Nasional    

Respon Pernyataan Menag Yaqut Soal Adzan dan Gonggongan Anjing, Ustadz Adi Hidayat: Taubat

Oleh : Jauhari Fatria
Sabtu, 26 Februari 2022
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline.comUstadz Adi Hidayat (UAH) turut memberikan respon terkait Pernyataan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menganalogikan suara adzan layaknya gonggongan anjing.

Pesan itu disampaikan Ustadz Adi Hidayat melalui kanal Youtube Adi Hidayat Official yang diunggah pada 24 Februari 2022 berjudul Pesan Kebangsaan UAH !! Dari TOA sampai Taubat Nasuha.

Ustadz Adi Hidayat mengajak semua pihak, anak bangsa, warga negara Indonesia, di manapun berada dan apapun posisi yang tengah ditempati saat ini untuk bersatu, berekonsiliasi dengan cara yang baik, memperbaiki jalan kehidupan, dan menata kembali hal-hal yang kurang tepat.

Hal yang kurang tepat itu baik dari sikap, kebijakan, dari hal-hal yang sekiranya tidak mengarah pada solusi yang tepat guna dalam mengentaskan berbagai persoalan kehidupan.

Ustadz Adi Hidayat menyebut, hal ini perlu dilakukan lantaran Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai ragam musibah yang tentunya menguji ketangguhan semuanya dalam menjalani kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

“Ini tentunya adalah hal yang sangat memprihatinkan bila dalam mengatasi itu semua kita belum mampu bersinergi dengan baik, berekonsiliasi dalam konteks kebangsaan yang utuh. Mengamalkan sila ketiga dari Pancasila, Persatuan Indonesia,” kata Ustadz Adi Hidayat.

Untuk itu Ustadz Adi Hidayat mengajak semua pihak sama-sama memperbaiki hal tersebut. Atau dalam bahasa agama disebut dengan taubat.

“Kembali mengakui bahwa ada yang tidak tepat dari apa yang kita lakukan selama ini. Kita sesali itu semua, namun lebih penting dari pada itu kita tata, sehinga persoalan tadi kita bisa evaluasi, perbaiki, dan menampilkan hal lebih baik dari pada hari sebelumnya,” pesan Ustadz Adi Hidayat.

Ustadz Adi Hidayat juga meminta kepada para pejabat publik untuk dapat membuat kebijakan yang substansial, esensial, yang tepat guna, yang memang dibutuhkan di masyarakat dalam konteks bersinergi untuk mengentaskan berbagai persoalan yang ada.

Menurut hematnya, persoalan-persoalan kecil yang tidak membutuhkan perhatian level-level jabatan besar selevel Menteri dan semisalnya, kiranya bisa diteruskan kepada pejabat daerah atau di lingkungan terkait. Apalagi bila yang dimaksudkan adalah kasus-kasus yang sifatnya domestik, sifatnya kecil yang tidak harus menarik perhatian sehingga menjadi kebijakan nasional.

“Kepada pejabat publik saya berharap juga agar memperbaiki narasi, komunikasi yang ditampilkan kepada masyarakat. Jangan sampai menghadirkan kata-kata, kalimat-kalimat yang justru kontraproduktif atas visi misi yang akan dibangun,” kata UAH.

Menurut UAH, tidak mungkin toleransi bisa ditampilkan, bisa dikampanyekan, apabila dalam saat yang sama, kalimat yang ditampilkan para pejabat, atau ilustrasi yang dihadirkan justru bukan sekedar kontraproduktif, tapi berpotensi menyakiti kepada bagian-bagian unsur tertentu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Rasanya tidak pantas, bila persoalan TOA harus diilustrasikan dengan binatang tertentu atau hal lain yang tidak sejalan, tidak senafas, bahkan tidak sampai kepada logika. Pun persoalan-persoalan lainnya,” kata Ustadz Adi Hidayat.

Menurut UAH, semua pihak tidak perlu saling menghujat, tidak perlu saling mencela, tidak perlu saling menyalahkan. Terpenting menurutnya, saling mengkoreksi diri dan bertanya apakah masih mencintai negeri (Indonesia) ini. Apakah masih mencintai bangsa ini.

“Bila memang anda mengatakan, saya Pancasila, saya NKRI, saya mencintainya, maka cinta tidak dibuktikan dengan kata-kata, cinta dibuktinya dengan tindakan, dengan kebijakan, dengan persatuan, dan dengan sikap dan perilaku yang mulia dalam berkehidupan,” kata UAH.

Di akhir pesan kebangsaannya itu, Ustadz Adi Hidayat memanjatkan doa agar Allah mengampuni masyarakat Indonesia dan membimbing ke jalan yang baik.

“Semoga Allah mengampuni kita, membimbing kita ke jalan yang baik, meridhoi langkah kita, dan pada saatnya siapapun kita, pasti akan berpulang kepada Allah. Pastikan saat pulang ada legacy (kebijakan) terbaik yang ditinggalkan, yang bermanfaat untuk kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat, dan jariah yang mengalir sampai kehidupan akhirat kita,” pungkas Ustadz Adi Hidayat.

Artikel Selanjutnya
Pemerintah Ketapang Bakal Bangun Fasilitas Air Baku Non-komersial di Kendawangan
Sabtu, 26 Februari 2022
Artikel Sebelumnya
Respon Pernyataan Menag Yaqut Soal Adzan dan Gonggongan Anjing, Ustadz Adi Hidayat: Taubat
Sabtu, 26 Februari 2022

Berita terkait