Tak Akui Kekalahan, Sejumlah Klaim Trump dan Pendukungnya Bikin Gaduh

KalbarOnline.com – Presiden AS Donald Trump dan pendukungnya masih bersikeras tak mau mengakui kekalahan jelang pelantikan presiden AS terpilih Joe Biden. Trump dan pendukungnya telah membuat banyak klaim baru yang tidak berdasar salah satunya di negara bagian Georgia.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Seperti diketahui, Partai Demokrat kemungkinan besar akan memenangkan kedua kursi dan mengendalikan Senat AS. Biden sendiri berasal dari Demokrat. Tek pelak, Trump semakin gencar dalam membuat klaim yang intinya menolak hasil pemilu. Dilansir dari BBC, Kamis (7/1), ada beberapa klaim Trump dan pendukungnya yang membuat panas suasana jelang pelantikan Biden.

Klaim Mesin Pemungutan Suara Dominion Berhenti Bekerja

Sejak Pilpres AS pada 3 November 2020, Trump berulang kali membuat tuduhan tak berdasar bahwa mesin pemungutan suara Dominion telah dimanipulasi untuk merekayasa kecurangan pemilihan. Mengacu pada pemungutan suara di Georgia, Trump mengatakan mesin tersebut telah berhenti bekerja di basis Republik selama lebih dari satu jam.

Baca juga: Bentrok dengan Aparat, Pendukung Donald Trump Serbu Gedung Kongres AS

Pejabat yang bertanggung jawab atas sistem pemungutan suara Georgia, Gabriel Sterling, mengatakan telah terjadi masalah di satu negara bagian karena kesalahan pemrograman pada kunci keamanan, tetapi itu diselesaikan beberapa jam sebelum presiden memberikan komentarnya. “Itu, suara semua orang akan dilindungi dan dihitung,” kata Gabriel Sterling lewat kicauannya.

Baca Juga :  Drama Trump vs Biden di Wisconsin, Penghitungan Suara Terancam Diulang

Menlu negara bagian Georgia Brad Raffensperger juga mengklarifikasi dalam sebuah pernyataan bahwa ada beberapa masalah tetapi mereka tidak menghentikan orang untuk memilih seperti dilaporkan Reuters. “Pemungutan suara tidak pernah berhenti karena para pemilih terus memberikan suara pada surat suara darurat, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh hukum Georgia,” kata Raffensperger.

Klaim Ditemukan Surat Suara yang Hancur

Sebuah gambar yang telah dibagikan ribuan kali di Twitter dimaksudkan untuk menunjukkan tumpukan surat-suara yang hancur di Georgia pada hari pemilihan. “Tim kami ada di Georgia. Mereka berjalan-jalan sebentar. Mereka menemukan surat suara yang robek di kotak Dell,” cuit tim Trump.

Direktur pemilihan Fulton County Richard Barron mengatakan kepada BBC bahwa surat-surat dalam gambar itu jelas bukan surat suara, tetapi limbah dari mesin pembuka surat yang digunakan untuk memotong amplop surat suara. “Kami telah melaporkan klaim serupa tentang dugaan penghancuran surat suara di Georgia sebelumnya,” katanya.

Investigasi terhadap penghancuran kertas di Cobb County menyimpulkan bahwa itu adalah bagian dari operasi pembersihan rutin. Dan dokumen yang dibuang bukanlah surat suara yang sebenarnya yang relevan dengan pemilihan atau penghitungan ulang.

Baca Juga :  Trump Kalah di Pilpres AS, Presiden Brasil: Memangnya Sudah Selesai?

Klaim Kabupaten Chatham Berhenti Menghitung Surat Suara

Sejumlah pejabat dan aktivis Republik, termasuk sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany dan pendiri kelompok aktivis konservatif Turning Point USA, mengklaim para pekerja di penghitungan daerah Chatham tiba-tiba berhenti menghitung selama sisa malam penghitungan. Mereka pun mencium praktik permainan curang.

Klaim serupa atas penipuan atau aktivitas mencurigakan dibuat selama penghitungan pemilihan presiden di daerah tersebut, setelah butuh beberapa hari untuk semua surat suara yang tidak hadir dan surat masuk untuk ditabulasi.

Gabriel Sterling, manajer implementasi sistem pemungutan suara Georgia, lewat cuitannya mengatakan penghitungan tidak berhenti begitu saja. Pekerja telah selesai menghitung semua surat suara yang mereka miliki kecuali surat suara yang tidak hadir yang diterima pada hari pemilihan. Ketua dewan pemilihan kabupaten, Tom Mahoney, kemudian mengkonfirmasi bahwa sekitar 3.000 hingga 4.000 surat suara yang tidak hadir pada hari pemilihan tersisa sudah dihitung.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment