Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Rabu, 05 Agustus 2020 |
Ketika orang semakin mudah berkomunikasi melalui pesan instan dan mdia sosial, makin mudah pula penyebaran hoax. Dan semua orang tahu, betapa merusaknya hoax yang tersebar secara massif. Seperti yang terjadi pada saat pandemic Covid-19 ini. Banyak hoax bertaburan, yang akhirnya menyesatkan pemahaman orang mengenai wabah mematikan ini.
Hal itu ikut menjadi perhatian Whatsapp, aplikasi pesan instan paling populer sejagat. Maklum, karena paling populer, maka paling banyak juga menjadi media penyebaran hoax, melalui fitur forward message. Dengan fitur ini, pengguna bisa dengan mudah membagikan atau mem-forward konten tersebut, ke list kontak yang ada, atau ke group.
Itulah kenapa, konten yang bersifat hoax dan menyesatkan, cepat sekali tersebar. Ditambah lagi dengan kecenderungan pengguna yang malas melakukan cek dan ricek untuk mengetahui fakta sebenarnya –dengan cara mencari sumber informasi lain yang terkait dengan konten yang dibagikan.
Whatsapp sudah berupaya mengatasi penyebaran hoax yang tak terkendali itu. Caranya, dengan membatasi berapa kali sebuah konten dapat diforward. April lalu, Whatsapp melakukan pembatasan, sebuah konten hanya dapat dibagikan lima kali saja. Menurut Whatsapp, perubahan itu mampu mengurangi penyebaran sebuah pesan yang viral hingga 70%.
Tapi fitur itu masih mengandung kelemahan. Bagaimana bila ternyata konten yang dibagikan tersebut justru berguna? Secara Whatsapp menggunakan metoda end-to-end enscription, yang tak memungkinkan pihak Whatsapp mengecek kebenaran konten yang dibagikan tersebut.
Maka langkah lainpun dilakukan. Mulai Agustus ini, Whatsapp memulai pilot project penambahan fitur yang memungkinkan pengguna bisa mengecek kebenaran konten yang dibagikan, sebelum memforward lagi.
Sebelumnya, Whatsapp menyediakan fitur untuk menandai pesan atau konten yang sudah diforward secara berantai, dengan memberi tanda panah ganda pada pesan tersebut. Itu artinya, pesan bukan berasal dari kontak list pengguna, tetapi bersumber entar dari mana. Itu akan menjadi peringatan bagi pengguna, bahwa konten yang bersangkutan perlu diperiksa lagi kebenarannya, sebelum memutuskan untuk diforward lagi.
Tapi ya itu tadi, kendalanya ada pada pengguna yang malas untuk bersusah payah membuka browser, masuk ke mesin pencari, dan mencari artikel atau informasi yang terkait dengan konten.
Kini, Whatsapp mencoba membantu mengatasi kemalasan itu, dengan menyediakan tautan situs yang terkait dengan konten yang dibagikan. Dengan cara memberi ikon kaca pembesar di samping konten yang diforward. Dengan men-tap ikon tersebut, maka akan muncul sederet tautan situs terkait konten. Pengguna bisa mengklik, memeriksa dan membandingkan, untuk mengetahui apakah konten yang dibagikan itu informasi keliru (hoax) atau sesuai fakta.
Fitur baru itu sudah digulirkan pada iOS, Android, dan versi Web, untuk pengguna di Brazil, Itali, Irlandia, Meksiko, Spanyol, Inggris dan Amerika. Pengguna di negara lain segera menyusul.
The post WhatsApp Luncurkan Fitur Search Untuk Kurangi Hoax appeared first on KalbarOnline.com.
Ketika orang semakin mudah berkomunikasi melalui pesan instan dan mdia sosial, makin mudah pula penyebaran hoax. Dan semua orang tahu, betapa merusaknya hoax yang tersebar secara massif. Seperti yang terjadi pada saat pandemic Covid-19 ini. Banyak hoax bertaburan, yang akhirnya menyesatkan pemahaman orang mengenai wabah mematikan ini.
Hal itu ikut menjadi perhatian Whatsapp, aplikasi pesan instan paling populer sejagat. Maklum, karena paling populer, maka paling banyak juga menjadi media penyebaran hoax, melalui fitur forward message. Dengan fitur ini, pengguna bisa dengan mudah membagikan atau mem-forward konten tersebut, ke list kontak yang ada, atau ke group.
Itulah kenapa, konten yang bersifat hoax dan menyesatkan, cepat sekali tersebar. Ditambah lagi dengan kecenderungan pengguna yang malas melakukan cek dan ricek untuk mengetahui fakta sebenarnya –dengan cara mencari sumber informasi lain yang terkait dengan konten yang dibagikan.
Whatsapp sudah berupaya mengatasi penyebaran hoax yang tak terkendali itu. Caranya, dengan membatasi berapa kali sebuah konten dapat diforward. April lalu, Whatsapp melakukan pembatasan, sebuah konten hanya dapat dibagikan lima kali saja. Menurut Whatsapp, perubahan itu mampu mengurangi penyebaran sebuah pesan yang viral hingga 70%.
Tapi fitur itu masih mengandung kelemahan. Bagaimana bila ternyata konten yang dibagikan tersebut justru berguna? Secara Whatsapp menggunakan metoda end-to-end enscription, yang tak memungkinkan pihak Whatsapp mengecek kebenaran konten yang dibagikan tersebut.
Maka langkah lainpun dilakukan. Mulai Agustus ini, Whatsapp memulai pilot project penambahan fitur yang memungkinkan pengguna bisa mengecek kebenaran konten yang dibagikan, sebelum memforward lagi.
Sebelumnya, Whatsapp menyediakan fitur untuk menandai pesan atau konten yang sudah diforward secara berantai, dengan memberi tanda panah ganda pada pesan tersebut. Itu artinya, pesan bukan berasal dari kontak list pengguna, tetapi bersumber entar dari mana. Itu akan menjadi peringatan bagi pengguna, bahwa konten yang bersangkutan perlu diperiksa lagi kebenarannya, sebelum memutuskan untuk diforward lagi.
Tapi ya itu tadi, kendalanya ada pada pengguna yang malas untuk bersusah payah membuka browser, masuk ke mesin pencari, dan mencari artikel atau informasi yang terkait dengan konten.
Kini, Whatsapp mencoba membantu mengatasi kemalasan itu, dengan menyediakan tautan situs yang terkait dengan konten yang dibagikan. Dengan cara memberi ikon kaca pembesar di samping konten yang diforward. Dengan men-tap ikon tersebut, maka akan muncul sederet tautan situs terkait konten. Pengguna bisa mengklik, memeriksa dan membandingkan, untuk mengetahui apakah konten yang dibagikan itu informasi keliru (hoax) atau sesuai fakta.
Fitur baru itu sudah digulirkan pada iOS, Android, dan versi Web, untuk pengguna di Brazil, Itali, Irlandia, Meksiko, Spanyol, Inggris dan Amerika. Pengguna di negara lain segera menyusul.
The post WhatsApp Luncurkan Fitur Search Untuk Kurangi Hoax appeared first on KalbarOnline.com.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini