Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 26 Desember 2019 |
KalbarOnline,
Pontianak – Rencana Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat berencana
merelokasi alias memindahkan Taman Budaya dan seisinya ke komplek Rumah Adat
Melayu dan Rumah Radakng dengan konsep dan wajah baru kekinian mendapat
tanggapan positif dari masyarakat tak terkecuali dari para seniman dan pihak
terkait di dalamnya.
Salah satunya dari Ketua Dapur Theater Kalbar, Joseph Odillo
Oendoen. Menurutnya, rencana Pemprov Kalbar memindahkan taman budaya itu sangat
positif.
“Sangat positif. Pertama, daerah itu dekat dengan simbol
etnis Kalbar baik Dayak dan Melayu. Kemudian, tempatnya juga luas,” ujarnya.
Kendati demikian, saudara kandung Katherine Angela Oendoen
ini juga memberikan beberapa catatannya kepada Pemerintah Provinsi Kalbar.
Selain beberapa fasilitas pendukung, Pemprov juga dimintanya untuk menyediakan
bengkel-bengkel pelatihan seni sebagai tempat pelaku seni berproses.
“Yang perlu diperhatikan juga adalah harus ada
bengkel-bengkel pelatihan seni, tempat pelaku seni berekspesi, berproses
(berlatih). Selain harus ada teater indoor dan outdoor sebagai arena pementasan
di seni pertunjukan. Harus juga ada tempat pameran, karena seni ini tidak hanya
seni pertunjukan yang harus diperhatikan, tapi juga seni rupa,” tukasnya.
Pemprov juga dimintanya untuk memperhatikan apresiasi
terhadap kesenian, terutama berkaitan dengan penghargaan pada kesenian para
seniman. Menurutnya, Pemprov wajib menunjang alokasi dana untuk taman budaya,
di mana dirinya mengaku pernah menjadi pegawai di taman budaya, sehingga cukup
mengetahui kondisi taman budaya secara jelas. Yang mana, kata dia, kekuatan
dana yang disupport pemerintah ke taman budaya itu sampai sekarang tidak sampai
Rp3 miliar pertahunnya.
“Luar biasa kecil, taman budaya untuk skop provinsi.
Ditambah lagi even-even yang harus kita ikuti di luar daerah, itu juga sebagai
bentuk proses pembelajaran seniman, untuk melihat perbandingan daerah kita
dengan daerah lain, itu sangat perlu dukungan Pemerintah kalau memang
Pemerintah secara konkrit ingin memperhatikan kesenian, itu salah satu tindak
nyatanya, support taman budaya, karena taman budaya itu corong pemerintah
bicara soal seni dan budaya,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi juga diharapkannya dapat mensupport
pekerja seni yang telah membawa nama baik daerah, sama seperti atlet olahraga.
“Saya selalu membandingkan itu, karena saya selaku pekerja
seni miris melihat perbandingan antara seniman dengan atlet. Dukungan
pemerintah mengenai anggaran memang masih terus diharapkan. Kadang masyarakat
berpikir seniman memangnya harus dibantu terus, tapi kenyataannya memang
begitu, harus dibantu dan memang harus diperhatikan pemerintah,” tegasnya lagi.
“Saya bersyukur sebagai PNS yang bekerja di bidang kesenian,
jadi saya tahu persis kondisi di taman budaya, luar biasa kecilnya dana
pembinaan kesenian dibandingkan dengan yang lainnya, miris,” timpalnya.
Kesenian, diakuinya, memang tak memiliki hasil secara
langsung, tapi akan muncul setelah beberapa tahun yang akan datang dan
apresiasi dari masyarakat akan muncul dengan sendirinya secara perlahan.
Kesenian itu, kata dia, bicara soal rasa. Bicara mengenai bagaimana masyarakat
bisa menikmati keindahan dan bisa memanusiakan manusia sesamanya.
“Dalam hal ini memang saya rasa pemerintah perlu ekstra dan
jangan selalu berpikir seniman hanya ngemis saja. Memang karena kondisinya
seperti itu. Sampai-sampai saya sering bicara kalau kita ini (pelaku seni)
ibaratkan pengemis, begitu ada kegiatan selalu bawa proposal yang disodorkan ke
pemerintah, kalau tidak ke pihak sawasta,” keluhnya.
Menurutnya, sudah puluhan tahun seniman menjadi pengemis di
dunia seni. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah provinsi maupun kota dan
pejabat terkait lainnya dapat benar-benar memperhatikan dunia kesenian secara
komprehensif.
“Kalau saya selaku seniman, sakit hati dengan pemerintah
yang begitu luar biasa terhadap pembinaan olahraga baik di level provinsi
sampai kabupaten/kota. Gedung olahraga ada dan fasilitasnya lengkap. Sedangkan
fasilitas kesenian tidak ada,” tuturnya.
Dirinya juga mengajak rekan-rekan seniman Kalbar untuk
berkumpul dan menghidupkan kembali Dewan Kesenian Kalbar dan Kota Pontianak
yang sudah mati.
“Ini menjadi kesadaran teman seniman juga. Saya lihat teman
seniman masih gontok-gontokan, itulah yang buat payah maju. Memang benar harus
diakui, ego seniman luar biasa, tapi harusnya untuk kebersamaan, untuk marwah
seni daerah, jangan bicara itu. Sekarang Dewan Kesenian kota dan Provinsi mati,
itu harus dihidupkan kembali,” tandasnya.
Senada dengan Joseph Odillo Oendoen, Seniman Musik Kalbar,
Paskalis turut menyambut positif rencana Pemprov Kalbar memindahkan taman
budaya. Menurutnya, wacana itu harus ada sejak lama. Pasalnya, para seniman,
kata dia, memang harus memiliki wadah atau media yang representatif yang
memungkinkan para seniman untuk berkarya dan menghasilkan karya yang baik.
“Menurut saya wacana ini harus ada sejak lama, karena
seniman itu memang harus punya wadah atau media yang representatif yang
memungkinkan seniman itu bisa berkarya dan menghasilkan karya yang baik, salah
satu fasilitasnya yaitu gedung. Di mana gedung yang lama ini, kalau kita lihat
memang memprihatinkan,” tukasnya.
Seiring dengan rencana pemindahan taman budaya ini, artinya,
lanjut Paskalis, pemerintah sudah mulai berfikir untuk memfasilitasi para
seniman berkarya. Sebab menurutnya hal itu sangat penting, karena seniman dalam
berkarya bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan daerah.
“Artinya pemerintah sudah mulai berfikir untuk memfasilitasi
para seniman dalam berkarya, karena ini penting, seniman berkarya itu bukan
hanya untuk diri sendiri, tapi juga daerah. Saya sambut positif, tapi
mindsetnya harus dikelola dengan baik, karena banyak hal yang perlu
diperhatikan, karena nantinya hal ini melibatkan orang banyak, kolektif, bukan
individu,” jelasnya.
Ia juga berharap agar Pemerintah ke depannya terus
memperhatikan para seniman, agar seiring dengan aktifitas karyanya, juga
berdampak pada kemajuan daerah. Selama ini, diakui dia, perhatian pemerintah
terhadap kesenian memang kurang. Namun, kata dia, pemerintah daerah juga bukan
berarti tutup mata.
“Pemerintah kita saat ini juga perlu belajar dengan daerah
lain, di mana daerah lain para senimannya sangat diapresiasi, tapi bukan juga
semata-mata ukuran berapa nominal honor yang mereka dapat. Apresiasi itu banyak
bentuk, salah satunya fasilitas, dilibatkan di banyak even-even pemerintah dan
sebagainya. Sekali lagi kita apresiasi Pemerintah kita saat ini yang sudah
mulai memperbaiki diri, sebelumnya memang kurang, kekurangan ini kita juga tak
tahu, apakah mereka tidak paham atau bagaimana. Untuk pemerintah daerah saat
ini ke depannya saya kira sudah mulai ke arah situ. Karena taman budaya ini
memang sangat perlu, ini rumahnya para seniman,” pungkasnya.
