaimana Singkawang mampu menggelar
perayaan Imlek dan Cap Go Meh yang sangat akbar. Buat warga Tionghoa yang ada
di Malaysia, perayaan ini tidak bisa dilewatkan. Karena mereka memiliki ikatan
budaya di dalamnya.
“Perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang sering
disamakan dengan perayaan di Tiongkok. Yang baik dan identik. Buat masyarakat
Tionghoa yang ada di Malaysia, tentu perayaan di Singkawang menjadi lebih
realistis untuk mereka hadiri dari pada ke Tiongkok. Karena mereka pun
merayakan itu dan ada keterikatan. Apalagi buat warga Malaysia yang memang
memiliki akar dari Singkawang. Mereka jelas akan datang,” tutur Tendi.
Ia turut menjelaskan, perbatasan Kalimantan sangat tepat
untuk memainkan hal-hal ini. Karena, secara sejarah akar masyarakat perbatasan
Malaysia dengan Kalimantan adalah sama.
“Ada momen-momen di mana wisatawan crossborder Malaysia akan
kembali ke Kalimantan. Harus ada momen agar mereka kembali ke daerah tempat
mereka berasal. Ikatan inilah yang harus dimanfaatkan. Buat kegiatan
berdasarkan kebudayaan Melayu, Dayak, Tiongkok dan budaya-budaya lainnya,”
tukas Tendi.
Sementara Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional
II Kementerian Pariwisata, Adella Raung sangat mendukung pemikiran yang
disampaikan Tendi Nuralam.
Menurutnya, Kalimantan memang memiliki beberapa kegiatan
budaya yang bisa menarik wisatawan secara emosional.
“Memang benar. Pendekatan emosional melalui budaya memang
cukup ampuh untuk mendatangkan wisatawan perbatasan. Kementerian Pariwisata
juga membaca peluang itu. Buktinya, ada beberapa event budaya yang kita dukung
dan akan dihadiri wisatawan crossborder,” kata dia.
Salah satu kegiatan yang dimaksud Adella adalah Gawai Tiang
Sandong Kenyalang 2019. Even tersebut rencananya akan di gelar pada Mei 2019
nanti di Lapangan Bola Dusun Tapang Sebeluh, Kecamatan Sekayam, Sanggau,
Kalimantan Barat.
Gawai Tiang Sandong adalah even budaya milik Suku Dayak
Iban. Saat ini, Suku Dayak Iban sudah tersebar di tiga negara. Selain
Indonesia, Suku Dayak Iban juga ada di Malaysia dan Brunei Darussalam.
“Gawai Tiang Sandong Kenyalang (GTSK) adalah upacara adat terbesar
Suku Dayak Iban. Suku ini tersebar ke seluruh negara yang ada di Pulau
Kalimantan, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Kegiatannya penuh dengan
ritual. Saat acara nanti, kita targetkan Suku Dayak Iban yang tersebar bisa
datang,” tutur Adella, didampingi Kabid Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran
I Regional II Kemenpar, Sapto Haryono.
Even budaya lain yang juga didukung Kemenpar adalah Robo-Robo.
Yaitu, even budaya suku Bugis. Kegiatan ini berpusat di Mempawah, Kalimantan
Barat.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya juga memberikan support kepada even-even budaya yang ada di border area.
“Kita jelas akan mendukung even yang turut melestarikan nilai-nilai budaya. Even seperti Gawai Tiang Sandong memiliki daya tarik luar biasa. Karena melibatkan Suku Dayak dari 3 negara. Ingat, budaya semakin dilestarikan, semakin menghasilkan,” pungkasnya. (WWP)
KalbarOnline, Sanggau
– Selain dengan menggelar sejumlah even seperti Festival Crossborder,
ternyata ada cara lain untuk mendatangkan atau menarik wisatawan crossborder ke
Indonesia khususnya ke wilayah Kalimantan yang berbatasan langsung dengan
Malaysia.
Cara itu yakni dengan cara memanfaatkan ikatan emosional. Pasalnya,
masyarakat Malaysia di perbatasan memiliki budaya dan tradisi yang nyaris sama dengan
masyarakat Kalimantan.
Hal itu disampikan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata
Sejarah, Religi, Tradisi dan Seni Budaya Kementerian Pariwisata, Tendi Nuralam,
saat Workshop Night Market Crossborder, di Pontianak, beberapa waktu lalu.
Menurut Tendi, kedekatan emosional itu bukan hanya karena
kedekatan unsur budaya dan tradisi. Lebih dari itu, sebagian warga Malaysia di
perbatasan juga berasal dari Kalimantan. Hal ini yang menurutnya bisa
dimanfaatkan.
“Memainkan ikatan emosional masyarakat adalah hal yang tepat
untuk dilakukan. Lakukan pendekatan emosional itu dengan tradisi atau budaya.
Ikatan seperti ini, membuat warga perbatasan yang masih satu darah atau satu
rumpun, akan sulit menolak untuk datang ke Kalimantan,” tukasnya.
Tendi mencontohkan bagaimana Singkawang mampu menggelar
perayaan Imlek dan Cap Go Meh yang sangat akbar. Buat warga Tionghoa yang ada
di Malaysia, perayaan ini tidak bisa dilewatkan. Karena mereka memiliki ikatan
budaya di dalamnya.
“Perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang sering
disamakan dengan perayaan di Tiongkok. Yang baik dan identik. Buat masyarakat
Tionghoa yang ada di Malaysia, tentu perayaan di Singkawang menjadi lebih
realistis untuk mereka hadiri dari pada ke Tiongkok. Karena mereka pun
merayakan itu dan ada keterikatan. Apalagi buat warga Malaysia yang memang
memiliki akar dari Singkawang. Mereka jelas akan datang,” tutur Tendi.
Ia turut menjelaskan, perbatasan Kalimantan sangat tepat
untuk memainkan hal-hal ini. Karena, secara sejarah akar masyarakat perbatasan
Malaysia dengan Kalimantan adalah sama.
“Ada momen-momen di mana wisatawan crossborder Malaysia akan
kembali ke Kalimantan. Harus ada momen agar mereka kembali ke daerah tempat
mereka berasal. Ikatan inilah yang harus dimanfaatkan. Buat kegiatan
berdasarkan kebudayaan Melayu, Dayak, Tiongkok dan budaya-budaya lainnya,”
tukas Tendi.
Sementara Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional
II Kementerian Pariwisata, Adella Raung sangat mendukung pemikiran yang
disampaikan Tendi Nuralam.
Menurutnya, Kalimantan memang memiliki beberapa kegiatan
budaya yang bisa menarik wisatawan secara emosional.
“Memang benar. Pendekatan emosional melalui budaya memang
cukup ampuh untuk mendatangkan wisatawan perbatasan. Kementerian Pariwisata
juga membaca peluang itu. Buktinya, ada beberapa event budaya yang kita dukung
dan akan dihadiri wisatawan crossborder,” kata dia.
Salah satu kegiatan yang dimaksud Adella adalah Gawai Tiang
Sandong Kenyalang 2019. Even tersebut rencananya akan di gelar pada Mei 2019
nanti di Lapangan Bola Dusun Tapang Sebeluh, Kecamatan Sekayam, Sanggau,
Kalimantan Barat.
Gawai Tiang Sandong adalah even budaya milik Suku Dayak
Iban. Saat ini, Suku Dayak Iban sudah tersebar di tiga negara. Selain
Indonesia, Suku Dayak Iban juga ada di Malaysia dan Brunei Darussalam.
“Gawai Tiang Sandong Kenyalang (GTSK) adalah upacara adat terbesar
Suku Dayak Iban. Suku ini tersebar ke seluruh negara yang ada di Pulau
Kalimantan, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Kegiatannya penuh dengan
ritual. Saat acara nanti, kita targetkan Suku Dayak Iban yang tersebar bisa
datang,” tutur Adella, didampingi Kabid Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran
I Regional II Kemenpar, Sapto Haryono.
Even budaya lain yang juga didukung Kemenpar adalah Robo-Robo.
Yaitu, even budaya suku Bugis. Kegiatan ini berpusat di Mempawah, Kalimantan
Barat.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya juga memberikan support kepada even-even budaya yang ada di border area.
“Kita jelas akan mendukung even yang turut melestarikan nilai-nilai budaya. Even seperti Gawai Tiang Sandong memiliki daya tarik luar biasa. Karena melibatkan Suku Dayak dari 3 negara. Ingat, budaya semakin dilestarikan, semakin menghasilkan,” pungkasnya. (WWP)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini