Pontianak    

Pelaku Seni Sambut Positif Rencana Pemprov Relokasi Taman Budaya

Oleh : Jauhari Fatria
Kamis, 26 Desember 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline,

Pontianak – Rencana Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat berencana

merelokasi alias memindahkan Taman Budaya dan seisinya ke komplek Rumah Adat

Melayu dan Rumah Radakng dengan konsep dan wajah baru kekinian mendapat

tanggapan positif dari masyarakat tak terkecuali dari para seniman dan pihak

terkait di dalamnya.

Salah satunya dari Ketua Dapur Theater Kalbar, Joseph Odillo

Oendoen. Menurutnya, rencana Pemprov Kalbar memindahkan taman budaya itu sangat

positif.

“Sangat positif. Pertama, daerah itu dekat dengan simbol

etnis Kalbar baik Dayak dan Melayu. Kemudian, tempatnya juga luas,” ujarnya.

Kendati demikian, saudara kandung Katherine Angela Oendoen

ini juga memberikan beberapa catatannya kepada Pemerintah Provinsi Kalbar.

Selain beberapa fasilitas pendukung, Pemprov juga dimintanya untuk menyediakan

bengkel-bengkel pelatihan seni sebagai tempat pelaku seni berproses.

“Yang perlu diperhatikan juga adalah harus ada

bengkel-bengkel pelatihan seni, tempat pelaku seni berekspesi, berproses

(berlatih). Selain harus ada teater indoor dan outdoor sebagai arena pementasan

di seni pertunjukan. Harus juga ada tempat pameran, karena seni ini tidak hanya

seni pertunjukan yang harus diperhatikan, tapi juga seni rupa,” tukasnya.

Pemprov juga dimintanya untuk memperhatikan apresiasi

terhadap kesenian, terutama berkaitan dengan penghargaan pada kesenian para

seniman. Menurutnya, Pemprov wajib menunjang alokasi dana untuk taman budaya,

di mana dirinya mengaku pernah menjadi pegawai di taman budaya, sehingga cukup

mengetahui kondisi taman budaya secara jelas. Yang mana, kata dia, kekuatan

dana yang disupport pemerintah ke taman budaya itu sampai sekarang tidak sampai

Rp3 miliar pertahunnya.

“Luar biasa kecil, taman budaya untuk skop provinsi.

Ditambah lagi even-even yang harus kita ikuti di luar daerah, itu juga sebagai

bentuk proses pembelajaran seniman, untuk melihat perbandingan daerah kita

dengan daerah lain, itu sangat perlu dukungan Pemerintah kalau memang

Pemerintah secara konkrit ingin memperhatikan kesenian, itu salah satu tindak

nyatanya, support taman budaya, karena taman budaya itu corong pemerintah

bicara soal seni dan budaya,” tegasnya.

Pemerintah Provinsi juga diharapkannya dapat mensupport

pekerja seni yang telah membawa nama baik daerah, sama seperti atlet olahraga.

“Saya selalu membandingkan itu, karena saya selaku pekerja

seni miris melihat perbandingan antara seniman dengan atlet. Dukungan

pemerintah mengenai anggaran memang masih terus diharapkan. Kadang masyarakat

berpikir seniman memangnya harus dibantu terus, tapi kenyataannya memang

begitu, harus dibantu dan memang harus diperhatikan pemerintah,” tegasnya lagi.

“Saya bersyukur sebagai PNS yang bekerja di bidang kesenian,

jadi saya tahu persis kondisi di taman budaya, luar biasa kecilnya dana

pembinaan kesenian dibandingkan dengan yang lainnya, miris,” timpalnya.

Kesenian, diakuinya, memang tak memiliki hasil secara

langsung, tapi akan muncul setelah beberapa tahun yang akan datang dan

apresiasi dari masyarakat akan muncul dengan sendirinya secara perlahan.

Kesenian itu, kata dia, bicara soal rasa. Bicara mengenai bagaimana masyarakat

bisa menikmati keindahan dan bisa memanusiakan manusia sesamanya.

“Dalam hal ini memang saya rasa pemerintah perlu ekstra dan

jangan selalu berpikir seniman hanya ngemis saja. Memang karena kondisinya

seperti itu. Sampai-sampai saya sering bicara kalau kita ini (pelaku seni)

ibaratkan pengemis, begitu ada kegiatan selalu bawa proposal yang disodorkan ke

pemerintah, kalau tidak ke pihak sawasta,” keluhnya.

Menurutnya, sudah puluhan tahun seniman menjadi pengemis di

dunia seni. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah provinsi maupun kota dan

pejabat terkait lainnya dapat benar-benar memperhatikan dunia kesenian secara

komprehensif.

“Kalau saya selaku seniman, sakit hati dengan pemerintah

yang begitu luar biasa terhadap pembinaan olahraga baik di level provinsi

sampai kabupaten/kota. Gedung olahraga ada dan fasilitasnya lengkap. Sedangkan

fasilitas kesenian tidak ada,” tuturnya.

Dirinya juga mengajak rekan-rekan seniman Kalbar untuk

berkumpul dan menghidupkan kembali Dewan Kesenian Kalbar dan Kota Pontianak

yang sudah mati.

“Ini menjadi kesadaran teman seniman juga. Saya lihat teman

seniman masih gontok-gontokan, itulah yang buat payah maju. Memang benar harus

diakui, ego seniman luar biasa, tapi harusnya untuk kebersamaan, untuk marwah

seni daerah, jangan bicara itu. Sekarang Dewan Kesenian kota dan Provinsi mati,

itu harus dihidupkan kembali,” tandasnya.

Senada dengan Joseph Odillo Oendoen, Seniman Musik Kalbar,

Paskalis turut menyambut positif rencana Pemprov Kalbar memindahkan taman

budaya. Menurutnya, wacana itu harus ada sejak lama. Pasalnya, para seniman,

kata dia, memang harus memiliki wadah atau media yang representatif yang

memungkinkan para seniman untuk berkarya dan menghasilkan karya yang baik.

“Menurut saya wacana ini harus ada sejak lama, karena

seniman itu memang harus punya wadah atau media yang representatif yang

memungkinkan seniman itu bisa berkarya dan menghasilkan karya yang baik, salah

satu fasilitasnya yaitu gedung. Di mana gedung yang lama ini, kalau kita lihat

memang memprihatinkan,” tukasnya.

Seiring dengan rencana pemindahan taman budaya ini, artinya,

lanjut Paskalis, pemerintah sudah mulai berfikir untuk memfasilitasi para

seniman berkarya. Sebab menurutnya hal itu sangat penting, karena seniman dalam

berkarya bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan daerah.

“Artinya pemerintah sudah mulai berfikir untuk memfasilitasi

para seniman dalam berkarya, karena ini penting, seniman berkarya itu bukan

hanya untuk diri sendiri, tapi juga daerah. Saya sambut positif, tapi

mindsetnya harus dikelola dengan baik, karena banyak hal yang perlu

diperhatikan, karena nantinya hal ini melibatkan orang banyak, kolektif, bukan

individu,” jelasnya.

Ia juga berharap agar Pemerintah ke depannya terus

memperhatikan para seniman, agar seiring dengan aktifitas karyanya, juga

berdampak pada kemajuan daerah. Selama ini, diakui dia, perhatian pemerintah

terhadap kesenian memang kurang. Namun, kata dia, pemerintah daerah juga bukan

berarti tutup mata.

“Pemerintah kita saat ini juga perlu belajar dengan daerah

lain, di mana daerah lain para senimannya sangat diapresiasi, tapi bukan juga

semata-mata ukuran berapa nominal honor yang mereka dapat. Apresiasi itu banyak

bentuk, salah satunya fasilitas, dilibatkan di banyak even-even pemerintah dan

sebagainya. Sekali lagi kita apresiasi Pemerintah kita saat ini yang sudah

mulai memperbaiki diri, sebelumnya memang kurang, kekurangan ini kita juga tak

tahu, apakah mereka tidak paham atau bagaimana. Untuk pemerintah daerah saat

ini ke depannya saya kira sudah mulai ke arah situ. Karena taman budaya ini

memang sangat perlu, ini rumahnya para seniman,” pungkasnya.

Seperti diketahui, rencana pemindahan itu lantaran bangunan Taman

Budaya yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Pontianak itu sudah usang, ditambah

gedung hotel yang menjulang tinggi persis berada di sebelahnya, membuat Taman

Budaya semakin tak representatif sebagai pusat pentas pertunjukan seni dan

budaya.

Desain gedung Taman Budaya hasil sayembara yang dilakukan

oleh Pemprov Kalbar sudah rampung bahkan sudah disetujui oleh Pemprov Kalbar

tak terkecuali Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji yang langsung ia rilis di

akun sosial medianya. Berdasarkan dari gambar desain itu, gedung utama Taman

Budaya nantinya akan berbentuk oval melingkar dengan tema ‘Nyongsokng

Tembawang’, berada persis di tengah-tengah antara Rumah Adat Melayu dan Rumah

Radakng.

Saat dikonfirmasi, Sutarmidji mengakui bahwa dirinya memang

ingin menyatukan taman budaya menjadi satu kawasan dengan Rumah Melayu dan

Rumah Radakng.

“Di tengah-tengah antara dua bangunan itu (Rumah Melayu dan

Rumah Radakng) ada Taman Budaya, nantinya ada arena pementasan seni dan budaya

baik indoor maupun outdoor,” tukasnya.

Sesuai yang direncanakan, Taman Budaya itu nantinya juga

akan dilengkapi fasilitas panggung pentas seni khusus outdor. Untuk menyokong

kegiatan-kegiatan outdoor seperti gawai dan sebagainya. Tangga belakang rumah

radakng bakal menjadi satu fasilitas penting bagi pentas seni outdoor itu

sebagai tempat duduk bagi masyarakat yang datang menonton pagelaran pentas

seni.

“Itu akan kita benahi, nanti ada panggungnya. Tempat orang

duduk, bisa di tangga naik ke Rumah Radakng, itu bisa. Kemudian kita akan

tambah trap baru di gedung yang sekarang ini,” tuturnya. (Fai)

Artikel Selanjutnya
WHW Bagikan Bingkisan Natal ke Tiga Dusun di Kendawangan
Kamis, 26 Desember 2019
Artikel Sebelumnya
Pererat Silaturahmi di Momen Natal
Kamis, 26 Desember 2019

Berita terkait