Seperti diketahui, rencana pemindahan itu lantaran bangunan Taman
Budaya yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Pontianak itu sudah usang, ditambah
gedung hotel yang menjulang tinggi persis berada di sebelahnya, membuat Taman
Budaya semakin tak representatif sebagai pusat pentas pertunjukan seni dan
budaya.
Desain gedung Taman Budaya hasil sayembara yang dilakukan
oleh Pemprov Kalbar sudah rampung bahkan sudah disetujui oleh Pemprov Kalbar
tak terkecuali Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji yang langsung ia rilis di
akun sosial medianya. Berdasarkan dari gambar desain itu, gedung utama Taman
Budaya nantinya akan berbentuk oval melingkar dengan tema ‘Nyongsokng
Tembawang’, berada persis di tengah-tengah antara Rumah Adat Melayu dan Rumah
Radakng.
Saat dikonfirmasi, Sutarmidji mengakui bahwa dirinya memang
ingin menyatukan taman budaya menjadi satu kawasan dengan Rumah Melayu dan
Rumah Radakng.
“Di tengah-tengah antara dua bangunan itu (Rumah Melayu dan
Rumah Radakng) ada Taman Budaya, nantinya ada arena pementasan seni dan budaya
baik indoor maupun outdoor,” tukasnya.
Sesuai yang direncanakan, Taman Budaya itu nantinya juga
akan dilengkapi fasilitas panggung pentas seni khusus outdor. Untuk menyokong
kegiatan-kegiatan outdoor seperti gawai dan sebagainya. Tangga belakang rumah
radakng bakal menjadi satu fasilitas penting bagi pentas seni outdoor itu
sebagai tempat duduk bagi masyarakat yang datang menonton pagelaran pentas
seni.
“Itu akan kita benahi, nanti ada panggungnya. Tempat orang
duduk, bisa di tangga naik ke Rumah Radakng, itu bisa. Kemudian kita akan
tambah trap baru di gedung yang sekarang ini,” tuturnya. (Fai)
KalbarOnline,
Pontianak – Rencana Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat berencana
merelokasi alias memindahkan Taman Budaya dan seisinya ke komplek Rumah Adat
Melayu dan Rumah Radakng dengan konsep dan wajah baru kekinian mendapat
tanggapan positif dari masyarakat tak terkecuali dari para seniman dan pihak
terkait di dalamnya.
Salah satunya dari Ketua Dapur Theater Kalbar, Joseph Odillo
Oendoen. Menurutnya, rencana Pemprov Kalbar memindahkan taman budaya itu sangat
positif.
“Sangat positif. Pertama, daerah itu dekat dengan simbol
etnis Kalbar baik Dayak dan Melayu. Kemudian, tempatnya juga luas,” ujarnya.
Kendati demikian, saudara kandung Katherine Angela Oendoen
ini juga memberikan beberapa catatannya kepada Pemerintah Provinsi Kalbar.
Selain beberapa fasilitas pendukung, Pemprov juga dimintanya untuk menyediakan
bengkel-bengkel pelatihan seni sebagai tempat pelaku seni berproses.
“Yang perlu diperhatikan juga adalah harus ada
bengkel-bengkel pelatihan seni, tempat pelaku seni berekspesi, berproses
(berlatih). Selain harus ada teater indoor dan outdoor sebagai arena pementasan
di seni pertunjukan. Harus juga ada tempat pameran, karena seni ini tidak hanya
seni pertunjukan yang harus diperhatikan, tapi juga seni rupa,” tukasnya.
Pemprov juga dimintanya untuk memperhatikan apresiasi
terhadap kesenian, terutama berkaitan dengan penghargaan pada kesenian para
seniman. Menurutnya, Pemprov wajib menunjang alokasi dana untuk taman budaya,
di mana dirinya mengaku pernah menjadi pegawai di taman budaya, sehingga cukup
mengetahui kondisi taman budaya secara jelas. Yang mana, kata dia, kekuatan
dana yang disupport pemerintah ke taman budaya itu sampai sekarang tidak sampai
Rp3 miliar pertahunnya.
“Luar biasa kecil, taman budaya untuk skop provinsi.
Ditambah lagi even-even yang harus kita ikuti di luar daerah, itu juga sebagai
bentuk proses pembelajaran seniman, untuk melihat perbandingan daerah kita
dengan daerah lain, itu sangat perlu dukungan Pemerintah kalau memang
Pemerintah secara konkrit ingin memperhatikan kesenian, itu salah satu tindak
nyatanya, support taman budaya, karena taman budaya itu corong pemerintah
bicara soal seni dan budaya,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi juga diharapkannya dapat mensupport
pekerja seni yang telah membawa nama baik daerah, sama seperti atlet olahraga.
“Saya selalu membandingkan itu, karena saya selaku pekerja
seni miris melihat perbandingan antara seniman dengan atlet. Dukungan
pemerintah mengenai anggaran memang masih terus diharapkan. Kadang masyarakat
berpikir seniman memangnya harus dibantu terus, tapi kenyataannya memang
begitu, harus dibantu dan memang harus diperhatikan pemerintah,” tegasnya lagi.
“Saya bersyukur sebagai PNS yang bekerja di bidang kesenian,
jadi saya tahu persis kondisi di taman budaya, luar biasa kecilnya dana
pembinaan kesenian dibandingkan dengan yang lainnya, miris,” timpalnya.
Kesenian, diakuinya, memang tak memiliki hasil secara
langsung, tapi akan muncul setelah beberapa tahun yang akan datang dan
apresiasi dari masyarakat akan muncul dengan sendirinya secara perlahan.
Kesenian itu, kata dia, bicara soal rasa. Bicara mengenai bagaimana masyarakat
bisa menikmati keindahan dan bisa memanusiakan manusia sesamanya.
“Dalam hal ini memang saya rasa pemerintah perlu ekstra dan
jangan selalu berpikir seniman hanya ngemis saja. Memang karena kondisinya
seperti itu. Sampai-sampai saya sering bicara kalau kita ini (pelaku seni)
ibaratkan pengemis, begitu ada kegiatan selalu bawa proposal yang disodorkan ke
pemerintah, kalau tidak ke pihak sawasta,” keluhnya.
Menurutnya, sudah puluhan tahun seniman menjadi pengemis di
dunia seni. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah provinsi maupun kota dan
pejabat terkait lainnya dapat benar-benar memperhatikan dunia kesenian secara
komprehensif.
“Kalau saya selaku seniman, sakit hati dengan pemerintah
yang begitu luar biasa terhadap pembinaan olahraga baik di level provinsi
sampai kabupaten/kota. Gedung olahraga ada dan fasilitasnya lengkap. Sedangkan
fasilitas kesenian tidak ada,” tuturnya.
Dirinya juga mengajak rekan-rekan seniman Kalbar untuk
berkumpul dan menghidupkan kembali Dewan Kesenian Kalbar dan Kota Pontianak
yang sudah mati.
“Ini menjadi kesadaran teman seniman juga. Saya lihat teman
seniman masih gontok-gontokan, itulah yang buat payah maju. Memang benar harus
diakui, ego seniman luar biasa, tapi harusnya untuk kebersamaan, untuk marwah
seni daerah, jangan bicara itu. Sekarang Dewan Kesenian kota dan Provinsi mati,
itu harus dihidupkan kembali,” tandasnya.
Senada dengan Joseph Odillo Oendoen, Seniman Musik Kalbar,
Paskalis turut menyambut positif rencana Pemprov Kalbar memindahkan taman
budaya. Menurutnya, wacana itu harus ada sejak lama. Pasalnya, para seniman,
kata dia, memang harus memiliki wadah atau media yang representatif yang
memungkinkan para seniman untuk berkarya dan menghasilkan karya yang baik.
“Menurut saya wacana ini harus ada sejak lama, karena
seniman itu memang harus punya wadah atau media yang representatif yang
memungkinkan seniman itu bisa berkarya dan menghasilkan karya yang baik, salah
satu fasilitasnya yaitu gedung. Di mana gedung yang lama ini, kalau kita lihat
memang memprihatinkan,” tukasnya.
Seiring dengan rencana pemindahan taman budaya ini, artinya,
lanjut Paskalis, pemerintah sudah mulai berfikir untuk memfasilitasi para
seniman berkarya. Sebab menurutnya hal itu sangat penting, karena seniman dalam
berkarya bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan daerah.
“Artinya pemerintah sudah mulai berfikir untuk memfasilitasi
para seniman dalam berkarya, karena ini penting, seniman berkarya itu bukan
hanya untuk diri sendiri, tapi juga daerah. Saya sambut positif, tapi
mindsetnya harus dikelola dengan baik, karena banyak hal yang perlu
diperhatikan, karena nantinya hal ini melibatkan orang banyak, kolektif, bukan
individu,” jelasnya.
Ia juga berharap agar Pemerintah ke depannya terus
memperhatikan para seniman, agar seiring dengan aktifitas karyanya, juga
berdampak pada kemajuan daerah. Selama ini, diakui dia, perhatian pemerintah
terhadap kesenian memang kurang. Namun, kata dia, pemerintah daerah juga bukan
berarti tutup mata.
“Pemerintah kita saat ini juga perlu belajar dengan daerah
lain, di mana daerah lain para senimannya sangat diapresiasi, tapi bukan juga
semata-mata ukuran berapa nominal honor yang mereka dapat. Apresiasi itu banyak
bentuk, salah satunya fasilitas, dilibatkan di banyak even-even pemerintah dan
sebagainya. Sekali lagi kita apresiasi Pemerintah kita saat ini yang sudah
mulai memperbaiki diri, sebelumnya memang kurang, kekurangan ini kita juga tak
tahu, apakah mereka tidak paham atau bagaimana. Untuk pemerintah daerah saat
ini ke depannya saya kira sudah mulai ke arah situ. Karena taman budaya ini
memang sangat perlu, ini rumahnya para seniman,” pungkasnya.
Seperti diketahui, rencana pemindahan itu lantaran bangunan Taman
Budaya yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Pontianak itu sudah usang, ditambah
gedung hotel yang menjulang tinggi persis berada di sebelahnya, membuat Taman
Budaya semakin tak representatif sebagai pusat pentas pertunjukan seni dan
budaya.
Desain gedung Taman Budaya hasil sayembara yang dilakukan
oleh Pemprov Kalbar sudah rampung bahkan sudah disetujui oleh Pemprov Kalbar
tak terkecuali Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji yang langsung ia rilis di
akun sosial medianya. Berdasarkan dari gambar desain itu, gedung utama Taman
Budaya nantinya akan berbentuk oval melingkar dengan tema ‘Nyongsokng
Tembawang’, berada persis di tengah-tengah antara Rumah Adat Melayu dan Rumah
Radakng.
Saat dikonfirmasi, Sutarmidji mengakui bahwa dirinya memang
ingin menyatukan taman budaya menjadi satu kawasan dengan Rumah Melayu dan
Rumah Radakng.
“Di tengah-tengah antara dua bangunan itu (Rumah Melayu dan
Rumah Radakng) ada Taman Budaya, nantinya ada arena pementasan seni dan budaya
baik indoor maupun outdoor,” tukasnya.
Sesuai yang direncanakan, Taman Budaya itu nantinya juga
akan dilengkapi fasilitas panggung pentas seni khusus outdor. Untuk menyokong
kegiatan-kegiatan outdoor seperti gawai dan sebagainya. Tangga belakang rumah
radakng bakal menjadi satu fasilitas penting bagi pentas seni outdoor itu
sebagai tempat duduk bagi masyarakat yang datang menonton pagelaran pentas
seni.
“Itu akan kita benahi, nanti ada panggungnya. Tempat orang
duduk, bisa di tangga naik ke Rumah Radakng, itu bisa. Kemudian kita akan
tambah trap baru di gedung yang sekarang ini,” tuturnya. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini