KalbarOnline, Pontianak – Dentuman menggelegar saling bersahutan dari dua sisi tepian Sungai Kapuas. Bunyi dentuman itu berasal dari meriam karbit yang dimainkan warga Tambelan Sampit sebagai persiapan menyambut malam lebaran yang tak lama lagi.
Meriam karbit merupakan permainan rakyat yang menjadi tradisi setiap bulan Ramadan dan malam Idulfitri di Kota Pontianak.
Permainan tradisional khas Kota Pontianak ini sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke kota itu.
Satu di antaranya Windy Prihastari. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kalbar itu sengaja datang ke Tambelan Sampit untuk menyaksikan langsung permainan meriam yang sudah cukup dikenal oleh orang luar Pontianak hingga turis mancanegara.
Windy Prihastari yang awalnya hanya ingin menyaksikan pun kemudian penasaran untuk merasakan sensasi menyulut meriam berbahan dasar kayu balok itu.
“Dahsyat,” ucap Windy saat diwawancarai usai menyulut meriam karbit untuk pertama kalinya, Rabu malam, 27 April 2022.
Windy meyakini tradisi meriam karbit yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu dapat menjadi salah satu daya tarik yang akan membangkitkan sektor pariwisata Kalbar setelah 2 tahun ini lumpuh karena didera pandemi Covid-19.
“Ini salah satu pertunjukan yang bisa kita hadirkan di destinasi wisata Kalbar. Karena tidak banyak pertunjukan seperti ini di daerah lain,” kata Windy.
Dirinya menyebut, tradisi meriam karbit dapat menjadi daya tarik bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain mengundang rasa penasaran, menurutnya ada sensasi tersendiri saat menyulut meriam karbit.
“Saya yakin banyak para wisatawan yang ingin mencoba. Tadi saya sudah rasakan langsung sensasinya,” kata Windy.
Windy pun memastikan bahwa ke depannya Festival Meriam Karbit yang beberapa tahun terakhir ini sudah masuk dalam Kalender Event Kalbar akan dikemas lebih baik lagi.
“Tapi karena pandemi covid-19, memang ditiadakan karena dikhawatirkan mengundang kerumunan,” kata Windy.
“Sektor pariwisata kita sejauh ini pelan-pelan mulai bangkit. Kita optimis pasti dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kalbar,” pungkasnya.
Sebelumnya, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyatakan penyelenggaraan Festival Meriam Karbit tahun ini kembali ditiadakan sebagaimana tahun lalu. Kendati demikian, permainan meriam karbit tetap diperbolehkan.
“Kalau masyarakat ingin memainkan meriam karbit silakan, tetapi tahun ini kita tidak menggelar festival seperti tahun-tahun sebelumnya,” katanya.
Sejak awal pandemi Covid-19, yakni tahun 2020 festival yang banyak menyedot perhatian masyarakat ini sementara ditiadakan.
Langkah itu diambil sebagai upaya mencegah kerumunan orang di tengah kondisi pandemi Covid-19.
“Insya Allah tahun depan kita akan gelar supaya lebih meriah lagi,” ucap Edi.
Meski permainan rakyat yang dimainkan di tepian Sungai Kapuas ini diperkenankan, namun Edi berharap masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir.
Apabila ada warga yang merasa sakit atau tidak enak badan, sebaiknya tidak ikut memainkan atau menyaksikan permainan berbahan bakar karbit tersebut.
“Artinya warga masyarakat yang merasa sakit, kalau bisa jangan memaksakan diri untuk datang nonton atau berkerumun. Sebaiknya istirahat di rumah saja untuk mengembalikan stamina,” imbau Edi.
Sebagian besar komunitas pemain meriam karbit berada di Wilayah Pontianak Timur, Selatan dan Tenggara, terutama mereka yang bermukim di tepian Sungai Kapuas.
Permainan tradisional yang sudah lama ada ini merupakan salah satu aset yang dimiliki Kota Pontianak dan hanya satu-satunya di dunia meriam karbit sebesar ini.
“Permainan meriam karbit ini perlu kita lestarikan agar budaya yang kita miliki tidak punah ditelan zaman,” pungkas Edi.
Comment