Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Selasa, 24 Maret 2020 |
KalbarOnline.com, BOGOR – Kekurangan alat pelindung diri (APD) tak membuat para petugas kesehatan yang memerangi corona di sejumlah puskesmas Kabupaten Bogor Jawa Barat menyerah.
Jas hujan ‘kresek’ harga Rp10 ribuan pun menjadi pelindung saat mereka bertugas.
Seperti di Puskesmas Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang. Petugas mengenakan jas hujan tersebut untuk melindungi diri saat memeriksa Orang Dalam Pemantauan (ODP) hingga Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Menurut Direktur Utama RSUD Leuwiliang, drg Hesti Iswandari, penggunaan jas hujan kresek sebagai APD tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak mampu melindungi tenaga medis.
“Karena kan itu tidak rapat. Lehernya masih terbuka, tangannya juga. Itu memang ada di Puskesmas Leuwiliang dan beberapa puskesmas lain. Namun, memang APD enggak (belum) ada. Uangnya ada, tetapi barangnya yang tidak ada,” kata Hesti, Senin (23/3) seperti dikutip dari Radar Bogor.
Penggunaan jas hujan sebagai APD, kata dia, tidak bisa dibenarkan untuk alasan apa pun, meski jas hujan itu hanya untuk sekali pakai.
Karena ini berkaitan dengan kesehatan tenaga medis di Kabupaten Bogor. “Walaupun sekali pakai. Kan yang APD sesuai standar seperti astronaut itu juga cuma sekali pakai,” kata dia.
Sementara salah seorang petugas Puskesmas Leuwiliang, Atih Djuarsih mengaku, jas hujan kresek digunakan saat petugas untuk melindungi diri.
Saat ini, Puskesmas Leuwiliang menangani 12 ODP dan dua PDP.
“Yang ODP dan PDP ini rata-rata baru pulang dari Arab. Ada juga yang kontak dengan dosen di Jepang, ada juga pegawai Kementerian Perhubungan,” kata dia.
Pihak puskesmas sendiri lebih berhati-hati dalam menyeleksi orang yang akan masuk. Terutama pengukuran suhu tubuh dan penggunaan hand sanitizer.
Menurutnya, Covid-19 sangat menular jadi setiap petugas harus dilengkapi APD. Namun, alih-alih mendapat perlindungan justru mereka mengakalinya dengan jas hujan kresek.
“Kami kan harus safety. APD-nya enggak ada. Pakai jas hujan yang penting petugas tidak kontak dengan kulit orang lain atau percikan dan segala macam,” katanya. (pjb/rb/jpnn/fajar)
KalbarOnline.com, BOGOR – Kekurangan alat pelindung diri (APD) tak membuat para petugas kesehatan yang memerangi corona di sejumlah puskesmas Kabupaten Bogor Jawa Barat menyerah.
Jas hujan ‘kresek’ harga Rp10 ribuan pun menjadi pelindung saat mereka bertugas.
Seperti di Puskesmas Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang. Petugas mengenakan jas hujan tersebut untuk melindungi diri saat memeriksa Orang Dalam Pemantauan (ODP) hingga Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Menurut Direktur Utama RSUD Leuwiliang, drg Hesti Iswandari, penggunaan jas hujan kresek sebagai APD tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak mampu melindungi tenaga medis.
“Karena kan itu tidak rapat. Lehernya masih terbuka, tangannya juga. Itu memang ada di Puskesmas Leuwiliang dan beberapa puskesmas lain. Namun, memang APD enggak (belum) ada. Uangnya ada, tetapi barangnya yang tidak ada,” kata Hesti, Senin (23/3) seperti dikutip dari Radar Bogor.
Penggunaan jas hujan sebagai APD, kata dia, tidak bisa dibenarkan untuk alasan apa pun, meski jas hujan itu hanya untuk sekali pakai.
Karena ini berkaitan dengan kesehatan tenaga medis di Kabupaten Bogor. “Walaupun sekali pakai. Kan yang APD sesuai standar seperti astronaut itu juga cuma sekali pakai,” kata dia.
Sementara salah seorang petugas Puskesmas Leuwiliang, Atih Djuarsih mengaku, jas hujan kresek digunakan saat petugas untuk melindungi diri.
Saat ini, Puskesmas Leuwiliang menangani 12 ODP dan dua PDP.
“Yang ODP dan PDP ini rata-rata baru pulang dari Arab. Ada juga yang kontak dengan dosen di Jepang, ada juga pegawai Kementerian Perhubungan,” kata dia.
Pihak puskesmas sendiri lebih berhati-hati dalam menyeleksi orang yang akan masuk. Terutama pengukuran suhu tubuh dan penggunaan hand sanitizer.
Menurutnya, Covid-19 sangat menular jadi setiap petugas harus dilengkapi APD. Namun, alih-alih mendapat perlindungan justru mereka mengakalinya dengan jas hujan kresek.
“Kami kan harus safety. APD-nya enggak ada. Pakai jas hujan yang penting petugas tidak kontak dengan kulit orang lain atau percikan dan segala macam,” katanya. (pjb/rb/jpnn/fajar)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini