KalbarOnline, Pontianak – Ketua DPD Partai Golkar, Maman Abdurrahman mengingatkan bahwa Kalimantan Barat memiliki kompleksitas permasalahan yang cukup tinggi dan berbeda dengan daerah lainnya. Selain wilayah yang luas, Kalbar juga menjadi rumah bagi berkumpulnya berbagai entitas, baik suku, agama, adat budaya, kelompok, golongan dan lain sebagainya.
Oleh karenanya, diperlukan pemimpin yang mampu mengurai permasalahan-permasalahan yang ada, baik itu infrastruktur, pendidikan, kesehatan, ekonomi, kesejahteraan dan lainnya.
“Harus diingat, memimpin Kalbar bukan hanya sekadar memimpin keluarga, memimpin Kalbar bukan hanya seperti memimpin hubungan dengan pacar, memimpin Kalbar bukan hanya sekadar seperti memimpin RT,” jelasnya.
Hal itu disampaikan Maman saat menghadiri Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dan Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) DPD Partai Golkar Provinsi Kalbar, di Hotel Golden Tulip, Sabtu (07/09/2024). Rapat ini diagendakan berlangsung selama 2 hari, pada tanggal 7 – 8 September 2024.
Lebih lanjut, Maman ingin menggambarkan, bahwa betapa sulitnya membangun Kalbar ini. Namun ketika ada sosok baru yang datang bernama Sutarmidji, punya komitmen kuat dan kemampuan di atas rata-rata dalam mengelola pemerintahan, orang yang berhasil menuntaskan perbaikan jalan hingga 80 persen, punya track record yang baik, membangun sekolah di mana-mana, memperbaiki akses kesehatan dan kesejahteraan, mampu menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tadinya hanya Rp 1,7 triliun menjadi Rp 3,2 triliun, mengapa harus diragukan?
Bahkan peningkatan PAD yang diupayakan Sutarmidji itu terjadi di tengah bangsa dan daerah ini sedang dilanda Covid-19, yang di mana selama kurang lebih 3 tahun APBD terpaksa difokuskan untuk “penyelamatan” dari covid.
Dari sini, Partai Golkar menurut dia, hadir untuk memastikan bahwa keberlanjutan niscaya harus dilakukan. Karena kalau dalam keadaan normal, tanpa covid, ia yakin PR Kalbar hari ini sudah tidak terlalu berat lagi.
“Ini tidak mudah, peningkatan PAD ada pengorbanan yang harus dilakukan bagi seorang pemimpin. Efisiensi belanja pegawai itu kita harus berhadapan dengan PNS-PNS, aparat birokrasi pasti banyak yang tidak suka, tetapi ini harus diambil oleh seorang pemimpin, karena pemimpin adalah pelayan masyarakat Kalbar,” katanya.
Adapun yang mirisnya hari ini, adalah berkembangnya narasi-narasi yang menyebutkan kalau masih banyak “masyarakat” yang tidak puas dengan kinerja Sutarmidji, dan bahkan seolah menafikan bagaimana kerasnya perjuangan mantan Wali Kota Pontianak dua periode itu melewati masa-masa pandemi, sembari harus membenahi infrastruktur, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan lainnya, termasuk meningkatkan PAD.
“Dengan PAD yang sudah bertambah itupun kita belum mampu memuaskan semua pihak. Ada yang bilang infrastruktur jelek? Iya. Maka dari itu, karena masih ada pembangunan infrastruktur yang belum terpenuhi, wajib kita lanjutkan,” jelas Maman.
“Saya ini suka ribut juga dengan beliau, karena saya orangnya suka “tepekek-pekek kaong” (teriak-teriak) juga. Kalau dalam konteks hubungan politik kita sering ada naik turun dengan beliau, tapi saya harus akui dalam konteks beliau sebagai Gubernur Kalbar, yang di mana ada kepentingan memberikan kontribusi pemerataan pembangunan kepada seluruh masyarakat Kalbar, saya harus menyatakan secara objektif, beliau harus kita akui, jempol,” tegasnya menambahkan.
Maksud Maman, semua pihak haruslah menilai kinerja Sutarmidji secara objektif. Jangan hanya gara-gara ikut berkontestasi dalam pilkada, lalu menafikan usaha-usaha yang selama ini dilakukan Sutarmidji.
Ia pun kembali mengesankan, bahwa perjalanan 5 tahun kemarin memang tidaklah mudah, karena ada kedaruratan yang harus ditangani bersama dan segera.
“Hari ini saya berkepentingan untuk memastikan ada keberlanjutan pemerintahan Provinsi Kalbar di era Pak Sutarmidji. Oleh karena itu saya minta kepada seluruh kader Golkar untuk siap memenangkan beliau,” tekannya.
Terakhir, Maman juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terjebak dengan mulut manis para politisi hari-hari ini, yang hanya baru menjanjikan sesuatu yang indah, tanpa menoleh sosok yang sudah benar-benar berbuat dan terbukti, yaitu Sutarmidji.
“Jadi kalau mengukur keberhasilan seseorang hanya dari satu bidang (saja) tidak fair (adil). Makanya saya bilang harus jeli-jeli melihat itu menjelang pilkada, pasti calon-calon kata-katanya manis semua, politisi pasti semua ngomongnya manis,” tandasnya. (Jau)
Comment