KalbarOnline, Pontianak – Partisipasi pemilihan kepala daerah (pilkada) 2024 serentak di Kota Pontianak mengalami penurunan drastis ketimbang lima tahun yang lalu. Pada tahun 2019, partisipasi pemilih mencapai 82%, sementara tahun ini hanya berada pada angka 53 – 54%,
Menanggapi hal tersebut, Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar, Harisson memperkirakan, bahwa penyebab rendahnya partisipasi ini adalah minimnya jumlah kandidat yang secara langsung mampu menggerakkan masyarakat untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS).
“Kalau pemilu legislatif, ada lebih dari 10 ribu calon anggota dewan yang aktif turun langsung mengajak masyarakat ke TPS untuk memilih mereka. Ini yang menyebabkan partisipasi dalam pemilu legislatif bisa mencapai 82 persen. Tetapi, untuk pilkada, jumlah calonnya jauh lebih sedikit, sehingga daya dorongnya tidak sebesar pemilu legislatif,” ujar Harisson, Senin (03/12/2024).
Harisson menambahkan, bahwa pemerintah provinsi, KPU, Bawaslu, serta aparat TNI dan Polri telah melakukan berbagai upaya untuk mengajak masyarakat datang ke TPS. Namun, faktor keterbatasan jumlah kandidat tetap menjadi kendala utama dalam meningkatkan partisipasi.
“Sebenarnya pemerintah provinsi, kpu, bawaslu, TNI/Polri sudah mengkampanyekan untuk mereka datang ke tps. Tapi itu tadi mungkin ada faktor sedikit calon yang langsung mengajak mereka untuk ke TPS yang menyebabkan partisipasi pemilih dalam pilkada agak menurun,” ungkapnya.
Menurut data hasil rekapitulasi akhir dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pontianak, dari 501.822 surat suara yang diterima, hanya 262.182 yang digunakan. Ada 240.390 surat suara yang tidak digunakan pada pilkada serentak kali ini.
Hasil pilkada di Kota Pontianak, pasangan Edi Rusdi Kamtono dan Bahasan memperoleh suara terbanyak mengalahkan pasangan Mulyadi dan Herti.
Sedangkan di pemilihan gubernur, pasangan Ria Norsan-Krisantus Kurniawan sementara unggul dari pasangan Sutarmidji-Didi Haryono dan Muda Mahendrawan-Jakius Sinyor. (Lid)
Comment