KalbarOnline.com – Penekanan penularan Covid-19 masih terus dilakukan. Salah satunya penguatan pengetasan dan pelacakan pasien Covid-19 agar penularan tidak terus terjadi secara luas. Diungkapkan, Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Luhut Binsar Pandjaitan, targeted testing, dan tracing penting dilakukan karena penularan Covid-19 didominasi oleh segelintir orang yang terinfeksi. Atau yang disebut sebagai super spreaders.
Untuk itu koordinasi targeted testing, dan tracing Covid-19 di daerah masih terus dilakukan sambil menunggu datangnya vaksin. “Saat ini kita tengah menyiapkan vaksin untuk Covid-19, diharapkan November 2020 sudah dapat kita terima,” ujar Luhut.
Terlebih, ungkap Luhut, kemungkinan lonjakan kasus pada akhir Oktober dapat terjadi mengingat pada libur panjang Agustus yang lalu.”Kita perlu membuat rencana untuk mengantisipasi hal ini,” tutupnya.
Sementara itu, Penasehat Menko Bidang Penanganan Covid Monica Nirmala mengungkapkan, 80 persen kasus baru disebabkan oleh 20 persen orang yang terinfeksi. Mereka mampu menularkan virus kurang lebih 2 hari sebelum timbul gejala. Bahkan bisa menularkan setelah 10 hari setelah bergejala.
“Oleh karena periode infeksius yang singkat ini, maka waktu dan kecepatan respon kita sangat penting untuk memutus rantai penularan. Time is of the essence (waktu adalah kunci),” tuturnya.
Sementara itu, Gubernur DKI Anies Baswedan mengungapkan, di Jakarta sendiri, terjadi penurunan proporsi cluster perkantoran selama 14 hari terakhir setelah dilakukan targeted testing dan tracing. Testing ini diterapkan secara gratis kepada 8.000 spesimen perharinya.
Lebih jauh, dia menyebutkan bahwa garda terdepan dari testing dan tracing ini adalah puskesmas kecamatan. Di setiap puskesmas terdapat dua komponen. Pertama, digital tracer yang bertugas untuk melakukan investigasi kasus dan menindaklanjuti semua kontak eratnya. Kedua, koordinator lapangan di setiap kecamatan yang melibatkan 1.500 ASN dan relawan.
Jika digital tracer hanya melakukan pelacakan kontak erat secara daring, koordinator lapangan terjun langsung ke lokasi untuk menemui dan mendampingi pasien serta melacak kontak eratnya.
Kemudian, di wilayah Bali, kondisi sudah mulai membaik. Pertumbuhan kasus baru cenderung menurun, yakni penambahan angka pasien Covid-19 di bawah 100 kasus per hari. Tingkat kesembuhan meningkat hingga 86.37 persen. Angka meninggal pun dapat dikendalikan menjadi di bawah lima persen.
Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan, untuk mendukung kemajuan ini, dirinya menekankan pentingnya layanan di rumah sakit, baik dari segi tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan. Selain itu, ia pun mengimbau pentingnya koordinasi dengan Komando Daerah Militer (Kodam) dan Kepolisian Daerah (Polda) untuk mengajak masyarakat mengikuti protokol kesehatan, seperti tertib menggunakan masker dan rajin mencuci tangan.
“Sayangnya, masih ada banyak kerumunan di Bali,” ucapnya.
Kemudian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan, di Jawa Barat dari yang sebelumnya memiliki lima zona merah, sejak 6 Oktober hingga 11 Oktober 2020 tersisa tiga Kabupaten/Kota saja. Agar angkanya dapat semakin ditekan, pemerintah Jawa Barat memanfaatkan QR Code Check-in bagi orang yang masuk ke gedung negara untuk mempermudah tracing.
“Misalnya di Gedung Sate ada satu orang yang positif Covid-19, kita jadi bisa tahu siapa saja orang-orang yang ada di sana di waktu tersebut,” jelasnya.
Ketiga kepala daerah di wilayah ini ingin meningkatkan upaya testing dan tracing. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi testing yang tepat sasaran berdasarkan hasil tracing dan penguatan contact tracing dengan tiga cara.
Pertama, pengendalian stigma. Selama ini, masyarakat khawatir untuk melakukan tes PCR karena takut dengan penilaian dari tetangga maupun dari petugas tracing. Kedua, peningkatan jumlah dan keterampilan tenaga tracing. Ketiga, pembenahan manajemen informasi pencatatan dan pelaporan tracing yang cepat, lengkap, dan akurat.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment