KalbarOnline.com – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah menegaskan keberhasilan program vaksinasi menjadi game changer (pengubah permainan-Red) baru bagi pemulihan ekonomi nasional.
Pasalnya, dampak vaksinasi tidak hanya bagi penanganan Covid-19 semata, tetapi juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan pemulihan ekonomi nasional. Karena itu, program vaksinasi nasional ini harus sukses.
“Kita punya kepentingan untuk pulih lebih cepat, agar mampu memanfaatkan aliran modal masuk ke pasar dalam negeri, memperkuat fundamental ekonomi, sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, sebelum badai kembali datang,” ujar Said kepada wartawan, Senin (15/2).
Menurutnya, keberhasilan vaksinasi bisa mempercepat pengendalian penyebaran Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Akan tetapi sebaliknya kegagalan vaksinasi akan membuat Covid-19 semakin tidak terkendali. Hal ini akan membuat bangsa ini semakin sulit untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi.
“Pada titik ini, kita harus yakin program vaksinasi akan berhasil dengan baik,” jelasnya.
Politikus senior PDIP ini menjelaskan, momentum keberhasilan pelaksanaan vaksinasi sangat penting bagi akselerasi pemulihan ekonomi nasional. Apalagi sejauh ini, perekonomian nasional sudah melewati masa-masa genting.
Memang, pada triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi terkontraksi hingga -5,32 persen. Tetapi setelah itu trend pertumbuhan ekonomi terus menunjukkan angka membaik. Bahkan di triwulan III mulai membaik-3,24 persen dan triwulan IV sebesar -2,19 persen.
Dengan demikian, secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2020 sebesar -2,07 persen. Semua indikator jelasnya, baik dari sisi pengeluaran maupun dari lapangan usaha menunjukkan ke arah perbaikan.
“Dengan melihat perbaikan tersebut, saya optimis keberadaan vaksin akan semakin mempercepat pengendalian penyebaran Covid 19, sehingga akan semakin mempercepat akselerasi pemulihan ekonomi nasional,” terangnya.
Selain program Vaksinasi, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tetap akan berlanjut pada tahun 2021. Ini penting guna membantu masyarakat yang terpapar dampak Covid 19, perlu terus ditingkatkan.
“Kita akan terus mengawal agar program PEN 2021, agar jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan tahun 2020. Serapan anggaran untuk program yang kurang efektif, perlu dievaluasi ulang untuk memperkuat program perlindungan sosial dan pemulihan sektor UMKM,” tuturnya.
Ketua DPP PDIP Bidang Perekonomian ini menjelaskan tantangan pemulihan ekonomi nasional tidak hanya berasal dari dalam negeri semata, tetapi faktor eksternal juga sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Untuk itu, program vaksinasi ini harus sukses.
Sebab keberhasilan vaksinasi membangun kepercayaan dunia internasional terhadap kondisi perekonomian nasional, terutama masuknya investasi asing ke dalam negeri.
“Makin cepat pemulihan ekonomi sebuah negara, makin besar peluang negara tersebut mendapat limpahan investasi dan aliran modal masuk,” terangnya.
Beberapa negara menunjukkan keberhasilan penanganan Covid-19 dengan pemulihan ekonomi yang cepat. Vietnam misalnya memiliki kasus Covid-19 paling sedikit di Asia Tenggara.
Pada triwulan IV 2020, Vietnam mampu tumbuh sekitar 4,5 persen. Tiongkok juga menunjukkan segera pulih, dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020 sebesar 6,5 persen.
Tapi bagi negara-negara yang tingkat penyebaran Covid-19 masih tinggi, pertumbuhan ekonominya masih melambat. Amerika Serikat pada Triwulan IV 2020 masih terkontraksi -2,5 persen, begitu pula Uni Eropa yang mengalami gelombang kedua Covid-19, kontraksinya makin dalam sebesar -4,8 persen.
“Kita sangat berkepentingan untuk bisa pulih lebih cepat dibandingkan dengan beberapa negara besar, seperti Amerika Serikat, China dan negara-negara Uni Eropa,” urainya.
Hal ini penting lantaran negara-negara emerging market termasuk Indonesia, sedang menikmati aliran modal dari pasar Internasional.
Kondisi ini sebagai dampak kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang memberlakukan quantitative easing (QE) dengan melakukan pembelian obligasi besar-besaran, guna menambah likuiditas serta membangkitkan perekonomian AS yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.
Namun demikian, dia mengingatkan BI dan Pemerintah perlu waspada terhadap titik balik kebijakan moneter di AS tersebut. Sebab kebijakan QE tidak selamanya akan berlangsung, karena akan sangat tergantung dengan kondisi perekonomian AS sendiri.
“Kita perlu mengantisipasi kapan The Fed akan mulai mengurangi QE hingga akhirnya menghentikan, Kebijakan tersebut akan memperkuat USD dan membuat mata uang lain terpuruk atau yang dikenal dengan istilah “taper tantrum”,” tuturnya.
Oleh sebab itu, perekonomian nasional harus segera pulih dan tumbuh lebih tinggi, agar mampu menghadapi tantangan yang lebih berat kedepannya.
“Satu-satunya cara untuk menjawab keraguan Bloomberg terhadap kemampuan vaksinasi yang kita miliki adalah mampu melaksanakan vaksinasi dalam kurun waktu kurang dari dua tahun kedepan, seperti yang sudah direncanakan oleh Pemerintah dalam roadmap vaksinasi,” terangnya.
Ketika ditanya terkait perhitungan Bloomberg, yang menyatakan Indonesia membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun, untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity), Said menjelaskan informasi Bloomberg ini dijadikan sebagai peringatan dan motivasi untuk meningkatkan kinerja Pemerintah dan semua pihak yang sedang bertungkus lumus dalam mensukseskan vaksinasi ke seluruh masyarakat.
“Kita tentu tidak ingin berpolemik terlalu Panjang dengan perhitungan Bloomberg. Sebagai bangsa berdaulat, kita harus optimis bahwa program vaksinasi ini berhasil,” pungkasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment