Gara-gara Aturan Setengah Hati Kawasan Untan, Mahasiswa Gerah, PKL Pun Ogah Pindah

KalbarOnline, Pontianak – Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Kalimantan Barat sedianya telah mengumumkan penutupan Jalan Muhammad Isya, yang berada tepat di depan Auditorium Untan, sebagai bagian penertiban kawasan pendidikan. Penutupan jalan tersebut pun berlaku sejak 22 Juli 2024, dari pukul 18.00 WIB sampai dengan 06.00 WIB.

Namun hingga saat ini, Rabu (07/08/2024), pantauan KalbarOnline di lokasi, jalan tersebut masih dibuka untuk umum. Pada pukul 18.00 WIB, jalan yang seharusnya ditutup itu masih dilewati oleh kendaraan baik motor maupun mobil. Bahkan, para pedagang kaki lima (PKL) yang biasa berjualan di area tersebut masih tetap berjualan dan tidak menghiraukan pengumuman yang masih terpasang.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Terkait hal tersebut, mahasiswa Untan, Adelia mengaku sangat menyayangkan pihak Untan yang tidak tegas dengan aturan yang mereka buat. Ia mengatakan, kalau penutupan jalan tersebut sebenarnya merupakan langkah yang tepat untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan kawasan pendidikan.

“Sangat disayangkan sih, karena itu kawasan pendidikan, jadi kalau ada pedagang jadinya mengganggu kerapian dan ketenangan sekitar kampus. Saran, mungkin baiknya jika Senin – Jumat ditutup, dan Sabtu – Minggu dibuka untuk para pedagang, itu jadi lebih baik dari kita sebagai mahasiswa dan pedagang,” ungkapnya.

Baca Juga :  IWITA Kalbar Dorong Perempuan Cerdas Manfaatkan Gadget Jadi Lahan Penghasilan

Hal senada juga disampaikan Devi. Ia setuju jika jalan depan audit itu ditutup di waktu-waktu tertentu. Sebab menurutnya, kawasan tersebut sudah seharusnya dijaga kebersihan sama kerapiannya. Terkait para pedagang yang tidak ingin pindah lokasi, ia menyarankan pemerintah turut membantu mencari solusi akan hal tersebut.

“Setuju jalan itu ditutup buat jualan, jadi cuma dipakai buat melintas aja. Terus pedagangnya ini mungkin dialokasi atau relokasi aja, kemana gitu, atau sepanjang Jalan Daya Nasional aja, atau ada tempat yang mumpuni secara tempat dagang sama tempat parkir,” ujarnya.

Tak hanya menyoroti PKL, Devi juga mengeluhkan parkir liar yang terjadi di sana. “Terus sekalian bisa menertibkan parkir liar, yang parkir di sana sampai naik ke atas halaman Nineteen, padahal itu sudah di rantai supaya ga bisa masuk. Sayang aja halaman sekitar Audit Untan yang mengusung go green malah dipenuhi sampah makanan tiap pagi,” tambahnya.

Sementara, pedagang gorengan yang tidak ingin disebut namanya mengatakan, ia dan pedagang lainnya sempat menerima surat edaran tentang alasan jalan tersebut akan ditutup, salah satunya menyebutkan area tersebut menjadi kumuh dan kotor. Namun hal tersebut dibantah olehnya, ia mengaku sebelum pulang selalu membersihkan lapak tempatnya berjualan.

Baca Juga :  Silaturrahim Alim Ulama Kalbar Inginkan NU Kalbar Dipimpin Santri

“Kita di sini habis selesai jualan selalu bersih-bersih, nggak bikin kotor. Sampah-sampah kita pungut. Jadi kalau digusur karena dibilang bikin kumuh dan kotor nggak mau lah saya,” terangnya.

Saat ditanya terkait pemindahan lokasi, penjual gorengan ini menegaskan hal tersebut bukan pilihan yang tepat. Ia berharap bisa terus berjualan di kawasan yang ada sekarang, karena keuntungan yang didapat dari hasil jualan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga.

“Kalau ditawarkan pindah tempat, saya ngga mau,” tukasnya.

Sementara itu, saat dihubungi, pihak Untan Pontianak belum memberikan respon terkait penegasan imbauan penutupan jalan depan Audit Untan tersebut. (Lid)

Comment