KalbarOnline, Kubu Raya – Rumah Adat Hakka atau disebut “Tulou” Kalimantan Barat diresmikan hari ini, Jumat (11/10/2024). Rumah budaya dengan arsitektur khas Tiongkok ini hanya ada dua di Indonesia, yakni di Jakarta dan di Kubu Raya.
Peresmian Rumah Hakka Kalbar berlangsung meriah dan dihadiri sejumlah tokoh, diantaranya Pj Gubernur Kalbar, Harisson, Kadisporapar Kalbar, Windy Prihastari, mantan Gubernur Kalbar, Cornelis, Oesman Sapta Odang, dan para pasangan calon pemilihan kepala daerah (pilkada).
Ketua panitia pembangunan Rumah Hakka, Muclis Supendi menjelaskan, bahwa sebelumnya, proses pembangunan Rumah Adat Hakka atau Tulou ini telah berlangsung sejak 7 tahun yang lalu dan ditandai dengan peletakan batu pertama pada 27 September 2017.
“Secara harfiah, bangunan Rumah Hakka ini diartikan sebagai rumah yang terbuat dari tanah dan batu, di mana di tengah-tengahnya adalah altar yang digunakan untuk penghormatan pada para leluhur,” ungkap Muclis.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat, Harisson mengatakan, sebagai salah satu suku terbesar di Kalimantan Barat, keberadaan Rumah Hakka tentu menjadi ikon sekaligus kebanggaan bagi masyarakat Kalbar khususnya warga Tionghoa.
Ia berharap, Rumah Adat Hakka ini menjadi simbol kerukunan dan toleransi di Kalbar yang miliki beragam etnis dan budaya.
“Saya berterima kasih kepada anggota Hakka yang telah membangun Rumah Hakka (Tulou) yang begitu megah ini,” ungkap Harisson usai meresmikan Rumah Adat Hakka (Tulou) Kalbar, di Jalan Hakka Kabupaten Kubu Raya.
“Saya harapkan, Rumah Adat Hakka atau Tulou ini akan menjadi sebuah simbol keberagaman, simbol kerukunan dan toleransi antar suku dan etnis, juga menjadi simbol kesatuan kita, untuk terus membangun Kalimantan Barat,” tambahnya.
Salah satu hal yang sangat menarik tentang Rumah Hakka Kalbar adalah penggunaan bahan bangunan asli, tanpa menggunakan plester, sehingga semua dinding bangunan terbuat dari batu bata asli. Ini sesuai dengan makna dari “Tulou” itu sendiri, yaitu bangunan bertingkat yang terbuat dari tanah. Batu bata yang digunakan berasal dari Kalimantan Barat, khususnya dari Kota Singkawang.
“Saya yakin ini akan menjadi salah satu destinasi wisata, baik wisatawan lokal, domestik dan mancanegara. Karena disini ada sejarah yang merupakan satu rumah yang sebenarnya kadang dihuni oleh 1000 warga di dalam nya,” ujar Harisson.
Selain itu, menurut Harisson, Rumah Hakka ini tidak hanya akan menjadi bangunan bersejarah yang indah, tetapi juga akan menjadi tempat penting untuk mendokumentasikan dan melestarikan budaya Tionghoa, khususnya budaya sub-suku Hakka, di Kalimantan Barat.
“Ini akan menjadi pusat pengetahuan dan edukasi bagi masyarakat setempat, serta menjadi daya tarik wisata yang mengundang wisatawan dari berbagai tempat serta menjadi simbol kesatuan kita untuk semua etnis dan semua suku di Kalimantan Barat bahu membahu membangun Kalbar yang kita cintai ini,” harapnya.
Rumah Adat Hakka yang diperuntukkan menjadi museum sekaligus pusat pengetahuan dan edukasi khusus budaya Tionghoa sub suku Hakka tersebut juga menjadi tempat berkumpul bagi Perhimpunan Hakka Indonesia wilayah Kalimantan Barat. (Lid)
Comment