Hasil Usap Spesimen, 2 dari 10 Orang di Indonesia Positif Covid-19

KalbarOnline.com – Pemerintah terus melaksanakan 3T untuk menekan angka kasus Covid-19. Yakni testing, tracing, dan treatment. Hal itu dilakukan agar kasus baru yang ada di tengah masyarakat bisa dijaring, dilacak kontak eratnya lalu dilakukan perawatan. Hasilnya, rata-rata dari orang yang dites, 2 dari 10 orang dinyatakan positif Covid-19.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Tim Komunikasi Satgas Covid-19 Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan untuk 3T (Testing, Tracing, Treatment), Kemenkes telah memeriksa lebih dari 2,5 juta orang sampai dengan Minggu (18/10). Sekitar 86 persen dinyatakan tidak terinfeksi Covid-19, namun 14 persen di antaranya positif Covid-19.

  • Baca juga: Meski Sudah Divaksin, Seseorang Tetap Bisa Terpapar Virus Korona

“Artinya, di antara 10 yang diperiksa, 8 negatif, dan 2 di antaranya positif,” ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (19/10).

Sebanyak 2,5 juta orang yang dites tersebut menurut dr Reisa adalah hasil dari tracing atau pelacakan kasus yang dilakukan ratusan tenaga kesehatan, relawan, dan anggota masyarakat di seluruh Indonesia. Gotong royong ini telah menemukan 1.347 kelompok penyebaran atau klaster sampai dengan minggu lalu.

“Secara total, kini lebih dari 4 juta spesimen sudah diperiksa di 377 laboratorium di Indonesia. Kita sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada petugas kesehatan dan laboratorium,” jelasnya.

Baca Juga :  Jokowi: 15 Juta Bahan Baku Vaksin Covid-19 Akan Datang Pekan Depan

Sementara itu, menurut dokter Reisa saat ini pemerintah terus berupaya mengembangkan dan mengadakan vaksin. Vaksin adalah upaya penguatan kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.

“Ini adalah pencegahan agar masyarakat tidak perlu terpapar penyakit dahulu untuk menumbuhkan kekebalan tubuh atau imunitas,” katanya.

Tentunya pengembangan dan pengadaan vaksin akan sesuai dengan pedoman dan saran organisasi kesehatan dunia (WHO), BPOM, ahli kesehatan, termasuk MUI. Artinya, manfaat vaksin sudah dikaji secara mendalam, tidak perlu diragukan lagi.

“BPOM juga mempersiapkan persetujuan penggunaan dalam keadaan darurat atau emergency use authorization. BPOM memantau langsung Bio Farma, lokasi uji klinis fase 3 di Universitas Padjajaran dan bahkan ke luar negeri,” jelasnya.

Menurut Reisa pemerintah melakukan beberapa cara untuk memenuhi vaksin dalam negeri agar secepat mungkin rakyat terlindungi dari Covid-19. Upaya tersebut dengan mengembangkan vaksin Covid-19 dalam negeri, yakni vaksin kerja sama Bio Farma-Sinovac, dan vaksin Merah Putih. Selanjutnya, Indonesia telah berhasil mendapat komitmen dari 4 kandidat vaksin yaitu AstraZeneca, Sinovac, Cansino, Sinopharm, dalam pembelian vaksin luar negeri.

Baca Juga :  Sebelum Dirawat di RS, Kondisi Jakob Oetama Sudah Kritis

“Setelah disetujuinya vaksin-vaksin tersebut oleh WHO, vaksin itu akan diproduksi dan tiba di Indonesia secara bertahap. Pemerintah juga menggandeng organisasi internasional yaitu CEPI dan GAPI alliance agar mendapat akses vaksin. Dalam kerangka kerja sama multilateral, skema ini juga melibatkan WHO dan Unicef, mulai dari penngembangan sampai dengan distribusi dan pelaksanaan vaksinasi,” paparnya.

Reisa menegaskan vaksinasi merupakan upaya memberikan kekebalan tubuh untuk melawan virus yang sudah dikenali, yang manjur untuk mengendalikan wabah, bahkan memberantas dan menghilangkan penyakit dari dunia, seperti cacar dan polio. Vaksin adalah pelengkap dan datang secara bertahap serta digunakan sesuai skala prioritas.

“Namun, kita tidak boleh lengah dan menurunkan disiplin 3M yakni wajib memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,” pungkasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment