Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Selasa, 31 Desember 2019 |
MTAMT Sekadau
Lanjutkan Perayaan Maulid Tradisional di Desa Temesuk
KalbarOnline, Sekadau
– Majelis Taklim Albarzanji Maulid Tradisional (MTAMT) Kabupaten Sekadau
kembali menggelar Maulid tradisional. Kali ini perayaan peringatan hari lahir
Nabi Muhammad ke-1441 Hijriah oleh MTAMT Sekadau ini dipusatkan di Masjid
Al-Mujahidin, Desa Temesuk, Kecamatan Nanga Mahap, Senin (30/12/2019).
Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua I MTAMT Sekadau, Drs.
H. Zarkasi Effendi serta sejumlah pengurus MTAMT, Ketua MUI Sekadau, KH.
Mudhlar, pengurus Masjid Al-Mujahidin, tokoh masyarakat, tokoh agama dan
seluruh jamaah yang berasal dari berbagai kecamatan di Sekadau yang sengaja
hadir untuk memeriahkan perayaan Maulid Tradisional di Desa Temesuk.
Ketua MUI Sekadau, KH Mudhlar dalam sambutannya menuturkan
bahwa Maulid Nabi tradisional ini dilakukan selama empat bulan. Dalam
pelaksanaannya, kata dia, dilakukan secara keliling sesuai zona yang sudah
ditentukan oleh MTAMT Sekadau.
“Ini sudah setengah perjalanan. Alhamdulillah hari ini kita
di Desa Temesuk walaupun jalannya jauh, tapi tidak mengurangi semangat jamaah
MTAMT,” ujarnya mengawali tausiyahnya.
Dalam tausiyahnya itu, ia menceritakan asal mulanya Maulid Nabi
Muhammad yang memiliki dua pendapat yang disepakati para ulama. Pertama, yang
disepakati para ulama, kata dia, Rasulullah diyakini lahir pada 12 Rabiul awal tahun
gajah. Pendapat kedua disebutkan bahwa Nabi Muhammad lahir pada 9 Rabiul awal tahun
gajah.
Ia mengatakan, sejarah perayaan Maulid Nabi Muhammad pertama
kali diketahui muncul di masa Bani Fatimiyyah di Mesir. Dinasti Fatimiyyah
didirikan oleh Sa’id bin Husain di Tunisia sekitar tahun 909 M.
“Nama Fatimiyah diambil dari putri Rasulullah yang juga
istri Ali bin Abi Thalib. Sa’id bin Husain dan para pendiri Dinasti Fatimiyah
mengklaim masih satu garis nasab atau keturunan dengan Fatimah. Dinasti
Fatimiyah runtuh pada tahun 1169 Masehi. Lahirlah kemudian Dinasti Ayyubiah
pimpinan Salahudin Al-Ayyubi,” terangnya.
Ketika itu, lanjut Mudhlar, Shalahuddin Al-Ayyubi yang
menaklukan Bani Fatimiyyah di Mesir melihat warga merayakan hari lahir Ali bin
Abi Thalib sebagai wujud kecintaan mereka pada Rasulullah.
“Salahuddin Al-Ayyubi kemudian menggagas festival syair,
yang kemudian muncul syair-syair besar di bidang cerita tentang Nabi yaitu ada
Barzanji dan Ad Diba’I. Nah, dari sanalah muncul perayaan-perayaan maulid,”
tukasnya.
“Jadi sebenarnya awalnya itu perayaan maulid untuk Ali bin
Abi Thalib dan sekarang sudah menjadi tradisi maulid itu,” imbuh dia.
Salahuddin Al-Ayyubi, lanjutnya lagi, melihat perayaan
Maulid Nabi Muhammad bisa membangkitkan semangat juang umat Islam. Sehingga dia
pun kemudian menginstruksikan perayaan Maulid Nabi setiap tahun di tanggal 12
Rabiul awal. Perintah itu dia sampaikan pada musim haji tahun 579 hijriyah atau
1183 Masehi.
Mengenai dalil perayaan Maulid Nabi Muhammad, KH Mudhlar menyebut
ada beberapa hadits yang menjelaskan. Salah satunya ketika para sahabat
bertanya alasan Rasulullah berpuasa di hari Senin dan Kamis. Kepada para
sahabat, Rasulullah menjawab bahwa Beliau dilahirkan pada hari Senin dan
diangkat menjadi Rasul di hari Kamis.
“Itu artinya Nabi memperingati hari kelahirannya dengan cara
berpuasa. Untuk generasi sekarang merayakan peringatan maulid dengan berpuasa
di hari Senin dan membaca riwayatnya,” tandasnya.
Sementara Ketua MTAMT I, Zarkasi Effendi menuturkan bahwa
digelarnya maulid tradisional ini sebagai ajang mempererat silaturrahim
sekaligus syiar umat Islam dalam memupuk tingkat keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Alhamdulillah hari ini kita kembali melaksanakan maulid
tradisional, kali ini di Masjid Al-Mujahidin Desa Temesuk. Ini merupakan ajang
mempererat silaturahim sesama umat Muslim,” ujarnya.

Sementara Kepala Desa Temesuk, Rayadi menyambut baik
digelarnya maulid tradisional ini. Karena bertujuan untuk meningkatkan
silaturahmi dan ukhuwah antar sesama muslim. Selain itu juga sebagai momentum untuk
penerapan ilmu agama kepada umat Muslim.
“Karena diisi dengan zikir, syair, kemudian ada gunting
rambut untuk anak-anak dan doa bersama. Tentu ini bertujuan untuk mengharapkan ridho
dan keberkahan dari Allah juga mengharapkan syafaat Nabi Muhammad di hari akhir
nanti,” tuturnya.
Pihaknya berterima kasih kepada MTAMT Sekadau yang telah
menjadwalkan pelaksanaan Maulid Tradisional di desanya itu.
“Kami ucapkan terima kasih banyak kepada MTAMT Sekadau dan
para jamaah lainnya yang telah hadir di sini. Semoga ini menjadi momen yang
baik bagi masyarakat muslim khususnya di Desa Semabi. Semoga pelaksanaan di
tahun berikutnya semakin baik,” tukasnya.
Di kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasihnya
kepada Pemerintah Kabupaten Sekadau yang sudah mengupayakan pembangunan jembatan
penghubung antara desa-desa maupun dusun-dusun di wilayahnya itu sampai ke Kabupaten
Ketapang.
“Melalui momentum ini kita juga berharap ke depannya Pemerintah
Kabupaten Sekadau melalui dinas terkait dapat membantu kami yang saat ini
sedang membangun Masjid Al-Mujahidin ini,” tandasnya. (Mus)
MTAMT Sekadau
Lanjutkan Perayaan Maulid Tradisional di Desa Temesuk
KalbarOnline, Sekadau
– Majelis Taklim Albarzanji Maulid Tradisional (MTAMT) Kabupaten Sekadau
kembali menggelar Maulid tradisional. Kali ini perayaan peringatan hari lahir
Nabi Muhammad ke-1441 Hijriah oleh MTAMT Sekadau ini dipusatkan di Masjid
Al-Mujahidin, Desa Temesuk, Kecamatan Nanga Mahap, Senin (30/12/2019).
Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua I MTAMT Sekadau, Drs.
H. Zarkasi Effendi serta sejumlah pengurus MTAMT, Ketua MUI Sekadau, KH.
Mudhlar, pengurus Masjid Al-Mujahidin, tokoh masyarakat, tokoh agama dan
seluruh jamaah yang berasal dari berbagai kecamatan di Sekadau yang sengaja
hadir untuk memeriahkan perayaan Maulid Tradisional di Desa Temesuk.
Ketua MUI Sekadau, KH Mudhlar dalam sambutannya menuturkan
bahwa Maulid Nabi tradisional ini dilakukan selama empat bulan. Dalam
pelaksanaannya, kata dia, dilakukan secara keliling sesuai zona yang sudah
ditentukan oleh MTAMT Sekadau.
“Ini sudah setengah perjalanan. Alhamdulillah hari ini kita
di Desa Temesuk walaupun jalannya jauh, tapi tidak mengurangi semangat jamaah
MTAMT,” ujarnya mengawali tausiyahnya.
Dalam tausiyahnya itu, ia menceritakan asal mulanya Maulid Nabi
Muhammad yang memiliki dua pendapat yang disepakati para ulama. Pertama, yang
disepakati para ulama, kata dia, Rasulullah diyakini lahir pada 12 Rabiul awal tahun
gajah. Pendapat kedua disebutkan bahwa Nabi Muhammad lahir pada 9 Rabiul awal tahun
gajah.
Ia mengatakan, sejarah perayaan Maulid Nabi Muhammad pertama
kali diketahui muncul di masa Bani Fatimiyyah di Mesir. Dinasti Fatimiyyah
didirikan oleh Sa’id bin Husain di Tunisia sekitar tahun 909 M.
“Nama Fatimiyah diambil dari putri Rasulullah yang juga
istri Ali bin Abi Thalib. Sa’id bin Husain dan para pendiri Dinasti Fatimiyah
mengklaim masih satu garis nasab atau keturunan dengan Fatimah. Dinasti
Fatimiyah runtuh pada tahun 1169 Masehi. Lahirlah kemudian Dinasti Ayyubiah
pimpinan Salahudin Al-Ayyubi,” terangnya.
Ketika itu, lanjut Mudhlar, Shalahuddin Al-Ayyubi yang
menaklukan Bani Fatimiyyah di Mesir melihat warga merayakan hari lahir Ali bin
Abi Thalib sebagai wujud kecintaan mereka pada Rasulullah.
“Salahuddin Al-Ayyubi kemudian menggagas festival syair,
yang kemudian muncul syair-syair besar di bidang cerita tentang Nabi yaitu ada
Barzanji dan Ad Diba’I. Nah, dari sanalah muncul perayaan-perayaan maulid,”
tukasnya.
“Jadi sebenarnya awalnya itu perayaan maulid untuk Ali bin
Abi Thalib dan sekarang sudah menjadi tradisi maulid itu,” imbuh dia.
Salahuddin Al-Ayyubi, lanjutnya lagi, melihat perayaan
Maulid Nabi Muhammad bisa membangkitkan semangat juang umat Islam. Sehingga dia
pun kemudian menginstruksikan perayaan Maulid Nabi setiap tahun di tanggal 12
Rabiul awal. Perintah itu dia sampaikan pada musim haji tahun 579 hijriyah atau
1183 Masehi.
Mengenai dalil perayaan Maulid Nabi Muhammad, KH Mudhlar menyebut
ada beberapa hadits yang menjelaskan. Salah satunya ketika para sahabat
bertanya alasan Rasulullah berpuasa di hari Senin dan Kamis. Kepada para
sahabat, Rasulullah menjawab bahwa Beliau dilahirkan pada hari Senin dan
diangkat menjadi Rasul di hari Kamis.
“Itu artinya Nabi memperingati hari kelahirannya dengan cara
berpuasa. Untuk generasi sekarang merayakan peringatan maulid dengan berpuasa
di hari Senin dan membaca riwayatnya,” tandasnya.
Sementara Ketua MTAMT I, Zarkasi Effendi menuturkan bahwa
digelarnya maulid tradisional ini sebagai ajang mempererat silaturrahim
sekaligus syiar umat Islam dalam memupuk tingkat keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Alhamdulillah hari ini kita kembali melaksanakan maulid
tradisional, kali ini di Masjid Al-Mujahidin Desa Temesuk. Ini merupakan ajang
mempererat silaturahim sesama umat Muslim,” ujarnya.

Sementara Kepala Desa Temesuk, Rayadi menyambut baik
digelarnya maulid tradisional ini. Karena bertujuan untuk meningkatkan
silaturahmi dan ukhuwah antar sesama muslim. Selain itu juga sebagai momentum untuk
penerapan ilmu agama kepada umat Muslim.
“Karena diisi dengan zikir, syair, kemudian ada gunting
rambut untuk anak-anak dan doa bersama. Tentu ini bertujuan untuk mengharapkan ridho
dan keberkahan dari Allah juga mengharapkan syafaat Nabi Muhammad di hari akhir
nanti,” tuturnya.
Pihaknya berterima kasih kepada MTAMT Sekadau yang telah
menjadwalkan pelaksanaan Maulid Tradisional di desanya itu.
“Kami ucapkan terima kasih banyak kepada MTAMT Sekadau dan
para jamaah lainnya yang telah hadir di sini. Semoga ini menjadi momen yang
baik bagi masyarakat muslim khususnya di Desa Semabi. Semoga pelaksanaan di
tahun berikutnya semakin baik,” tukasnya.
Di kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasihnya
kepada Pemerintah Kabupaten Sekadau yang sudah mengupayakan pembangunan jembatan
penghubung antara desa-desa maupun dusun-dusun di wilayahnya itu sampai ke Kabupaten
Ketapang.
“Melalui momentum ini kita juga berharap ke depannya Pemerintah
Kabupaten Sekadau melalui dinas terkait dapat membantu kami yang saat ini
sedang membangun Masjid Al-Mujahidin ini,” tandasnya. (Mus)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini