Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Kamis, 03 September 2020 |
KalbarOnline.com – Dengan semakin canggihnya infrastruktur, perangkat dan teknologi digital, kini semakin banyak masyarakat hidup berdampingan dengan dunia maya atau internet dengan beragam fungsi. Bak “pisau bermata dua”, internet punya fungsi dan peran yang beragam, pun demikian dengan ancaman di belakangnya yakni kejahatan siber salah satunya malware.
Terkait dengan salah satu bentuk ancaman siber itu, Direktur Deteksi Ancaman Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Sulistyo mengatakan BSSN telah mengumpulkan lebih dari 5.600 sampel malware yang dijaring melalui program Indonesia HoneyNet Project (IHP). Malware tersebut kemudian dipelajari dan dianalisis lebih lanjut untuk berbagi informasi dengan multi stakeholder di tanah air dan menjadi aset penting bagi negara.
“Sekarang makin banyak pihak yang kerjasama dengan kami terkait HoneyNet ini. Karena di situ kan ada berbagai varian virus. Ada virus yang benar-benar baru dan ada virus lama yang merupakan modifikasi,” kata Sulistyo dalam acara webinar bertajuk “Kita dan Malware” yang digelar BSSN melalui platform konferensi video Jumpa.id.
Sejauh ini terdapat tiga fokus sharing informasi yang dilakukan BSSN yaitu sektor pemerintah, sektor Usaha Kecil Menengah (UKM), dan sektor infrastruktur kritis. HoneyNet yang beroperasi melalui pemasangan HoneyPot di 56 titik telah memetakan karakteristik dan jenis serangan siber ke Indonesia yang kebanyakan melalui penyebaran malware.
“Kami sudah punya sampel unik, kami sudah tahu TTP malware-nya seperti apa, kemudian bagaimana komunikasi dengan server induknya, penyebaran malware-nya kemana. Nah, informasi ini kami kirim sebagai peringatan bersama,” ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Utama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Syahrul Mubarak kembali mengingatkan salah satu ancaman siber yaitu cepatnya perkembangan malicious software (malware) atau perangkat lunak berbahaya sehingga kian sulit terdeteksi oleh piranti anti-malware.
“Berbagai literatur, laporan penelitian, serta tren sharing platform menunjukkan bahwa malware merupakan salah satu ancaman siber yang kini berevolusi sangat cepat yang bahkan menyebabkan perangkat anti-malware tertinggal jauh sehingga tidak mampu mendeteksi adanya malware dalam suatu sistem komputer,” ujar Syahrul saat membuka diskusi online tersebut.
Sebagai institusi pelaksana keamanan siber di Indonesia, BSSN telah menjalankan program Honeynet Project sejak 2018. Program ini berupaya memetakan serangan siber, termasuk darimana asal serangan, jenis, metode serangan, identitas, hingga pelaku serangan.
Honeynet Project tidak hanya dimanfaatkan untuk dasar pembuatan kebijakan keamanan siber nasional di BSSN saja, tapi bisa diimplementasikan oleh institusi atau lembaga lain. “Produk Honeynet Project tersebut bisa juga dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan keamanan siber seperti misalnya institusi pemerintah, akademisi, peneliti, sektor bisnis, untuk keperluan menyusun keamanan siber di sektornya masing-masing,” kata Syahrul.
Menurut Syahrul, data-data yang didapatkan dari mendeteksi ancaman siber melalui Honeynet Project ini harus dianggap sebagai aset penting untuk kepentingan mengamankan diri sendiri tanpa bergantung sama pihak luar. Menurutnya, data malware dan karakteristiknya tersebut adalah salah satu aset berharga yang perlu dikelola dengan baik.
“Ini penting untuk keperluan kemandirian bangsa Indonesia dalam mengembangkan kemampuan menjaga keamanan ranah siber dengan mengedepankan kedaulatan tanpa bergantung pada pihak asing,” imbuh Syahrul.
Syahrul pun mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap waspada terhadap ancaman siber yang terus berkembang. “Ancaman kedaulatan akan terus berubah mengikuti perubahan zaman, kita harus tetap waspada. Kekuatan bangsa Indonesia terbangun dari gabungan kekuatan setiap individu warga negaranya,” tandas Syahrul.
KalbarOnline.com – Dengan semakin canggihnya infrastruktur, perangkat dan teknologi digital, kini semakin banyak masyarakat hidup berdampingan dengan dunia maya atau internet dengan beragam fungsi. Bak “pisau bermata dua”, internet punya fungsi dan peran yang beragam, pun demikian dengan ancaman di belakangnya yakni kejahatan siber salah satunya malware.
Terkait dengan salah satu bentuk ancaman siber itu, Direktur Deteksi Ancaman Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Sulistyo mengatakan BSSN telah mengumpulkan lebih dari 5.600 sampel malware yang dijaring melalui program Indonesia HoneyNet Project (IHP). Malware tersebut kemudian dipelajari dan dianalisis lebih lanjut untuk berbagi informasi dengan multi stakeholder di tanah air dan menjadi aset penting bagi negara.
“Sekarang makin banyak pihak yang kerjasama dengan kami terkait HoneyNet ini. Karena di situ kan ada berbagai varian virus. Ada virus yang benar-benar baru dan ada virus lama yang merupakan modifikasi,” kata Sulistyo dalam acara webinar bertajuk “Kita dan Malware” yang digelar BSSN melalui platform konferensi video Jumpa.id.
Sejauh ini terdapat tiga fokus sharing informasi yang dilakukan BSSN yaitu sektor pemerintah, sektor Usaha Kecil Menengah (UKM), dan sektor infrastruktur kritis. HoneyNet yang beroperasi melalui pemasangan HoneyPot di 56 titik telah memetakan karakteristik dan jenis serangan siber ke Indonesia yang kebanyakan melalui penyebaran malware.
“Kami sudah punya sampel unik, kami sudah tahu TTP malware-nya seperti apa, kemudian bagaimana komunikasi dengan server induknya, penyebaran malware-nya kemana. Nah, informasi ini kami kirim sebagai peringatan bersama,” ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Utama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Syahrul Mubarak kembali mengingatkan salah satu ancaman siber yaitu cepatnya perkembangan malicious software (malware) atau perangkat lunak berbahaya sehingga kian sulit terdeteksi oleh piranti anti-malware.
“Berbagai literatur, laporan penelitian, serta tren sharing platform menunjukkan bahwa malware merupakan salah satu ancaman siber yang kini berevolusi sangat cepat yang bahkan menyebabkan perangkat anti-malware tertinggal jauh sehingga tidak mampu mendeteksi adanya malware dalam suatu sistem komputer,” ujar Syahrul saat membuka diskusi online tersebut.
Sebagai institusi pelaksana keamanan siber di Indonesia, BSSN telah menjalankan program Honeynet Project sejak 2018. Program ini berupaya memetakan serangan siber, termasuk darimana asal serangan, jenis, metode serangan, identitas, hingga pelaku serangan.
Honeynet Project tidak hanya dimanfaatkan untuk dasar pembuatan kebijakan keamanan siber nasional di BSSN saja, tapi bisa diimplementasikan oleh institusi atau lembaga lain. “Produk Honeynet Project tersebut bisa juga dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan keamanan siber seperti misalnya institusi pemerintah, akademisi, peneliti, sektor bisnis, untuk keperluan menyusun keamanan siber di sektornya masing-masing,” kata Syahrul.
Menurut Syahrul, data-data yang didapatkan dari mendeteksi ancaman siber melalui Honeynet Project ini harus dianggap sebagai aset penting untuk kepentingan mengamankan diri sendiri tanpa bergantung sama pihak luar. Menurutnya, data malware dan karakteristiknya tersebut adalah salah satu aset berharga yang perlu dikelola dengan baik.
“Ini penting untuk keperluan kemandirian bangsa Indonesia dalam mengembangkan kemampuan menjaga keamanan ranah siber dengan mengedepankan kedaulatan tanpa bergantung pada pihak asing,” imbuh Syahrul.
Syahrul pun mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap waspada terhadap ancaman siber yang terus berkembang. “Ancaman kedaulatan akan terus berubah mengikuti perubahan zaman, kita harus tetap waspada. Kekuatan bangsa Indonesia terbangun dari gabungan kekuatan setiap individu warga negaranya,” tandas Syahrul.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini