Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 31 Januari 2020 |
KalbarOnline,
Pontianak – Ratusan karyawan anak perusahaan PLN yakni PT Haleyora
Powerindo (HPI) se-Kalimantan Barat yang tergabung dalam Serikat Pekerja
Khatulistiwa Outsourcing menggeruduk Kantor DPRD Kalbar. Kedatangan mereka
dalam rangka meminta fasilitasi dewan dalam hal ini para anggota Komisi V DPRD
Kalbar untuk dimediasikan dengan pihak PT Haleyora Powerindo dengan PT PLN
Kalbar dan Disnakertrans Kalbar guna menuntut hak atas pesangon mereka, di
ruang serbaguna DPRD Kalbar, Kamis (30/1/2020).
Dari Komisi V DPRD Provinsi Kalbar hadir langsung Ketua
Komisi V, Edi R Yacoub, Wakil Ketua Komisi V DPRD Kalbar, Tony Kurniadi dan
anggota Komisi V lainnya. Hadir pula, Kepala Disnakertrans, Ignasius dan
Mediator Disnakertrans, Umar. Sementara PT HPI mengirimkan utusannya yakni
Tejo, perwakilan PLN Kalbar, Marta dan rekannya.
Perselisihan antara para pekerja dan pihak perusahaan ini
bermula pada Oktober 2019, di mana para pekerja dialihkan statusnya yang semula
merupakan karyawan PT Haleyora Powerindo ke PT Paguntaka Cahaya Nusantara tanpa
disertai hak-hak normatif dan dinilai sepihak lantaran tanpa ada sosialisasi
sebelumnya sekaligus kesepakatan antara kedua belah pihak.
Mediasi yang berlangsung hingga sore itu sempat alot dan
sempat di-skors oleh Dewan, lantaran dari pihak perusahaan (HPI) termasuk pihak
PLN Kalbar yang semula sudah sepakat akan menindaklanjuti tuntutan karyawan
berdasarkan mediasi sebelumnya terkesan ingkar. Pihak pekerja bahkan mengancam
untuk menahan para perwakilan perusahaan agar tak bisa pulang, sebagai bentuk
kekesalan mereka terhadap perusahaan lantaran pihak perusahaan berulang kali
mengirimkan utusan yang tak dapat mengambil keputusan, sehingga para pekerja
merasa seperti dipermainkan.
Emosi para pekerja kembali meluap setelah mendengar statemen dari pihak PT Haleyora Powerindo, Tejo yang menyatakan bahwa secara faktual pihaknya sudah tak ada kepentingan bisnis lagi di Kalbar. Menurut para pekerja, pernyataan tersebut sangat tak pantas. Para pekerja menyebut PT Haleyora Powerindo seperti penjajah, usai meraup keuntungan di Kalbar lalu pergi meninggalkan masalah.
Hingga sore hari, akhirnya mediasi itu menghasilkan
rekomendasi DPRD bersama pekerja yang intinya meminta PT Haleyora Powerindo
untuk memenuhi hak para pekerja yaitu membayar pesangon 100 persen dalam jangka
waktu 10 hari ini. Jika tidak dipenuhi, DPRD Kalbar akan memanggil pihak PLN
dan PT Haleyora Powerindo pada 18 Februari 2020 mendatang.
Kesepakatan rekomendasi itu ditandatangani oleh pimpinan
Komisi V DPRD Provinsi Kalbar dan seluruh perwakilan Pekerja. Meski kecewa atas
putusan ini, para pekerja mengaku menerima keputusan tersebut lantaran ada
tenggat waktu yang jelas yang diberikan oleh DPRD terhadap pihak perusahaan.
“Kita ini mencarikan solusi terbaik, walaupun tentu ada yang
belum puas, kita jadwalkan tanggal 18 Februari, mengingat banyaknya jadwal DPRD
yang sudah dijadwalkan Badan Musyawarah, jadi yang paling mungkin bisa tanggal
18 Februari ini,” ujar Edi Yacoub. (Fai)
KalbarOnline,
Pontianak – Ratusan karyawan anak perusahaan PLN yakni PT Haleyora
Powerindo (HPI) se-Kalimantan Barat yang tergabung dalam Serikat Pekerja
Khatulistiwa Outsourcing menggeruduk Kantor DPRD Kalbar. Kedatangan mereka
dalam rangka meminta fasilitasi dewan dalam hal ini para anggota Komisi V DPRD
Kalbar untuk dimediasikan dengan pihak PT Haleyora Powerindo dengan PT PLN
Kalbar dan Disnakertrans Kalbar guna menuntut hak atas pesangon mereka, di
ruang serbaguna DPRD Kalbar, Kamis (30/1/2020).
Dari Komisi V DPRD Provinsi Kalbar hadir langsung Ketua
Komisi V, Edi R Yacoub, Wakil Ketua Komisi V DPRD Kalbar, Tony Kurniadi dan
anggota Komisi V lainnya. Hadir pula, Kepala Disnakertrans, Ignasius dan
Mediator Disnakertrans, Umar. Sementara PT HPI mengirimkan utusannya yakni
Tejo, perwakilan PLN Kalbar, Marta dan rekannya.
Perselisihan antara para pekerja dan pihak perusahaan ini
bermula pada Oktober 2019, di mana para pekerja dialihkan statusnya yang semula
merupakan karyawan PT Haleyora Powerindo ke PT Paguntaka Cahaya Nusantara tanpa
disertai hak-hak normatif dan dinilai sepihak lantaran tanpa ada sosialisasi
sebelumnya sekaligus kesepakatan antara kedua belah pihak.
Mediasi yang berlangsung hingga sore itu sempat alot dan
sempat di-skors oleh Dewan, lantaran dari pihak perusahaan (HPI) termasuk pihak
PLN Kalbar yang semula sudah sepakat akan menindaklanjuti tuntutan karyawan
berdasarkan mediasi sebelumnya terkesan ingkar. Pihak pekerja bahkan mengancam
untuk menahan para perwakilan perusahaan agar tak bisa pulang, sebagai bentuk
kekesalan mereka terhadap perusahaan lantaran pihak perusahaan berulang kali
mengirimkan utusan yang tak dapat mengambil keputusan, sehingga para pekerja
merasa seperti dipermainkan.
Emosi para pekerja kembali meluap setelah mendengar statemen dari pihak PT Haleyora Powerindo, Tejo yang menyatakan bahwa secara faktual pihaknya sudah tak ada kepentingan bisnis lagi di Kalbar. Menurut para pekerja, pernyataan tersebut sangat tak pantas. Para pekerja menyebut PT Haleyora Powerindo seperti penjajah, usai meraup keuntungan di Kalbar lalu pergi meninggalkan masalah.
Hingga sore hari, akhirnya mediasi itu menghasilkan
rekomendasi DPRD bersama pekerja yang intinya meminta PT Haleyora Powerindo
untuk memenuhi hak para pekerja yaitu membayar pesangon 100 persen dalam jangka
waktu 10 hari ini. Jika tidak dipenuhi, DPRD Kalbar akan memanggil pihak PLN
dan PT Haleyora Powerindo pada 18 Februari 2020 mendatang.
Kesepakatan rekomendasi itu ditandatangani oleh pimpinan
Komisi V DPRD Provinsi Kalbar dan seluruh perwakilan Pekerja. Meski kecewa atas
putusan ini, para pekerja mengaku menerima keputusan tersebut lantaran ada
tenggat waktu yang jelas yang diberikan oleh DPRD terhadap pihak perusahaan.
“Kita ini mencarikan solusi terbaik, walaupun tentu ada yang
belum puas, kita jadwalkan tanggal 18 Februari, mengingat banyaknya jadwal DPRD
yang sudah dijadwalkan Badan Musyawarah, jadi yang paling mungkin bisa tanggal
18 Februari ini,” ujar Edi Yacoub. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini