Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Senin, 03 Agustus 2020 |
KalbarOnline.com – Amerika Serikat (AS) mencatat lonjakan angka pembunuhan sebesar 24 persen di 50 kota terbesarnya tahun ini, di tengah situasi pandemi korona (Covid-19), pemangkasan ekonomi, serta kerusuhan nasional terkait ketidakadilan rasial dan kekerasan polisi. Itu menurut data terbaru yang dihimpun Wall Street Journal (WSJ).
Analisis statistik kejahatan WSJ menunjukkan bahwa total 3.612 kasus pembunuhan terjadi di 50 kota terbesar di AS sepanjang tahun ini. Sebanyak 36 dari 50 kota yang diteliti mencatat kenaikan dua digit, yang mewakili semua wilayah di negara itu, sebut laporan surat kabar tersebut pada Minggu (2/8).
Insiden penembakan dan kekerasan senjata api juga meningkat, sementara banyak kejahatan dengan kekerasan lainnya seperti perampokan mencatat penurunan, papar laporan itu, seraya menambahkan bahwa angka pembunuhan masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan beberapa dasawarsa sebelumnya.
Banyak departemen kepolisian di seluruh negeri mengaitkan hal tersebut dengan meningkatnya gelombang kekerasan geng, di mana kelompok-kelompok rival yang terdiri dari anak-anak muda pelanggar aturan bentrok demi memperebutkan kendali wilayah, yang dalam prosesnya melibatkan penangkapan anggota geng musuh dan warga yang tidak bersalah, tambahnya.
Meski banyak kota terbesar di AS dijalankan oleh Partai Demokrat, laporan itu menyebut bahwa meningkatnya kasus pembunuhan merupakan masalah bipartisan.
Angka pembunuhan juga menunjukkan peningkatan dua digit di kebanyakan kota besar yang dijalankan oleh Partai Republik, termasuk Miami, San Diego, Tulsa, dan Jacksonville, serta di kota-kota yang dijalankan oleh Partai Demokrat dan di dua kota besar yang dijalankan oleh Independen, yakni San Antonio dan Las Vegas, menurut laporan tersebut.
Polisi mengatakan lonjakan kasus pembunuhan mendera masyarakat berpenghasilan rendah, terutama masyarakat kulit hitam dan Latin, papar laporan itu, seraya menambahkan bahwa beberapa peneliti mengatakan tren kenaikan angka pembunuhan mungkin merupakan bukti keruntuhan tatanan sosial.
“Segala sesuatu yang dilakukan masyarakat yang dapat membentuk keselamatan publik benar-benar berubah total selama pandemi,” ujar Jens Ludwig, Profesor sekaligus Direktur Laboratorium Kejahatan Universitas Chicago seperti dikutip Antara dari Xinhua. (*)
KalbarOnline.com – Amerika Serikat (AS) mencatat lonjakan angka pembunuhan sebesar 24 persen di 50 kota terbesarnya tahun ini, di tengah situasi pandemi korona (Covid-19), pemangkasan ekonomi, serta kerusuhan nasional terkait ketidakadilan rasial dan kekerasan polisi. Itu menurut data terbaru yang dihimpun Wall Street Journal (WSJ).
Analisis statistik kejahatan WSJ menunjukkan bahwa total 3.612 kasus pembunuhan terjadi di 50 kota terbesar di AS sepanjang tahun ini. Sebanyak 36 dari 50 kota yang diteliti mencatat kenaikan dua digit, yang mewakili semua wilayah di negara itu, sebut laporan surat kabar tersebut pada Minggu (2/8).
Insiden penembakan dan kekerasan senjata api juga meningkat, sementara banyak kejahatan dengan kekerasan lainnya seperti perampokan mencatat penurunan, papar laporan itu, seraya menambahkan bahwa angka pembunuhan masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan beberapa dasawarsa sebelumnya.
Banyak departemen kepolisian di seluruh negeri mengaitkan hal tersebut dengan meningkatnya gelombang kekerasan geng, di mana kelompok-kelompok rival yang terdiri dari anak-anak muda pelanggar aturan bentrok demi memperebutkan kendali wilayah, yang dalam prosesnya melibatkan penangkapan anggota geng musuh dan warga yang tidak bersalah, tambahnya.
Meski banyak kota terbesar di AS dijalankan oleh Partai Demokrat, laporan itu menyebut bahwa meningkatnya kasus pembunuhan merupakan masalah bipartisan.
Angka pembunuhan juga menunjukkan peningkatan dua digit di kebanyakan kota besar yang dijalankan oleh Partai Republik, termasuk Miami, San Diego, Tulsa, dan Jacksonville, serta di kota-kota yang dijalankan oleh Partai Demokrat dan di dua kota besar yang dijalankan oleh Independen, yakni San Antonio dan Las Vegas, menurut laporan tersebut.
Polisi mengatakan lonjakan kasus pembunuhan mendera masyarakat berpenghasilan rendah, terutama masyarakat kulit hitam dan Latin, papar laporan itu, seraya menambahkan bahwa beberapa peneliti mengatakan tren kenaikan angka pembunuhan mungkin merupakan bukti keruntuhan tatanan sosial.
“Segala sesuatu yang dilakukan masyarakat yang dapat membentuk keselamatan publik benar-benar berubah total selama pandemi,” ujar Jens Ludwig, Profesor sekaligus Direktur Laboratorium Kejahatan Universitas Chicago seperti dikutip Antara dari Xinhua. (*)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini