Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Sabtu, 15 Agustus 2020 |
KalbarOnline.com – Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan bahwa ancaman pandemi pernah dilalui oleh dunia pada 102 tahun lalu, yakni flu spanyol. Dia pun menceritakan beberapa kisah Indonesia pada waktu itu.
Di zaman tersebut, Indonesia masih di bawah pemerintahan Hindia Belanda, Jakarta sendiri pun mengalami kondisi yang parah, dengan tingkat kematian 13,5 persen atau 4 juta dari populasi di pulau Jawa saat itu yang berjumlah 35 juta orang.
Melihat kondisi tersebut pemerintahan Hindia Belanda yang sebelumnya fokus kepada bidang kesehatan saja pun mulai merubah ke bidang budaya atau perubahan perilaku. Hal itu sama yang tengah dilakukan Indonesia saat ini.
“Saat ini Satgas Penanganan Covid-19 sesuai dengan perintah presiden akan fokus dalam bidang perubahan perilaku, hanya kalau kita bisa merubah perilaku yaitu disiplin dan patuh pada protokol kesehatan, kita akan mampu memutus mata rantai penularan,” kata dia dalam diskusi online FMB9, Sabtu (15/8).
Hal itu pun bisa menjadi kekuatan bangsa Indonesia, sebab hingga hari ini obat virus Covid-19 pun belum ada. Begitu juga dengan vaksin yang diproyeksikan pada awal 2021 baru selesai.
“Masih dalam beberapa bulan ke depan baru efektif, sehingga akan ada kejadian (kasus virus) yang mungkin terjadi menjelang vaksin berhasil diberikan kepada masyarakat,” jelasnya.
Untuk memutus rantai penyebaran ini, masyarakat harus mendapatkan edukasi, sosialisasi dan mitigasi dari orang yang memiliki pengaruh dan peduli dengan kemanusiaan. Mulai dari pengetahuan pemakaian masker, cuci tangan, menjaga jarak sampai menghindari kerumunan.
“Ibu-ibu salah satu figur yang sangat dihormati dan dipatuhi siapa saja, kehadiran ibu-ibu mau meyampaikan pesan melindungi diri akan menjadi kekuatan bangsa kita, tokoh budaya dan agama serta orang-orang yang mempengaruhi itu juga harus ikut mensosialisasikan hal tersebut,” tegas dia. (*)
KalbarOnline.com – Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan bahwa ancaman pandemi pernah dilalui oleh dunia pada 102 tahun lalu, yakni flu spanyol. Dia pun menceritakan beberapa kisah Indonesia pada waktu itu.
Di zaman tersebut, Indonesia masih di bawah pemerintahan Hindia Belanda, Jakarta sendiri pun mengalami kondisi yang parah, dengan tingkat kematian 13,5 persen atau 4 juta dari populasi di pulau Jawa saat itu yang berjumlah 35 juta orang.
Melihat kondisi tersebut pemerintahan Hindia Belanda yang sebelumnya fokus kepada bidang kesehatan saja pun mulai merubah ke bidang budaya atau perubahan perilaku. Hal itu sama yang tengah dilakukan Indonesia saat ini.
“Saat ini Satgas Penanganan Covid-19 sesuai dengan perintah presiden akan fokus dalam bidang perubahan perilaku, hanya kalau kita bisa merubah perilaku yaitu disiplin dan patuh pada protokol kesehatan, kita akan mampu memutus mata rantai penularan,” kata dia dalam diskusi online FMB9, Sabtu (15/8).
Hal itu pun bisa menjadi kekuatan bangsa Indonesia, sebab hingga hari ini obat virus Covid-19 pun belum ada. Begitu juga dengan vaksin yang diproyeksikan pada awal 2021 baru selesai.
“Masih dalam beberapa bulan ke depan baru efektif, sehingga akan ada kejadian (kasus virus) yang mungkin terjadi menjelang vaksin berhasil diberikan kepada masyarakat,” jelasnya.
Untuk memutus rantai penyebaran ini, masyarakat harus mendapatkan edukasi, sosialisasi dan mitigasi dari orang yang memiliki pengaruh dan peduli dengan kemanusiaan. Mulai dari pengetahuan pemakaian masker, cuci tangan, menjaga jarak sampai menghindari kerumunan.
“Ibu-ibu salah satu figur yang sangat dihormati dan dipatuhi siapa saja, kehadiran ibu-ibu mau meyampaikan pesan melindungi diri akan menjadi kekuatan bangsa kita, tokoh budaya dan agama serta orang-orang yang mempengaruhi itu juga harus ikut mensosialisasikan hal tersebut,” tegas dia. (*)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini