KalbarOnline, Pontianak – Rencana Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat berencana merelokasi alias memindahkan Taman Budaya dan seisinya ke komplek Rumah Adat Melayu dan Rumah Radakng dengan konsep dan wajah baru kekinian mendapat tanggapan positif dari masyarakat tak terkecuali dari para seniman dan pihak terkait di dalamnya.
Salah satunya dari Ketua Dapur Theater Kalbar, Joseph Odillo Oendoen. Menurutnya, rencana Pemprov Kalbar memindahkan taman budaya itu sangat positif.
“Sangat positif. Pertama, daerah itu dekat dengan simbol etnis Kalbar baik Dayak dan Melayu. Kemudian, tempatnya juga luas,” ujarnya.
Kendati demikian, saudara kandung Katherine Angela Oendoen ini juga memberikan beberapa catatannya kepada Pemerintah Provinsi Kalbar. Selain beberapa fasilitas pendukung, Pemprov juga dimintanya untuk menyediakan bengkel-bengkel pelatihan seni sebagai tempat pelaku seni berproses.
“Yang perlu diperhatikan juga adalah harus ada bengkel-bengkel pelatihan seni, tempat pelaku seni berekspesi, berproses (berlatih). Selain harus ada teater indoor dan outdoor sebagai arena pementasan di seni pertunjukan. Harus juga ada tempat pameran, karena seni ini tidak hanya seni pertunjukan yang harus diperhatikan, tapi juga seni rupa,” tukasnya.
Pemprov juga dimintanya untuk memperhatikan apresiasi terhadap kesenian, terutama berkaitan dengan penghargaan pada kesenian para seniman. Menurutnya, Pemprov wajib menunjang alokasi dana untuk taman budaya, di mana dirinya mengaku pernah menjadi pegawai di taman budaya, sehingga cukup mengetahui kondisi taman budaya secara jelas. Yang mana, kata dia, kekuatan dana yang disupport pemerintah ke taman budaya itu sampai sekarang tidak sampai Rp3 miliar pertahunnya.
“Luar biasa kecil, taman budaya untuk skop provinsi. Ditambah lagi even-even yang harus kita ikuti di luar daerah, itu juga sebagai bentuk proses pembelajaran seniman, untuk melihat perbandingan daerah kita dengan daerah lain, itu sangat perlu dukungan Pemerintah kalau memang Pemerintah secara konkrit ingin memperhatikan kesenian, itu salah satu tindak nyatanya, support taman budaya, karena taman budaya itu corong pemerintah bicara soal seni dan budaya,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi juga diharapkannya dapat mensupport pekerja seni yang telah membawa nama baik daerah, sama seperti atlet olahraga.
“Saya selalu membandingkan itu, karena saya selaku pekerja seni miris melihat perbandingan antara seniman dengan atlet. Dukungan pemerintah mengenai anggaran memang masih terus diharapkan. Kadang masyarakat berpikir seniman memangnya harus dibantu terus, tapi kenyataannya memang begitu, harus dibantu dan memang harus diperhatikan pemerintah,” tegasnya lagi.
“Saya bersyukur sebagai PNS yang bekerja di bidang kesenian, jadi saya tahu persis kondisi di taman budaya, luar biasa kecilnya dana pembinaan kesenian dibandingkan dengan yang lainnya, miris,” timpalnya.
Kesenian, diakuinya, memang tak memiliki hasil secara langsung, tapi akan muncul setelah beberapa tahun yang akan datang dan apresiasi dari masyarakat akan muncul dengan sendirinya secara perlahan. Kesenian itu, kata dia, bicara soal rasa. Bicara mengenai bagaimana masyarakat bisa menikmati keindahan dan bisa memanusiakan manusia sesamanya.
“Dalam hal ini memang saya rasa pemerintah perlu ekstra dan jangan selalu berpikir seniman hanya ngemis saja. Memang karena kondisinya seperti itu. Sampai-sampai saya sering bicara kalau kita ini (pelaku seni) ibaratkan pengemis, begitu ada kegiatan selalu bawa proposal yang disodorkan ke pemerintah, kalau tidak ke pihak sawasta,” keluhnya.
Menurutnya, sudah puluhan tahun seniman menjadi pengemis di dunia seni. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah provinsi maupun kota dan pejabat terkait lainnya dapat benar-benar memperhatikan dunia kesenian secara komprehensif.
“Kalau saya selaku seniman, sakit hati dengan pemerintah yang begitu luar biasa terhadap pembinaan olahraga baik di level provinsi sampai kabupaten/kota. Gedung olahraga ada dan fasilitasnya lengkap. Sedangkan fasilitas kesenian tidak ada,” tuturnya.
Dirinya juga mengajak rekan-rekan seniman Kalbar untuk berkumpul dan menghidupkan kembali Dewan Kesenian Kalbar dan Kota Pontianak yang sudah mati.
“Ini menjadi kesadaran teman seniman juga. Saya lihat teman seniman masih gontok-gontokan, itulah yang buat payah maju. Memang benar harus diakui, ego seniman luar biasa, tapi harusnya untuk kebersamaan, untuk marwah seni daerah, jangan bicara itu. Sekarang Dewan Kesenian kota dan Provinsi mati, itu harus dihidupkan kembali,” tandasnya.
Senada dengan Joseph Odillo Oendoen, Seniman Musik Kalbar, Paskalis turut menyambut positif rencana Pemprov Kalbar memindahkan taman budaya. Menurutnya, wacana itu harus ada sejak lama. Pasalnya, para seniman, kata dia, memang harus memiliki wadah atau media yang representatif yang memungkinkan para seniman untuk berkarya dan menghasilkan karya yang baik.
“Menurut saya wacana ini harus ada sejak lama, karena seniman itu memang harus punya wadah atau media yang representatif yang memungkinkan seniman itu bisa berkarya dan menghasilkan karya yang baik, salah satu fasilitasnya yaitu gedung. Di mana gedung yang lama ini, kalau kita lihat memang memprihatinkan,” tukasnya.
Seiring dengan rencana pemindahan taman budaya ini, artinya, lanjut Paskalis, pemerintah sudah mulai berfikir untuk memfasilitasi para seniman berkarya. Sebab menurutnya hal itu sangat penting, karena seniman dalam berkarya bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan daerah.
“Artinya pemerintah sudah mulai berfikir untuk memfasilitasi para seniman dalam berkarya, karena ini penting, seniman berkarya itu bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga daerah. Saya sambut positif, tapi mindsetnya harus dikelola dengan baik, karena banyak hal yang perlu diperhatikan, karena nantinya hal ini melibatkan orang banyak, kolektif, bukan individu,” jelasnya.
Ia juga berharap agar Pemerintah ke depannya terus memperhatikan para seniman, agar seiring dengan aktifitas karyanya, juga berdampak pada kemajuan daerah. Selama ini, diakui dia, perhatian pemerintah terhadap kesenian memang kurang. Namun, kata dia, pemerintah daerah juga bukan berarti tutup mata.
“Pemerintah kita saat ini juga perlu belajar dengan daerah lain, di mana daerah lain para senimannya sangat diapresiasi, tapi bukan juga semata-mata ukuran berapa nominal honor yang mereka dapat. Apresiasi itu banyak bentuk, salah satunya fasilitas, dilibatkan di banyak even-even pemerintah dan sebagainya. Sekali lagi kita apresiasi Pemerintah kita saat ini yang sudah mulai memperbaiki diri, sebelumnya memang kurang, kekurangan ini kita juga tak tahu, apakah mereka tidak paham atau bagaimana. Untuk pemerintah daerah saat ini ke depannya saya kira sudah mulai ke arah situ. Karena taman budaya ini memang sangat perlu, ini rumahnya para seniman,” pungkasnya.
Seperti diketahui, rencana pemindahan itu lantaran bangunan Taman Budaya yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Pontianak itu sudah usang, ditambah gedung hotel yang menjulang tinggi persis berada di sebelahnya, membuat Taman Budaya semakin tak representatif sebagai pusat pentas pertunjukan seni dan budaya.
Desain gedung Taman Budaya hasil sayembara yang dilakukan oleh Pemprov Kalbar sudah rampung bahkan sudah disetujui oleh Pemprov Kalbar tak terkecuali Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji yang langsung ia rilis di akun sosial medianya. Berdasarkan dari gambar desain itu, gedung utama Taman Budaya nantinya akan berbentuk oval melingkar dengan tema ‘Nyongsokng Tembawang’, berada persis di tengah-tengah antara Rumah Adat Melayu dan Rumah Radakng.
Saat dikonfirmasi, Sutarmidji mengakui bahwa dirinya memang ingin menyatukan taman budaya menjadi satu kawasan dengan Rumah Melayu dan Rumah Radakng.
“Di tengah-tengah antara dua bangunan itu (Rumah Melayu dan Rumah Radakng) ada Taman Budaya, nantinya ada arena pementasan seni dan budaya baik indoor maupun outdoor,” tukasnya.
Sesuai yang direncanakan, Taman Budaya itu nantinya juga akan dilengkapi fasilitas panggung pentas seni khusus outdor. Untuk menyokong kegiatan-kegiatan outdoor seperti gawai dan sebagainya. Tangga belakang rumah radakng bakal menjadi satu fasilitas penting bagi pentas seni outdoor itu sebagai tempat duduk bagi masyarakat yang datang menonton pagelaran pentas seni.
“Itu akan kita benahi, nanti ada panggungnya. Tempat orang duduk, bisa di tangga naik ke Rumah Radakng, itu bisa. Kemudian kita akan tambah trap baru di gedung yang sekarang ini,” tuturnya. (Fai)
Comment