Saran Mantan Juara Dunia kepada Tunggal Indonesia yang Sedang Terpuruk

KalbarOnline.com-Skuad tunggal putra Indonesia meraih hasil yang kelewat buruk pada Toyota Thailand Open 2020. Unggulan kelima Anthony Sinisuka Ginting, unggulan keenam Jonatan Christie, dan pemain nomor tiga nasional Shesar Hiren Rhustavito tidak ada yang mampu untuk sekadar lolos ke perempat final.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Yang menyedihkan, Ginting, Jonatan, dan Shesar kalah melawan pemain yang memiliki ranking jauh di bawah mereka. Selain itu, ketiganya juga kompak bermain solid di awal, tetapi tiba-tiba melempem di akhir.

Ginting dikalahkan pemain Hongkong Lee Cheuk Yiu dalam tiga game dengan skor 19-21, 21-13, dan 12-21 pada babak 16 besar kemarin (21/1). Pada game pertama, Ginting sempat unggul jauh 17-10, tetapi akhirnya kandas dalam kondisi 19-21.

Di game ketiga, Ginting seakan membiarkan begitu saja pemain nomor 20 dunia itu mencetak tujuh angka beruntun. Lee yang awalnya unggul tipis 14-12, tiba-tiba melesat jauh untuk langsung memenangkan pertandingan.

Kekalahan Jonatan di babak pertama juga tak kalah menyesakkan. Unggul lebih dulu pada game pertama, dia dikalahkan pemain nomor 28 dunia asal India H.S Prannoy dengan skor 21-18, 16-21, dan 21-23.

Pada game ketiga, Jonatan berhasil mencapai posisi match point sebanyak tiga kali. Yakni dalam kondisi 20-18 dan 21-20. Tetapi, pada akhirnya, Jonatan kalah melawan Prannoy yang ketika itu bahkan mengalami cedera ringan pada bahu kirinya.

Jonatan Christie saat bertanding pada babak pertama Toyota Thailand Open 2020. (Badminton Photo)

Shesar juga gagal mempertahankan penampilan hebatnya. Sempat bermain gila dengan mencetak 13 angka pada game pertama, Shesar akhirnya kandas. Dia ditumbangkan veteran berusia 35 tahun asal Denmark Hans-Kristian Vittinghus dalam tiga game dengan skor 11-21, 21-15, dan 21-17.

Melihat fenomena itu, juara Dunia 1995 dan juara Piala Dunia 1994 Hariyanto Arbi mengatakan bahwa Ginting sejatinya memiliki pola dan gaya permainan yang bagus. Tetapi, kata Hari–begitu dia biasa dipanggil–salah satu masalah kronis Ginting adalah dia selalu kesulitan pada ronde-ronde awal sebuah turnamen.

Hari menuturkan bahwa Ginting harus lebih serius lagi dalam mempersiapkan diri, siapapun lawannya. Dia harus mencari tahu dengan detail kekuatan, kelemahan, dan cara bermain lawan.

Sebelum laga, Ginting sudah harus tahu apakah sang lawan memiliki tipe bermain bertahan, menyerang, atau defense-balik serang.

Selain itu, Ginting harus punya pengetahuan mendalam bagaimana cara untuk menghentikan perolehan angka lawan. Dalam posisi unggul, kata Hari, Ginting wajib untuk tetap berpikir dengan jernih. Saat musuh mulai menyusul, Ginting perlu memiliki siasat dan strategi kecil tetapi jitu.

Sebagai mantan pemain kelas dunia, Hari membagi tipsnya. “Misalnya ganti shuttlecock, meminta lapangan dilap, meminta challange, atau yang lainnya,” kata Hari.

“Harus seperti itu. Ginting perlu belajar hal-hal kecil untuk menge-freeze keadaan. Kalau dari pengalaman saya, ketika saya mulai terkejar, saya akan minta ganti shuttlecock. Tidak saya lempar, tetapi saya taruh di raket dan saya berjalan mendatangi linesman. Sekarang kan bisa minta challange, misalnya,” imbuh mantan pemain nomor satu dunia itu.

“Atau bisa juga pura-pura jatuh agar lapangan dilap. Tujuannya ya untuk menghentikan momentum perolehan angka lawan. Itu bukan nakal ya, tetapi cerdik dan bisa dianggap sebagai strategi,” tambah Hari.

“Pemain kita perlu memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Kalau levelnya sudah sama, kekuatan permainan sudah imbang, hal kecil akan bisa sangat menentukan,” tambah tunggal putra Indonesia terakhir yang juara All England pada 1993 dan 1994 tersebut.

Baca Juga :  PBSI: Kecuali Greysia/Apriyani, Pemain Nasional Lain Terlihat Goyah
Hariyanto Arbi saat mengangkat trofi Piala Thomas 1994. (BWF).

Selain itu, Ginting, Jonatan, dan Shesar perlu memperkuat mentalitas bermain. Caranya adalah latihan yang jauh lebih keras dari biasanya. Menurut Hari, latihan keras akan membangun rasa percaya diri dan meningkatkan keyakinan.

Kalau sebelumnya latihannya cuma dua kali, setelah kekalahan di Thailand Open II ini, Ginting dkk harus menambah latihan menjadi empat atau bahkan lima kali. Dengan porsi latihan yang meningkat, maka mental pemain akan semakin siap dan lebih berani ketika menyongsong sebuah turnamen.

“Tambahan porsi latihan itu tidak selalu yang berat. Latihan ringan juga bisa, tapi tujuannya untuk semakin menajamkan senjata. Misalnya latihan netting yang jauh lebih lama dari biasanya. Menurut saya itu bisa memperkuat mental,” kata Hari.

Di sisi lain, menurut pemain yang masuk skuad Indonesia yang juara Piala Thomas 1994, 1996, 1998, dan 2000 itu, peran psikolog PP PBSI juga penting. Ketika pemain sedang jatuh dan pikirannya blank karena main jelek, maka diskusi dengan psikolog akan sangat signifikan. Psikolog harus bisa meyakinkan dan memberikan energi positif kepada pemain.

Pelatih juga punya fungsi yang sangat sentral. Tidak cuma mengatur program latihan, pelatih juga harus mampu mengajak diskusi pemain dengan baik sebelum dan setelah pertandingan. Pelatih mesti secara jitu memberikan masukan. Misalnya apa yang kurang, apa kelemahan lawan yang bisa dimanfaatkan, dan besok mau main seperti apa. “Tetapi pelatih harus memberikan motivasi, bukan menjatuhkan pemain,” kata Hari.

“Saya pernah mengalami. Ketika itu ada dua pelatih. Setelah saya menang, pelatih pertama mengomeli saya karena permainan saya buruk. Sedangkan pelatih kedua bilang, ‘Sudahlah, yang penting hari ini menang. Yang penting besok dipersiapkan lagi.’ Saya sih lebih cocok kepada tipe yang kedua,” kata Hari.

Pelatih ‘kedua’ yang disebut Hari itu adalah Tong Sin Fu.

“Pemain muda itu kadang egonya besar. Kalau dimarahin malah seringnya tidak efektif. Kalau pelatih bilang, ‘Sudah nggak usah dipikirkan yang sudah terjadi, ayo kita atur strategi ke pertandingan besok,’ bagi saya itu lebih pas,” tambah Hari.

Selain itu, Hari mengatakan bahwa pelatih wajib menjaga mimik wajah dan gestur ketika mendampingi pemain di lapangan. Jangan sampai pelatih menunjukkan sikap negatif. Kalau pemain mati, jangan terlihat kecewa. Harus cepat melupakan yang sudah terjadi dan memberikan semangat kepada pemain untuk cepat bangkit.

Normalnya, ketika melakukan kesalahan, pemain biasanya melihat ke arah pelatih. Jika pelatih tidak tenang dan marah-marah, pemain akan mudah sekali terpengaruh. “Kalau pelatih tidak tenang, maka pemain akan pusing dua kali. Pertama, pusing menghadapi lawan yang kuat, kedua pusing melihat pelatihnya. Jadi, rasanya seperti dikeroyok dua orang,” ucap Hari lantas tertawa.

Kesimpulan Hari, jika melihat kualitas permainan Ginting dan Jonatan, maka Hendri Saputra bisa dikatakan pelatih yang punya kemampuan oke. Tetapi, Hendri harus cepat menemukan solusi untuk meningkatkan performa Ginting dan Jonatan.

Hari sendiri memiliki saran praktis kepada Jonatan. Ketika dalam posisi drop, Jonatan harus sering menonton rekaman pertandingan terbaik yang pernah dia lakukan.

Dari video itu, Jonatan harus melihat dan belajar bagaimana cara dia bermain. Misalnya saat menjadi juara Asian Games 2018. Sebetulnya, apa yang dia lakukan saat itu sehingga menjadi juara. Mainnya seperti apa. Sikap mentalnya seperti apa. Kesalahan-kesalahan apa yang tidak boleh dilakukan. “Bagi saya ini penting untuk refresh otak,” kata Hari.

Baca Juga :  Srikandi Ganjar Ajak Milenial di Ketapang Senam Sehat untuk Jaga Kebugaran

Menurut Hari, Jonatan dan Ginting sudah memiliki standar tinggi sebagai tunggal top dunia. Tetapi untuk mencapai kematangan sebagai pemain yang konsisten, Jonatan dan Ginting butuh kerja yang sangat keras. Semuanya tidak bakal berjalan mudah.

Setiap pemain kadang menemukan waktu dan momentumnya sendiri untuk menjadi pemain juara. Ada yang cepat seperti Hari yang sudah menjadi juara All England pada usia 21 tahun. Atau Taufik Hidayat yang mampu menjadi nomor satu dunia saat masih berumur 19 tahun.

Tetapi, ada juga yang lambat seperti Hendrawan dan Joko Suprianto yang baru mampu menembus level elite dunia pada usia akhir 20-an atau awal 30-an.

Di sisi lain, ada juga pemain seperti Tommy Sugiarto dan Simon Santoso yang tidak pernah bisa menembus ke atas sebagai pemain top. Mereka konsisten berada di tengah. Naik tidak bisa. Tetapi terus menurun hingga menjelang akhir karier.

“Nah untuk men-switch seorang pemain menjadi juara itu nggak gampang. Sang pemain harus percaya diri, harus stabil, dan harus yakin mereka mampu menembus level top. Kalau berada dalam posisi tertekan, mereka sudah punya cara untuk keluar dari tekanan,” kata Hari.

Hari mencontohkan satu pertandingan, bagaimana hawa juara akhirnya sangat menentukan hasil akhir pertandingan. Pada final ganda putra Asian Games 2018, kata Hari, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto sejatinya bermain sangat luar biasa. Di sisi lain, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo underperform.

Tetapi, Marcus/Kevin selamat dari kekalahan dan akhirnya menang dalam tiga game dengan skor 13-21, 21-18, dan 24-22. “Karena Kevin/Marcus sering juara, maka saat-saat kritis mereka bisa membalik keadaan. Bagi saya, Fajar ketika itu bermain lebih baik. Baik sekali. Namun yang menang tetap Kevin. Dalam situasi tertekan, pukulan aneh-anehnya justru keluar,” kata Hari.

Menurut Hari, Ginting akan sangat bisa menjadi pemain top dunia. Dia punya modal besar karena sangat cepat dan eksplosif. Kalau Ginting mau, kata Hari, dia akan cepat untuk mencapai prestasi besar dalam kariernya.

Tetapi, Ginting harus lebih sabar dan cerdik dalam pertandingan. Selain itu, Ginting harus memperkuat fisiknya. “Sebab, cara main eksplosif seperti itu, butuh kekuatan fisik yang ekstra,” kata Hari.

“Bagi saya, kekurangan Ginting itu defensenya. Defensenya biasa saja. Bukan jelek ya, tapi biasa saja. Fisik yang kecil bagi saya bukanlah kekurangan Ginting. Dia sangat cepat dan mampu dengan mudah menguasai lapangan. Tinggal sabar, dikuatin fisik, dan punya sikap yang pas ketika unggul atau tertinggal,” kata Hari.

Baca Juga: Dilibas Ganda Non Unggulan, Herry IP Sebut Fajar/Rian Kurang Pede

Di sisi lain, Hari yang ketika bermain memiliki julukan smash 100 watt itu mengatakan bahwa Jonatan memiliki defense yang lebih bagus ketimbang Ginting. Tetapi secara serangan, Jonatan memang kurang eksplosif.

Namun, jika Jonatan punya sikap mental yang pas, Hari yakin, Jonatan akan kembali berprestasi baik. Saat-saat puncak ketika menjadi juara Asian Games 2018 atau mengukir catatan bagus sepanjang 2019 sangat bisa untuk diulangi lagi.

Comment