Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Kamis, 10 September 2020 |
KalbarOnline.com – Langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali ke titik nol diapresiasi para dokter. Sebab situasi di lapangan semakin tak terkendali. Tenaga medis kelelahan, jumlah pasien ICU membludak.
“Sebenarnya saya sudah bilang dari beberapa hari yang lalu sudah gawat. Kami kan tahu kondisi di lapangan. IGD penuh, pasien antre. Waktu itu kan Kemenkes bilang tak benar itu RS penuh, lho kami kan yang di lapangan, jadi tahu kondisinya,” tegas Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB kepada KalbarOnline.com.
Menurut Ari, penularan tinggi di Jakarta terjadi karena padatnya lokasi pemukiman atau perkampungan. “Jadi kalau enggak ditarik rem memang bisa meledak. Saya bilang Jakarta seperti bom waktu. Untung Pak Anies mau dengarkan kita. Makanya ditarik, karena memang nggak mungkin lagi, memang sudah penuh di RS, ICU 83 persen. IGD padat antrean,” tambahnya.
Padahal, lanjut Ari, kapasitas RS sudah ditingkatkan. Sejumlah RSUD di Jakarta juga sudah didedikasikan untuk pasien Covid-19. Kondisi ini tak dipungkiri membuat angka kematian di Jakarta melonjak. Tempat Pemakaman Umum (TPU) krisis lahan makam karena angka kematian terus naik.
“Kejadian waktu itu, angka kematian sempat 10 persen. Karena memang cenderung kasus-kasus berat juga yang datang, cari ICU juga susah,” ungkapnya.
Ari memahami bahwa untuk mengambil keputusan ini, Pemprov DKI Jakarta menghadapi dinamika yang begitu tinggi. Angka positivity rate di Jakarta sudah 13 persen.
“Terlepas bahwa sekarang diputuskan rem darurat itu ada pertimbangan lain. Mesti begini mau nggak mau. Kalau nggak ya kasus makin banyak. Dengan kasus makin banyak, kasus semakin nggak terkendali. Karena kan orang ke orang menular semua,” paparnya.
KalbarOnline.com – Langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali ke titik nol diapresiasi para dokter. Sebab situasi di lapangan semakin tak terkendali. Tenaga medis kelelahan, jumlah pasien ICU membludak.
“Sebenarnya saya sudah bilang dari beberapa hari yang lalu sudah gawat. Kami kan tahu kondisi di lapangan. IGD penuh, pasien antre. Waktu itu kan Kemenkes bilang tak benar itu RS penuh, lho kami kan yang di lapangan, jadi tahu kondisinya,” tegas Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB kepada KalbarOnline.com.
Menurut Ari, penularan tinggi di Jakarta terjadi karena padatnya lokasi pemukiman atau perkampungan. “Jadi kalau enggak ditarik rem memang bisa meledak. Saya bilang Jakarta seperti bom waktu. Untung Pak Anies mau dengarkan kita. Makanya ditarik, karena memang nggak mungkin lagi, memang sudah penuh di RS, ICU 83 persen. IGD padat antrean,” tambahnya.
Padahal, lanjut Ari, kapasitas RS sudah ditingkatkan. Sejumlah RSUD di Jakarta juga sudah didedikasikan untuk pasien Covid-19. Kondisi ini tak dipungkiri membuat angka kematian di Jakarta melonjak. Tempat Pemakaman Umum (TPU) krisis lahan makam karena angka kematian terus naik.
“Kejadian waktu itu, angka kematian sempat 10 persen. Karena memang cenderung kasus-kasus berat juga yang datang, cari ICU juga susah,” ungkapnya.
Ari memahami bahwa untuk mengambil keputusan ini, Pemprov DKI Jakarta menghadapi dinamika yang begitu tinggi. Angka positivity rate di Jakarta sudah 13 persen.
“Terlepas bahwa sekarang diputuskan rem darurat itu ada pertimbangan lain. Mesti begini mau nggak mau. Kalau nggak ya kasus makin banyak. Dengan kasus makin banyak, kasus semakin nggak terkendali. Karena kan orang ke orang menular semua,” paparnya.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini