RSUD Soedarso Pontianak Tegaskan Tak Mungkin Telantarkan Pasien

KalbarOnline, Pontianak – Sebuah akun di media sosial TikTok menuding pelayanan RSUD dr. Soedarso tak profesional, lantaran telah menelantarkan salah satu pasien pengguna BPJS. Kabar tersebut langsung dibantah oleh Direktur RSUD dr. Soedarso, Hary Agung Tjahyadi.

Melalui keterangan persnya, Hary menyatakan kalau informasi itu sungguh keliru, baik berdasarkan dari keterangan, dokumen, maupun dari bukti CCTV yang ada.

IKLANBANKKALBARIDULADHA

Kepada awak media, Hary menceritakan kronologis sejak mulai pasien tersebut datang pada pukul 11.30 WIB, hari Jumat tanggal 21 Juni 2024. Dari sisi waktu, kedatangan pasien sudah hampir mendekati tengah hari.

“Bukan pagi,” jelas Hary.

Selanjutnya, tak lama dari pasien datang, ia langsung ditangani. Dari pemeriksaan awal yang dilakukan oleh perawat dan dokter IGD, bahwa pasien suspek fraktur antebrachi dextra, fr ancle dextra.

“Pasien sudah ditangani oleh petugas IGD dengan memasang infus, mengambil sampel darah dan sudah diberikan injeksi TKO drip,” katanya.

Setelah itu, pasien selanjutnya akan dilakukan tindakan rontgen di central radiology, karena kondisinya saat itu tidak dapat dilakukan rontgen di radiologi IGD. Hary mengatakan, bahwa kondisi IGD saat itu memang tengah ramai pasien.

“Di IGD pasien sangat ramai. Semua petugas memberikan pelayanan. Termasuk petugas pengantar pasien yang juga bergantian mengantar pasien ke ruang rawat inap, dijeda petugas pengantar pasien juga Salat Jum’at, maka pasien menunggu untuk dilakukan rontgen,” terangnya.

Baca Juga :  Terima Kunjungan Tim Unicef, Dinkes Kalbar Bahas Percepatan Program BIAN

Merasa kelamaan, pasien tidak mau menunggu. Pada Jam 14.00 lebih, pasien lalu meminta pulang dan menandatangani surat keterangan pulang atas permintaan sendiri pada jam 15.00 WIB.

“Dari kronologis tersebut tidak benar pasien tidak dilakukan tindakan apa-apa. Pasien sedang menunggu untuk dilakukan rontgen,” kata Hary.

Anehnya lagi, tuduhan “ketidakprofesionalan” itu lalu melebar, menjadi RSUD dr Soedarso yang membeda-bedakan pasien berdasarkan kelas.

“Perawat atau dokter IGD tidak pernah menanyakan pasien umum atau BPJS! Pertanyaan umum atau BPJS ditanyakan oleh petugas rekam medik untuk (keperluan) data atau petugas sisrute untuk keperluan penyesuaian ruang rawat inap agar sesuai hak pasien,” jelasnya.

“Di RSUD dr Soedarso tidak pernah membedakan pasien umum atau BPJS, dokternya sama, obatnya sama sesuai obat fornas, perlakuan atau prosedur tindakan sama sesuai kondisi dan haknya,” timpal Hary lagi.

Menurut dia, tidak ada alasan RSUD dr. Soedarso mau membeda-bedakan pasiennya berdasarkan BPJS atau umum. Karena hampir 100 persen pasien yang datang ke sana pengguna BPJS.

Baca Juga :  Peringatan Hari Kesehatan Dunia 2022, Kadiskes Kalbar Ajak Masyarakat Hidup Sehat dan Bersih

“Perlu diketahui, 90% lebih pasien RSUD dr. Soedarso adalah BPJS. Pasien BPJS di RS ditanggung atau dibayar klaimnya oleh BPJS. Jadi tidak ada alasan kami membedakan pasien BPJS dengan umum,” tegas dia.

Jujur Hary mengakui, jika RSUD dr. Soedarso memang terus berbenah, terlebih dalam hal menghadirkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat Kalbar. Dengan kata lain, ia sangat menerima masukan dan kritik, namun bukan model tudingan keliru semacam ini.

“Kami terus berbenah meski dengan keterbatasan SDM dan ruangan, kami tetap berupaya memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Kami mohon maaf bila masih belum semua puas dengan pelayanan kami, karena kebutuhan pasien ke RS Soedarso sangat tinggi, IGD selalu membludak, BOR (rasio penggunaan tempat tidur) sangat tinggi hampir 90%,” papar Hary.

“(Karena) semua rujukan dari kabupaten kota (mengerucut) ke RS Soedarso. RS-RS besar swasta Pontianak yang harusnya bisa membantu rujukan BPJS tidak bekerja sama dengan BPJS, kecuali RS Yarsi,” pungkasnya. (Jau)

Comment