KalbarOnline.com – Pfizer telah membuat sejarah dengan hasil vaksin Covid-19 yang diklaim manjur 95 persen. Vaksin yang dikembangkan dengan mitra Jerman BioNTech, memiliki kemanjuran per data uji klinis awal.
Ini adalah vaksin tercepat yang pernah dikembangkan, dan kemanjurannya jauh lebih tinggi daripada yang diharapkan yakni 70 atau 80 persen oleh ahli virologi. Itu merupakan kabar baik untuk masa depan dan tentu untuk penemu vaksin tersebut yang merupakan pasutri yang tinggal di Jerman.
Pasangan suami istri peneliti CEO BioNTech, Prof Ugur Sahin, mendirikan firma bersama istrinya, dr. Özlem Türeci, yang merupakan kepala petugas medis. Pasangan itu melewati ambang batas menjadi miliarder pada Juni, karena saham BioNTech melonjak setelah vaksin Pfizer diumumkan.
Baru-baru ini bahkan Sahin bergabung dalam daftar 500 orang terkaya di dunia setelah Inggris menyetujui vaksin Pfizer menurut Bloomberg. Kekayaan bersihnya sekarang USD 5,2 miliar.
“Vaksin ini bisa menjadi awal dari akhir era Covid-19,” kata Sahin kepada New York Times.
Baca juga: Penemu Vaksin Covid-19 yang Manjur Sebut Pandemi Segera Berakhir
Dilansir dari Bussiness Insider, Kamis (10/12), mereka berdua warga negara Jerman dan berasal dari Turki. Menurut The New York Times, Sahin berimigrasi ke Jerman dari Turki ketika dia berusia 4 tahun dan Türeci lahir di Jerman. Sahin berasal dari Iskenderun, sebuah kota dekat perbatasan Syria, sedangkan ayah Türeci berasal dari Istanbul. Türeci menggambarkan dirinya sebagai ‘Turki Prusia’ menurut Guardian, mengutip kekagumannya pada aspek budaya Jerman.
Mereka terjun ke dunia kedokteran melalui rute yang berbeda. Sahin, anak seorang pekerja pabrik mobil, diperkenalkan dari buku sains. Ayah Türeci adalah seorang ahli bedah. Pasangan itu bertemu saat bekerja di rumah sakit universitas di barat daya Jerman.
Sahin juga pernah bekerja di rumah sakit di Cologne menurut Reuters. Sahin memperoleh gelar MD dari University of Cologne pada 1990. Türeci mendapatkan gelar MD dari Fakultas Kedokteran Universitas Saarland.
Keduanya mendirikan perusahaan farmasi pertama pada 2001. Mereka menikah pada tahun berikutnya. Mulai 2000, Sahin dan Türeci bersama-sama memimpin kelompok penelitian di Universitas Mainz. Kemudian, pada 2001, mereka mendirikan Ganymed Pharmaceuticals, yang berfokus pada peran antibodi dalam mengobati kanker. Menurut Forbes, Ganymed mendapat dukungan dari miliarder Thomas dan Andreas Strüngmann. Perusahaan diakuisisi oleh Astellas Pharma dengan nilai sekitar USD 1,4 miliar pada tahun 2016.
“Saya memahami bahwa apa yang dapat kami tawarkan kepada pasien kanker di rumah sakit tidaklah banyak, dan kami dapat berbuat lebih banyak dengan membawa penemuan baru ke sisi tempat tidur pasien,” kata Türeci kepada Clara Rodríguez Fernández dari LABIOTECH dalam wawancara tahun 2017.
Menurut Times, Sahin membaca artikel dari The Lancet pada Januari tentang wabah Wuhan. Dia sudah melihat potensi bahaya pandemi di maza depan. Lalu dia melihat bagaimana kerja BioNTech pada mRNA dapat diterapkan untuk vaksin.
Saat itulah perusahaan yang memiliki 500 staf mulai mengerjakan senyawa potensial untuk Project Lightspeed. Seperti yang dilaporkan dari Business Insider Andrew Dunn, BioNTech telah mengerjakan vaksin flu potensial dengan Pfizer pada 2018. Saat Sahin mulai fokus pada penelitian virus korona, dia menelepon Kathrin Jansen, kepala penelitian vaksin Pfizer, pada bulan Februari. BioNTech bermitra dengan Pfizer pada Maret, dan memulai penelitian vaksin pada manusia akhir April.
Pada September, media mingguan Jerman Welt am Sonntag mencantumkan pasutri itu sebagai salah satu dari 100 orang Jerman terkaya. Mereka berada di urutan ke-85. Nilai BioNTech mencapai USD 25 miliar. Setahun yang lalu, jumlahnya di bawah USD 3,4 miliar.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment