Kayong Utara    

Aksi Nyata Mahasiswa Untan Kembangkan Produk Unggulan Daerah Seponti

Oleh : Jauhari Fatria
Minggu, 08 September 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline, Kayong

Utara – Sebanyak 38 mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) melakukan

aksi nyata di beberapa desa di Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara.

Dibagi menjadi beberapa kelompok, mahasiswa yang tergabung ke dalam kegiatan

Kuliah Kerja Nyata (KKN Revitalisasi Kawasan Perkotaan Baru (RKPB) 2019 itu

melakukan aksi nyatanya dengan mengembangkan produk unggulan daerah.

Sejumlah produk unggulan yang dikembangkan mereka antara

lain air minum di Desa Sungai Sepeti, kopi di Desa Podorukun dan buah salak di

Desa Seponti Jaya. Pengembangan produk ini dilakukan selama mereka menjalani

KKN RKPB selama 35 hari, terhitung sejak tanggal 1 Agustus sampai dengan 5

September 2019.

Ditemui seusai melaksanakan KKN RKPB, Dosen Pembimbing

Lapangan, Uray Edi Suryadi menjelaskan tentang keberhasilan mahasiswa yang

dibimbingnya saat melakukan pendampingan kepada masyarakat Desa Sungai Sepeti

dalam mengembangkan air minum. Sebelum kedatangan mahasiswa, sumber air di

lokasi tersebut tidak pernah diolah dan hanya dimanfaatkan untuk mandi.

Padahal, sumber air di lokasi tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan

menjadi air minum karena derajat keasamannya (ph) mencapai angka 7 dan

kedalaman sumber air yang mencapai 78 meter.

Setelah kedatangan mahasiswa, lanjut dia, mereka langsung

melakukan penyaringan terhadap sumber air. Penyaringan dilakukan dengan

bahan-bahan sederhana seperti batu, ijuk, kerikil, pasir dan arang aktif.

Selama satu jam lebih disaring dengan perlakuan sederhana, jelas Urai, derajat

keasamannya sudah mencapai angka 8,96. Tak hanya itu, tingkat TDS (Total

Disolved Solids), TSS (Total Suspended Solids), DHL (Daya Hantar Listrik),

kadar logam berat dan besi pada air tersebut juga berada jauh di bawah ambang

batas setelah dilakukan perlakuan.

“Standar air minum kan, ph-nya 6-9. Kalau yang ini sudah

hampir maksimal. Nah, sayangnya alat yang kami bawa belum bisa memeriksa

bakteri E. Coli. Jadi dibawa ke BPPOM dulu dan dalam minggu depan sudah

selesai. Airnya sama sekali tidak berbau dan kalau mau dimasak sudah aman,”

katanya saat ditemui di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

(LPPKM) Universitas Tanjungpura, Minggu (8/9/2019).

Perlakuan sederhana ini pun disambut baik oleh Kepala Desa

Sungai Sepeti. Bahkan kata Urai, Kades tersebut berjanji akan membikinkan depot

air dan nantinya akan dikelola oleh Bumdes.

“Ini berlanjut dan kades siap mengembangkan. Cuma saya

sarankan harus bikin filter kalau mau dibikin air minum. Karena nama desanya

Sungai Sepeti, sementara peti itu kalau dalam bahasa Inggris kan artinya box,

nah saya menyarankan supaya air minum itu nantinya diberi nama ‘Boxqua’.

Kemudian akibat perlakuan mahasiswa kita ini, Kades Wonorejo juga mau bikin.

Mereka minta fasilitasi supaya bisa dibikinkan juga,” tukasnya.

Selain melakukan pendampingan pengelolaan air minum, di desa

lainnya tepatnya di Desa Podorukun mahasiswa juga mendampingi masyarakat dalam

mengembangkan kopi. Pendampingan dilakukan dengan mengubah cara pemasaran,

yakni mengemas bubuk kopi tersebut ke dalam kemasan, dari yang sebelumnya hanya

menjual bubuk murni.

“Sudah 19 tahun kopi ini diusahakan oleh Ibu Lika. Mereka

tahunya ini kopi liberika, cuma sayangnya setelah diteliti Pusat Penelitian

Kopi dan Kakao dari Jember ternyata tidak murni liberika. Memang lebih banyak

liberika, tapi bercampur dengan ekselsia dan robusta. Ini menjadi potensi

masyarakat Podorukun. Karena ketidaktahuan bagaimana pemasaran dan sebagainya,

mereka menjualnya tidak dalam bentuk kemasan tetapi dibawa dengan bubuk biasa.

Tidak ada bimbingan sama sekali,” tutur Urai.

Urai menuturkan bahwa pengembangan kopi di Desa Podorukun

akan dilakukan secara berkelanjutan. Mulai dari pengolahan tanah, pemurnian

kopi, penanaman, bahkan sampai pemasaran. Jika terus dikembangkan, Ia meyakini

kopi liberika asal Podorukun akan mendunia bahkan jadi salah satu kopi terbaik

di dunia.

Adapun pendampingan berikutnya yang dilakukan mahasiswa

selama KKN RKPB 2019 ialah pengembangan salak gading yang merupakan salah satu

komoditas unggul di Desa Seponti Jaya. Ia menceritakan kalau rasa salak

tersebut jauh lebih manis dibandingkan salak Sekura, Kabupaten Sambas.

Kedatangan mahasiswa ke Desa Seponti Jaya dikatakan Urai

berhasil mendorong masyarakat setempat untuk menambah luasan lahan pengelolaan

salak, meskipun diakuinya hal itu cukup menjadi tantangan di tengah maraknya

lahan yang dijadikan perkebunan sawit. Di samping itu, mahasiswa juga berhasil

mengajak masyarakat untuk lebih giat dalam mengembangkan dodol salak.

Terkait dengan hal ini, Sekretaris Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPKM) Universitas Tanjungpura, Surachman

mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pendampingan secara berkelanjutan. Tak

cuma desa-desa di Kecamatan Seponti, desa-desa lain yang tengah berinovasi juga

akan dilakukan pendampingan dengan melibatkan Tokopedia dan Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

“Dalam rangka pengembangan ekonomi digital, kami sudah

bekerja sama dengan Kemendes dan Tokopedia. Ada 34 perguruan tinggi lain yang

juga kerja sama. Ini nanti kita minta Bumdes dilatih dengan mendatangkan

Tokopedia. Bukan hanya di Seponti, daerah-daerah lain yang berinovasi juga kita

dampingi karena pemerintah saat ini kan memang tengah mementingkan inovasi desa

melalui bantuan-bantuan yang dikucurkan ke desa-desa,” imbuhnya.

Sementara dihubungi terpisah, Ketua Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPKM) Universitas Tanjungpura, Prof. Dr. Eddy

Suratman menjelaskan bahwa KKN RKPB ini sudah berjalan selama dua tahun. Ia

turut bersyukur karena selama dua tahun berlangsungnya program tersebut, banyak

manfaat yang dirasakan oleh masyarakat bahkan mendapat respon positif dari pemerintah

setempat.

“Program ini berlangsung selama tiga tahun, ini sudah tahun

kedua. Tahun pertama itu perencanaan atau inventarisasi masalah. Mana yang

punya potensi ekonomi dan sebagainya. Sementara tahun kedua dan ketiga ini

implementasi dari perencanaan tersebut,” pungkasnya. (NAJ/Ril)

Artikel Selanjutnya
Perwakilan Kaum Millenial, Solihin Siap Maju di Pilkades Sungai Ayak II
Minggu, 08 September 2019
Artikel Sebelumnya
Curi Sepeda Motor, Dua Pemuda Diringkus Tim Buser Polres Ketapang
Minggu, 08 September 2019

Berita terkait