Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Minggu, 08 September 2019 |
KalbarOnline, Kayong
Utara – Sebanyak 38 mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) melakukan
aksi nyata di beberapa desa di Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara.
Dibagi menjadi beberapa kelompok, mahasiswa yang tergabung ke dalam kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN Revitalisasi Kawasan Perkotaan Baru (RKPB) 2019 itu
melakukan aksi nyatanya dengan mengembangkan produk unggulan daerah.
Sejumlah produk unggulan yang dikembangkan mereka antara
lain air minum di Desa Sungai Sepeti, kopi di Desa Podorukun dan buah salak di
Desa Seponti Jaya. Pengembangan produk ini dilakukan selama mereka menjalani
KKN RKPB selama 35 hari, terhitung sejak tanggal 1 Agustus sampai dengan 5
September 2019.
Ditemui seusai melaksanakan KKN RKPB, Dosen Pembimbing
Lapangan, Uray Edi Suryadi menjelaskan tentang keberhasilan mahasiswa yang
dibimbingnya saat melakukan pendampingan kepada masyarakat Desa Sungai Sepeti
dalam mengembangkan air minum. Sebelum kedatangan mahasiswa, sumber air di
lokasi tersebut tidak pernah diolah dan hanya dimanfaatkan untuk mandi.
Padahal, sumber air di lokasi tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan
menjadi air minum karena derajat keasamannya (ph) mencapai angka 7 dan
kedalaman sumber air yang mencapai 78 meter.
Setelah kedatangan mahasiswa, lanjut dia, mereka langsung
melakukan penyaringan terhadap sumber air. Penyaringan dilakukan dengan
bahan-bahan sederhana seperti batu, ijuk, kerikil, pasir dan arang aktif.
Selama satu jam lebih disaring dengan perlakuan sederhana, jelas Urai, derajat
keasamannya sudah mencapai angka 8,96. Tak hanya itu, tingkat TDS (Total
Disolved Solids), TSS (Total Suspended Solids), DHL (Daya Hantar Listrik),
kadar logam berat dan besi pada air tersebut juga berada jauh di bawah ambang
batas setelah dilakukan perlakuan.
“Standar air minum kan, ph-nya 6-9. Kalau yang ini sudah
hampir maksimal. Nah, sayangnya alat yang kami bawa belum bisa memeriksa
bakteri E. Coli. Jadi dibawa ke BPPOM dulu dan dalam minggu depan sudah
selesai. Airnya sama sekali tidak berbau dan kalau mau dimasak sudah aman,”
katanya saat ditemui di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPPKM) Universitas Tanjungpura, Minggu (8/9/2019).
Perlakuan sederhana ini pun disambut baik oleh Kepala Desa
Sungai Sepeti. Bahkan kata Urai, Kades tersebut berjanji akan membikinkan depot
air dan nantinya akan dikelola oleh Bumdes.
“Ini berlanjut dan kades siap mengembangkan. Cuma saya
sarankan harus bikin filter kalau mau dibikin air minum. Karena nama desanya
Sungai Sepeti, sementara peti itu kalau dalam bahasa Inggris kan artinya box,
nah saya menyarankan supaya air minum itu nantinya diberi nama ‘Boxqua’.
Kemudian akibat perlakuan mahasiswa kita ini, Kades Wonorejo juga mau bikin.
Mereka minta fasilitasi supaya bisa dibikinkan juga,” tukasnya.
Selain melakukan pendampingan pengelolaan air minum, di desa
lainnya tepatnya di Desa Podorukun mahasiswa juga mendampingi masyarakat dalam
mengembangkan kopi. Pendampingan dilakukan dengan mengubah cara pemasaran,
yakni mengemas bubuk kopi tersebut ke dalam kemasan, dari yang sebelumnya hanya
menjual bubuk murni.
“Sudah 19 tahun kopi ini diusahakan oleh Ibu Lika. Mereka
tahunya ini kopi liberika, cuma sayangnya setelah diteliti Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao dari Jember ternyata tidak murni liberika. Memang lebih banyak
liberika, tapi bercampur dengan ekselsia dan robusta. Ini menjadi potensi
masyarakat Podorukun. Karena ketidaktahuan bagaimana pemasaran dan sebagainya,
mereka menjualnya tidak dalam bentuk kemasan tetapi dibawa dengan bubuk biasa.
Tidak ada bimbingan sama sekali,” tutur Urai.
Urai menuturkan bahwa pengembangan kopi di Desa Podorukun
akan dilakukan secara berkelanjutan. Mulai dari pengolahan tanah, pemurnian
kopi, penanaman, bahkan sampai pemasaran. Jika terus dikembangkan, Ia meyakini
kopi liberika asal Podorukun akan mendunia bahkan jadi salah satu kopi terbaik
di dunia.
Adapun pendampingan berikutnya yang dilakukan mahasiswa
selama KKN RKPB 2019 ialah pengembangan salak gading yang merupakan salah satu
komoditas unggul di Desa Seponti Jaya. Ia menceritakan kalau rasa salak
tersebut jauh lebih manis dibandingkan salak Sekura, Kabupaten Sambas.
Kedatangan mahasiswa ke Desa Seponti Jaya dikatakan Urai
berhasil mendorong masyarakat setempat untuk menambah luasan lahan pengelolaan
salak, meskipun diakuinya hal itu cukup menjadi tantangan di tengah maraknya
lahan yang dijadikan perkebunan sawit. Di samping itu, mahasiswa juga berhasil
mengajak masyarakat untuk lebih giat dalam mengembangkan dodol salak.
Terkait dengan hal ini, Sekretaris Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPKM) Universitas Tanjungpura, Surachman
mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pendampingan secara berkelanjutan. Tak
cuma desa-desa di Kecamatan Seponti, desa-desa lain yang tengah berinovasi juga
akan dilakukan pendampingan dengan melibatkan Tokopedia dan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
“Dalam rangka pengembangan ekonomi digital, kami sudah
bekerja sama dengan Kemendes dan Tokopedia. Ada 34 perguruan tinggi lain yang
juga kerja sama. Ini nanti kita minta Bumdes dilatih dengan mendatangkan
Tokopedia. Bukan hanya di Seponti, daerah-daerah lain yang berinovasi juga kita
dampingi karena pemerintah saat ini kan memang tengah mementingkan inovasi desa
melalui bantuan-bantuan yang dikucurkan ke desa-desa,” imbuhnya.
Sementara dihubungi terpisah, Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPKM) Universitas Tanjungpura, Prof. Dr. Eddy
Suratman menjelaskan bahwa KKN RKPB ini sudah berjalan selama dua tahun. Ia
turut bersyukur karena selama dua tahun berlangsungnya program tersebut, banyak
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat bahkan mendapat respon positif dari pemerintah
setempat.
“Program ini berlangsung selama tiga tahun, ini sudah tahun
kedua. Tahun pertama itu perencanaan atau inventarisasi masalah. Mana yang
punya potensi ekonomi dan sebagainya. Sementara tahun kedua dan ketiga ini
implementasi dari perencanaan tersebut,” pungkasnya. (NAJ/Ril)
KalbarOnline, Kayong
Utara – Sebanyak 38 mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) melakukan
aksi nyata di beberapa desa di Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara.
Dibagi menjadi beberapa kelompok, mahasiswa yang tergabung ke dalam kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN Revitalisasi Kawasan Perkotaan Baru (RKPB) 2019 itu
melakukan aksi nyatanya dengan mengembangkan produk unggulan daerah.
Sejumlah produk unggulan yang dikembangkan mereka antara
lain air minum di Desa Sungai Sepeti, kopi di Desa Podorukun dan buah salak di
Desa Seponti Jaya. Pengembangan produk ini dilakukan selama mereka menjalani
KKN RKPB selama 35 hari, terhitung sejak tanggal 1 Agustus sampai dengan 5
September 2019.
Ditemui seusai melaksanakan KKN RKPB, Dosen Pembimbing
Lapangan, Uray Edi Suryadi menjelaskan tentang keberhasilan mahasiswa yang
dibimbingnya saat melakukan pendampingan kepada masyarakat Desa Sungai Sepeti
dalam mengembangkan air minum. Sebelum kedatangan mahasiswa, sumber air di
lokasi tersebut tidak pernah diolah dan hanya dimanfaatkan untuk mandi.
Padahal, sumber air di lokasi tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan
menjadi air minum karena derajat keasamannya (ph) mencapai angka 7 dan
kedalaman sumber air yang mencapai 78 meter.
Setelah kedatangan mahasiswa, lanjut dia, mereka langsung
melakukan penyaringan terhadap sumber air. Penyaringan dilakukan dengan
bahan-bahan sederhana seperti batu, ijuk, kerikil, pasir dan arang aktif.
Selama satu jam lebih disaring dengan perlakuan sederhana, jelas Urai, derajat
keasamannya sudah mencapai angka 8,96. Tak hanya itu, tingkat TDS (Total
Disolved Solids), TSS (Total Suspended Solids), DHL (Daya Hantar Listrik),
kadar logam berat dan besi pada air tersebut juga berada jauh di bawah ambang
batas setelah dilakukan perlakuan.
“Standar air minum kan, ph-nya 6-9. Kalau yang ini sudah
hampir maksimal. Nah, sayangnya alat yang kami bawa belum bisa memeriksa
bakteri E. Coli. Jadi dibawa ke BPPOM dulu dan dalam minggu depan sudah
selesai. Airnya sama sekali tidak berbau dan kalau mau dimasak sudah aman,”
katanya saat ditemui di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPPKM) Universitas Tanjungpura, Minggu (8/9/2019).
Perlakuan sederhana ini pun disambut baik oleh Kepala Desa
Sungai Sepeti. Bahkan kata Urai, Kades tersebut berjanji akan membikinkan depot
air dan nantinya akan dikelola oleh Bumdes.
“Ini berlanjut dan kades siap mengembangkan. Cuma saya
sarankan harus bikin filter kalau mau dibikin air minum. Karena nama desanya
Sungai Sepeti, sementara peti itu kalau dalam bahasa Inggris kan artinya box,
nah saya menyarankan supaya air minum itu nantinya diberi nama ‘Boxqua’.
Kemudian akibat perlakuan mahasiswa kita ini, Kades Wonorejo juga mau bikin.
Mereka minta fasilitasi supaya bisa dibikinkan juga,” tukasnya.
Selain melakukan pendampingan pengelolaan air minum, di desa
lainnya tepatnya di Desa Podorukun mahasiswa juga mendampingi masyarakat dalam
mengembangkan kopi. Pendampingan dilakukan dengan mengubah cara pemasaran,
yakni mengemas bubuk kopi tersebut ke dalam kemasan, dari yang sebelumnya hanya
menjual bubuk murni.
“Sudah 19 tahun kopi ini diusahakan oleh Ibu Lika. Mereka
tahunya ini kopi liberika, cuma sayangnya setelah diteliti Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao dari Jember ternyata tidak murni liberika. Memang lebih banyak
liberika, tapi bercampur dengan ekselsia dan robusta. Ini menjadi potensi
masyarakat Podorukun. Karena ketidaktahuan bagaimana pemasaran dan sebagainya,
mereka menjualnya tidak dalam bentuk kemasan tetapi dibawa dengan bubuk biasa.
Tidak ada bimbingan sama sekali,” tutur Urai.
Urai menuturkan bahwa pengembangan kopi di Desa Podorukun
akan dilakukan secara berkelanjutan. Mulai dari pengolahan tanah, pemurnian
kopi, penanaman, bahkan sampai pemasaran. Jika terus dikembangkan, Ia meyakini
kopi liberika asal Podorukun akan mendunia bahkan jadi salah satu kopi terbaik
di dunia.
Adapun pendampingan berikutnya yang dilakukan mahasiswa
selama KKN RKPB 2019 ialah pengembangan salak gading yang merupakan salah satu
komoditas unggul di Desa Seponti Jaya. Ia menceritakan kalau rasa salak
tersebut jauh lebih manis dibandingkan salak Sekura, Kabupaten Sambas.
Kedatangan mahasiswa ke Desa Seponti Jaya dikatakan Urai
berhasil mendorong masyarakat setempat untuk menambah luasan lahan pengelolaan
salak, meskipun diakuinya hal itu cukup menjadi tantangan di tengah maraknya
lahan yang dijadikan perkebunan sawit. Di samping itu, mahasiswa juga berhasil
mengajak masyarakat untuk lebih giat dalam mengembangkan dodol salak.
Terkait dengan hal ini, Sekretaris Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPKM) Universitas Tanjungpura, Surachman
mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pendampingan secara berkelanjutan. Tak
cuma desa-desa di Kecamatan Seponti, desa-desa lain yang tengah berinovasi juga
akan dilakukan pendampingan dengan melibatkan Tokopedia dan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
“Dalam rangka pengembangan ekonomi digital, kami sudah
bekerja sama dengan Kemendes dan Tokopedia. Ada 34 perguruan tinggi lain yang
juga kerja sama. Ini nanti kita minta Bumdes dilatih dengan mendatangkan
Tokopedia. Bukan hanya di Seponti, daerah-daerah lain yang berinovasi juga kita
dampingi karena pemerintah saat ini kan memang tengah mementingkan inovasi desa
melalui bantuan-bantuan yang dikucurkan ke desa-desa,” imbuhnya.
Sementara dihubungi terpisah, Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPKM) Universitas Tanjungpura, Prof. Dr. Eddy
Suratman menjelaskan bahwa KKN RKPB ini sudah berjalan selama dua tahun. Ia
turut bersyukur karena selama dua tahun berlangsungnya program tersebut, banyak
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat bahkan mendapat respon positif dari pemerintah
setempat.
“Program ini berlangsung selama tiga tahun, ini sudah tahun
kedua. Tahun pertama itu perencanaan atau inventarisasi masalah. Mana yang
punya potensi ekonomi dan sebagainya. Sementara tahun kedua dan ketiga ini
implementasi dari perencanaan tersebut,” pungkasnya. (NAJ/Ril)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini