KalbarOnline.com – Klub-klub bulu tangkis merupakan ujung tombak pembinaan maupun pembibitan atlet. Klub-klub itulah yang sesungguhnya paling besar jasanya mematangkan seorang pemain karena mendidik dari level dasar.
Program Director Djarum Foundation Yoppy Rosimin mengatakan bahwa mencetak atlet-atlet berprestasi itu memerlukan perjuangan yang tidak gampang. Mereka mencari bibit-bibit atlet dari daerah. Lalu, direkrut menjadi anggota klub.
”Untuk menembus persaingan elite dunia perlu effort khusus. Selain bakat atlet sendiri, ada pendukung yang lain. Itu yang pasti dirasakan semua klub,” kata Yoppy dalam webinar Perjuangan Klub dalam Melahirkan Pahlawan Bulu Tangkis Indonesia kemarin (12/11).
- Baca Juga: Dukung Agung Firman, Taufik Hidayat Jadi Kabidbinpres Pengganti Susy?
Faktor-faktor pendukung lain yang dimaksud Yoppy adalah dana, pelatih, pengurus, hingga faktor internal para atlet sendiri.
Hal senada diutarakan Ketua Harian PB Jaya Raya Imelda Wigoena. Agar bisa menciptakan atlet yang berprestasi, waktu sepuluh tahun dirasa pendek.
”Itu belum tentu jadi juga. Setelah atlet direkrut, harus dijaga dengan baik. Itu perlu biaya dan pengorbanan yang tidak sedikit. Kemudian harus sering diturunkan dalam pertandingan,” kata Imelda.
Dalam sistem bulu tangkis di Indonesia, PBSI akan menyeleksi atlet dari klub-klub. Kemudian, mereka mendapatkan kesempatan masuk pelatnas, mulai tingkat pratama hingga utama. Barulah di sana mereka bersaing menjadi yang terbaik.
Dalam hal tersebut, klub-klub pun mempersiapkan atlet-atletnya untuk masuk pelatnas. Setelah masuk pelatnas, mereka sudah tidak ditangangi klub lagi. Mereka mendapat program dari pelatnas sendiri.
Untuk itu, diperlukan sinergi antara pelatnas dan klub. Bagaimanapun klub mendidik atlet sejak usia dini. Klub juga lebih mengatahui karakter dari atlet itu sendiri.
”Alangkah baiknya seandainya ada pertemuan akrab antara pelatih pelatnas dan klub. Karena yang tahu karakter atlet sejak kecil dari pelatih klub. Dengan begitu, bisa membangun sinergi yang baik dan intens,” kata Imelda.
Yoppy juga berpendapat demikian. Dalam pemilihan pelatih pelatnas, dia menaruh respek apa pun pilihan federasi. Sebab, yang dipilih pasti terbaik. Umumnya, para pelatih tersebut memang saling kenal atau memang dari mantan pemain.
”Dalam hal ini, pelatnas perlu track record. Itu bisa didapat dari kontak ke klub. Kalau ada pertemuan resmi, menurut saya, itu lebih bagus. Ada catatannya. Selama ini hanya dilakukan secara individual,” imbuh Yoppy.
Comment