Kisah Owner Kerupuk Mager Tangkap Peluang di Tengah Pandemi
KalbarOnline.com – Kerupuk Mager saat ini semakin dikenal luas. Olahan cemilan berbahan dasar kerupuk pangsit dengan berbagai rasa itu disambut positif oleh masyarakat. Bahkan beberapa pejabat seperti Wali Kota Pontianak sudah mencobanya langsung.
Namun dibalik itu semua ada kisah inspiratif bagaimana industri rumah tangga asal Kota Singkawang ini bertahan dari situasi sulitnya ekonomi di masa pandemi. Sejak pandemi Covid-19 terjadi di awal 2020 lalu, dampak luar biasa dirasakan para pengusaha kecil di daerah ini. Angka pengangguran meningkat dan daya beli masyarakat ikut menurun. Tak heran jika hal itu kemudian berdampak pada banyaknya usaha yang pailit.
Owner Kerupuk Mager, Rama Prasuda mengisahkan bagaimana usahanya bertahan menghadapi masa-masa awal pandemi yang sulit. Pria kelahiran Pemangkat 04 Maret 1992 itu menceritakan, awal mula usahanya dirintis pada 2019 akhir. Saat itu ia yang lulusan S-1 Keperawatan dari salah satu Universitas Swasta di Kota Malang, sempat bingung untuk memilih pekerjaan. Pernah berniat untuk honor di Puskesmas, tapi ia urungkan melihat gaji pegawai honor yang jauh dari kata cukup.
Akhirnya ia pun memberanikan diri untuk memproduksi kerupuk yang kini dikenal dengan merek Kerupuk Mager. Di awal mulai dari proses produksi hingga pemasaran dilakukannya masih secara konvensional. Bahkan ia belum memberikan merek pada barang dagangannya itu.
Kerupuk pangsit yang dibuat hanya dijual di warung-warung atau dititipakan di warung kopi dan kafe secara terbatas. Kemasannya juga masih sangat sederhana. Sampai kemudian, pada Desember 2019, mendekati tahun baru ia bertemu dengan seorang partner yang mengajaknya mengembangkan bisnis kerupuk dengan beragam varian rasa itu.
Semua konsep harus dirubah, mulai dari branding dengan membuat merek dan logo serta lain sebagainya. Termasuk cara pemasaran dengan media online. Namun di masa persiapan itu, tiba-tiba pandemi Covid-19 melanda. Aktivitas masyarakat terhenti, termasuk produksi kerupuk di tempatnya.
Hampir dua bulan, dari Februari hingga Maret usahanya nihil, tidak ada produksi sama sekali. Bukan hanya karena pemerintah menganjurkan agar masyarakat di rumah saja, tapi juga karena pasar untuk menjual kerupuk ini sudah tidak ada. Mulai dari warung kopi, kafe dan tempat yang biasanya dititipkan produk ini semuanya tutup.
“Kebetulan waktu itu belum launching (merek), launching-nya setelah tutup,” ujarnya.
Dari adanya situasi tersebut justru melahirkan konsep baru terhadap produknya ini. Lahirlah nama Kerupuk Mager. Mager merupakan akronim dari malas gerak, bahasa yang dekat dengan generasi millennial saat ini. Nama ini terinspirasi untuk memfasilitasi warga yang hanya bisa bekerja di rumah dan tidak bisa keluar karena adanya pandemi.
“Jadi yang biasanya kerja di kantor bisa ngobrol dengan teman kerja, ketika (bekerja) di rumah, kerupuk mager yang menggantikan. Bekerja ditemani Kerupuk Mager sambil mengunyah,” ungkap Rama.
Dengan branding baru ini, konsep penjualan pun diubah 180 derajat. Jika dulunya produk ini menunggu pembeli datang ke warkop atau tempat penitipan lainnya, kini produk yang harus mendatangi pembeli. Konsumen cukup memesan secara online lewat instagram atau WA dan Kerupuk Mager siap diantar.
Berjalannya waktu ketika pandemi Covid-19 mulai membaik dan aktivitas masyarakat sudah berjalan dengan beradaptasi pada kondisi kenormalan baru, konsep ini tetap dipertahankan.
Rama juga mulai melibatkan para penjual yang bisa mendatangi langsung calon pembeli. Seperti menawarkan ke kantor-kantor pemerintahan, swasta dan instansi lainnya.
“Karena yang malas atau mager tinggal kami antar,” ucapnya.
Dengan cara tersebut penjualan berangsur meningkat. Puncaknya menurut Rama terjadi di momen hari raya Idulfitri. Permintaan terhadap Kerupuk Mager meningkat tajam. Meski produksi rumahan yang dijalankan di Kota Singkawang ini hanya melibatkan sekitar enam orang pekerja, kapasitasnya sudah mampu membuat 10.000 ribu bungkus per bulan.
Saat ini Kerupuk Mager mulai dikenal luas. Jaringan distribusinya se-Provinsi Kalimantan Barat sudah mencapai sekitar 30-an. Mulai dari Kabupaten Sambas, Kota Singkawang, Kota Pontianak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sanggau di Entikong dan beberapa daerah lain.
Sementara untuk luar Kalbar Kerupuk Mager sudah bisa dijumpai di Bogor dan Jogja. Hanya saja untuk yang di Pulau Jawa kapasitasnya belum begitu banyak. Bahkan Rama mengatakan jika tidak ada pandemi, Kerupuk Mager sudah ingin masuk ke pasar Sarawak, Malaysia.
“Tapi belum bisa (ke Sarawak) karena pandemi border masih ditutup,” terangnya.
Bagi sahabat yang tertarik dengan olahan kerupuk pangsit dengan lima varian rasa ini bisa langsung ikuti instagramnya di @kerupuk_mager.official. Atau khusus Kota Pontianak di @kerupuk_mager.ptk, selain tentang produk di sana juga bisa didapatkan informasi peluang menarik untuk menjadi reseller. (tim)
Comment