Pontianak    

Tarik Minat Wisatawan Crossborder ke Indonesia Lewat Ikatan Emosional

Oleh : Jauhari Fatria
Jumat, 22 Maret 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline, Sanggau

Selain dengan menggelar sejumlah even seperti Festival Crossborder,

ternyata ada cara lain untuk mendatangkan atau menarik wisatawan crossborder ke

Indonesia khususnya ke wilayah Kalimantan yang berbatasan langsung dengan

Malaysia.

Cara itu yakni dengan cara memanfaatkan ikatan emosional. Pasalnya,

masyarakat Malaysia di perbatasan memiliki budaya dan tradisi yang nyaris sama dengan

masyarakat Kalimantan.

Hal itu disampikan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata

Sejarah, Religi, Tradisi dan Seni Budaya Kementerian Pariwisata, Tendi Nuralam,

saat Workshop Night Market Crossborder, di Pontianak, beberapa waktu lalu.

Menurut Tendi, kedekatan emosional itu bukan hanya karena

kedekatan unsur budaya dan tradisi. Lebih dari itu, sebagian warga Malaysia di

perbatasan juga berasal dari Kalimantan. Hal ini yang menurutnya bisa

dimanfaatkan.

“Memainkan ikatan emosional masyarakat adalah hal yang tepat

untuk dilakukan. Lakukan pendekatan emosional itu dengan tradisi atau budaya.

Ikatan seperti ini, membuat warga perbatasan yang masih satu darah atau satu

rumpun, akan sulit menolak untuk datang ke Kalimantan,” tukasnya.

Tendi mencontohkan bagaimana Singkawang mampu menggelar

perayaan Imlek dan Cap Go Meh yang sangat akbar. Buat warga Tionghoa yang ada

di Malaysia, perayaan ini tidak bisa dilewatkan. Karena mereka memiliki ikatan

budaya di dalamnya.

“Perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang sering

disamakan dengan perayaan di Tiongkok. Yang baik dan identik. Buat masyarakat

Tionghoa yang ada di Malaysia, tentu perayaan di Singkawang menjadi lebih

realistis untuk mereka hadiri dari pada ke Tiongkok. Karena mereka pun

merayakan itu dan ada keterikatan. Apalagi buat warga Malaysia yang memang

memiliki akar dari Singkawang. Mereka jelas akan datang,” tutur Tendi.

Ia turut menjelaskan, perbatasan Kalimantan sangat tepat

untuk memainkan hal-hal ini. Karena, secara sejarah akar masyarakat perbatasan

Malaysia dengan Kalimantan adalah sama.

“Ada momen-momen di mana wisatawan crossborder Malaysia akan

kembali ke Kalimantan. Harus ada momen agar mereka kembali ke daerah tempat

mereka berasal. Ikatan inilah yang harus dimanfaatkan. Buat kegiatan

berdasarkan kebudayaan Melayu, Dayak, Tiongkok dan budaya-budaya lainnya,”

tukas Tendi.

Sementara Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional

II Kementerian Pariwisata, Adella Raung sangat mendukung pemikiran yang

disampaikan Tendi Nuralam.

Menurutnya, Kalimantan memang memiliki beberapa kegiatan

budaya yang bisa menarik wisatawan secara emosional.

“Memang benar. Pendekatan emosional melalui budaya memang

cukup ampuh untuk mendatangkan wisatawan perbatasan. Kementerian Pariwisata

juga membaca peluang itu. Buktinya, ada beberapa event budaya yang kita dukung

dan akan dihadiri wisatawan crossborder,” kata dia.

Salah satu kegiatan yang dimaksud Adella adalah Gawai Tiang

Sandong Kenyalang 2019. Even tersebut rencananya akan di gelar pada Mei 2019

nanti di Lapangan Bola Dusun Tapang Sebeluh, Kecamatan Sekayam, Sanggau,

Kalimantan Barat.

Gawai Tiang Sandong adalah even budaya milik Suku Dayak

Iban. Saat ini, Suku Dayak Iban sudah tersebar di tiga negara. Selain

Indonesia, Suku Dayak Iban juga ada di Malaysia dan Brunei Darussalam.

“Gawai Tiang Sandong Kenyalang (GTSK) adalah upacara adat terbesar

Suku Dayak Iban. Suku ini tersebar ke seluruh negara yang ada di Pulau

Kalimantan, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Kegiatannya penuh dengan

ritual. Saat acara nanti, kita targetkan Suku Dayak Iban yang tersebar bisa

datang,” tutur Adella, didampingi Kabid Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran

I Regional II Kemenpar, Sapto Haryono.

Even budaya lain yang juga didukung Kemenpar adalah Robo-Robo.

Yaitu, even budaya suku Bugis. Kegiatan ini berpusat di Mempawah, Kalimantan

Barat.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya juga memberikan support kepada even-even budaya yang ada di border area.

“Kita jelas akan mendukung even yang turut melestarikan nilai-nilai budaya. Even seperti Gawai Tiang Sandong memiliki daya tarik luar biasa. Karena melibatkan Suku Dayak dari 3 negara. Ingat, budaya semakin dilestarikan, semakin menghasilkan,” pungkasnya. (WWP)

Artikel Selanjutnya
Hadiri Syukuran Ulang Tahun Uskup Sanggau ke-73, Ini Kata Paolus Hadi
Jumat, 22 Maret 2019
Artikel Sebelumnya
Hadiri Akreditasi Untan, Bupati Rupinus Bangga Jadi Alumni Untan
Jumat, 22 Maret 2019

Berita terkait