Sekadau    

Perkuat Ukhuwah Lewat Maulid Tradisional

Oleh : Jauhari Fatria
Selasa, 31 Desember 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

MTAMT Sekadau

Lanjutkan Perayaan Maulid Tradisional di Desa Temesuk

KalbarOnline, Sekadau

Majelis Taklim Albarzanji Maulid Tradisional (MTAMT) Kabupaten Sekadau

kembali menggelar Maulid tradisional. Kali ini perayaan peringatan hari lahir

Nabi Muhammad ke-1441 Hijriah oleh MTAMT Sekadau ini dipusatkan di Masjid

Al-Mujahidin, Desa Temesuk, Kecamatan Nanga Mahap, Senin (30/12/2019).

Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua I MTAMT Sekadau, Drs.

H. Zarkasi Effendi serta sejumlah pengurus MTAMT, Ketua MUI Sekadau, KH.

Mudhlar, pengurus Masjid Al-Mujahidin, tokoh masyarakat, tokoh agama dan

seluruh jamaah yang berasal dari berbagai kecamatan di Sekadau yang sengaja

hadir untuk memeriahkan perayaan Maulid Tradisional di Desa Temesuk.

Ketua MUI Sekadau, KH Mudhlar dalam sambutannya menuturkan

bahwa Maulid Nabi tradisional ini dilakukan selama empat bulan. Dalam

pelaksanaannya, kata dia, dilakukan secara keliling sesuai zona yang sudah

ditentukan oleh MTAMT Sekadau.

“Ini sudah setengah perjalanan. Alhamdulillah hari ini kita

di Desa Temesuk walaupun jalannya jauh, tapi tidak mengurangi semangat jamaah

MTAMT,” ujarnya mengawali tausiyahnya.

Dalam tausiyahnya itu, ia menceritakan asal mulanya Maulid Nabi

Muhammad yang memiliki dua pendapat yang disepakati para ulama. Pertama, yang

disepakati para ulama, kata dia, Rasulullah diyakini lahir pada 12 Rabiul awal tahun

gajah. Pendapat kedua disebutkan bahwa Nabi Muhammad lahir pada 9 Rabiul awal tahun

gajah.

Ia mengatakan, sejarah perayaan Maulid Nabi Muhammad pertama

kali diketahui muncul di masa Bani Fatimiyyah di Mesir. Dinasti Fatimiyyah

didirikan oleh Sa’id bin Husain di Tunisia sekitar tahun 909 M.

“Nama Fatimiyah diambil dari putri Rasulullah yang juga

istri Ali bin Abi Thalib. Sa’id bin Husain dan para pendiri Dinasti Fatimiyah

mengklaim masih satu garis nasab atau keturunan dengan Fatimah. Dinasti

Fatimiyah runtuh pada tahun 1169 Masehi. Lahirlah kemudian Dinasti Ayyubiah

pimpinan Salahudin Al-Ayyubi,” terangnya.

Ketika itu, lanjut Mudhlar, Shalahuddin Al-Ayyubi yang

menaklukan Bani Fatimiyyah di Mesir melihat warga merayakan hari lahir Ali bin

Abi Thalib sebagai wujud kecintaan mereka pada Rasulullah.

“Salahuddin Al-Ayyubi kemudian menggagas festival syair,

yang kemudian muncul syair-syair besar di bidang cerita tentang Nabi yaitu ada

Barzanji dan Ad Diba’I. Nah, dari sanalah muncul perayaan-perayaan maulid,”

tukasnya.

“Jadi sebenarnya awalnya itu perayaan maulid untuk Ali bin

Abi Thalib dan sekarang sudah menjadi tradisi maulid itu,” imbuh dia.

Salahuddin Al-Ayyubi, lanjutnya lagi, melihat perayaan

Maulid Nabi Muhammad bisa membangkitkan semangat juang umat Islam. Sehingga dia

pun kemudian menginstruksikan perayaan Maulid Nabi setiap tahun di tanggal 12

Rabiul awal. Perintah itu dia sampaikan pada musim haji tahun 579 hijriyah atau

1183 Masehi.

Mengenai dalil perayaan Maulid Nabi Muhammad, KH Mudhlar menyebut

ada beberapa hadits yang menjelaskan. Salah satunya ketika para sahabat

bertanya alasan Rasulullah berpuasa di hari Senin dan Kamis. Kepada para

sahabat, Rasulullah menjawab bahwa Beliau dilahirkan pada hari Senin dan

diangkat menjadi Rasul di hari Kamis.

“Itu artinya Nabi memperingati hari kelahirannya dengan cara

berpuasa. Untuk generasi sekarang merayakan peringatan maulid dengan berpuasa

di hari Senin dan membaca riwayatnya,” tandasnya.

Sementara Ketua MTAMT I, Zarkasi Effendi menuturkan bahwa

digelarnya maulid tradisional ini sebagai ajang mempererat silaturrahim

sekaligus syiar umat Islam dalam memupuk tingkat keimanan dan ketaqwaan kepada

Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Alhamdulillah hari ini kita kembali melaksanakan maulid

tradisional, kali ini di Masjid Al-Mujahidin Desa Temesuk. Ini merupakan ajang

mempererat silaturahim sesama umat Muslim,” ujarnya.

Kepala Desa Temesuk, Rayadi

Sementara Kepala Desa Temesuk, Rayadi menyambut baik

digelarnya maulid tradisional ini. Karena bertujuan untuk meningkatkan

silaturahmi dan ukhuwah antar sesama muslim. Selain itu juga sebagai momentum untuk

penerapan ilmu agama kepada umat Muslim.

“Karena diisi dengan zikir, syair, kemudian ada gunting

rambut untuk anak-anak dan doa bersama. Tentu ini bertujuan untuk mengharapkan ridho

dan keberkahan dari Allah juga mengharapkan syafaat Nabi Muhammad di hari akhir

nanti,” tuturnya.

Pihaknya berterima kasih kepada MTAMT Sekadau yang telah

menjadwalkan pelaksanaan Maulid Tradisional di desanya itu.

“Kami ucapkan terima kasih banyak kepada MTAMT Sekadau dan

para jamaah lainnya yang telah hadir di sini. Semoga ini menjadi momen yang

baik bagi masyarakat muslim khususnya di Desa Semabi. Semoga pelaksanaan di

tahun berikutnya semakin baik,” tukasnya.

Di kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasihnya

kepada Pemerintah Kabupaten Sekadau yang sudah mengupayakan pembangunan jembatan

penghubung antara desa-desa maupun dusun-dusun di wilayahnya itu sampai ke Kabupaten

Ketapang.

“Melalui momentum ini kita juga berharap ke depannya Pemerintah

Kabupaten Sekadau melalui dinas terkait dapat membantu kami yang saat ini

sedang membangun Masjid Al-Mujahidin ini,” tandasnya. (Mus)

Artikel Selanjutnya
Ketabung Manalau Gelar Pawai Bhineka Sambut Tahun Baru 2020
Selasa, 31 Desember 2019
Artikel Sebelumnya
Bupati Muda Imbau Masyarakat Sambut Tahun Baru Tak Berlebihan
Selasa, 31 Desember 2019

Berita terkait