Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : adminkalbaronline |
| Rabu, 23 Juli 2025 |
KALBARONLINE.com - Sekitar 50 bus pariwisata yang digunakan oleh para demonstran parkir di depan Gedung Sate, Kota Bandung, pada Senin (21/07/2025) siang.
Kedatangan massa yang tergabung dalam perhimpunan Solidaritas Pekerja Pariwisata Jawa Barat itu guna menuntut Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, segera mencabut kebijakannya terkait larangan study tour sekolah.
Aksi ini merupakan puncak kekesalan para pegiat pariwisata, setelah beberapa kali sebelumnya keluhan dan aspirasi mereka tidak dipedulikan oleh Gubernur Dedi Mulyadi. Para demonstran menilai aneh kebijakan larangan study tour ini, terlebih dengan tanpa memberikan solusi apa-apa.
Seperti diketahui, bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara resmi telah melarang kegiatan study tour atau karya wisata bagi siswa sekolah melalui Surat Edaran (SE) Penjabat Gubernur Jabar Nomor 64 Tahun 2024.
Buntut dari kebijakan itu, Dedi Mulyadi bahkan telah mencopot seorang kepala sekolah SMK di Depok yang tetap melaksanakan karya wisata usai ia resmi menjabat gubernur.
Dedi menyebut, larangan tersebut bertujuan mencegah beban biaya yang berlebihan pada orang tua siswa. Namun kebijakan ini tetap mendapatkan penolakan keras dari penggiat pariwisata.
Koordinator aksi, Herdi Sudardja menyebutkan, kalau larangan itu membuat pendapatan perusahaan wisata anjlok hingga 60 persen.
"Dari Rp 80 juta per bulan (turun) menjadi sekitar Rp 30 juta atau sekitar 60 persen. Dengan angka itu, pengusaha tidak bisa untuk membayar cicilan pihak leasing, pihak perbankan," jelas Herdi di sela-sela aksi, sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia.
Tak hanya pengusaha wisata, menurut Herdi, UMKM dan pelaku usaha lainnya yang terkait dengan sektor pariwisata juga terkena imbas. Ia mengungkapkan, bahwa pihaknya telah mencoba meminta audiensi dengan pemerintah, namun tidak mendapat respons.
"Pelarangan ini, kebijakan ini, dikeluarkan tanpa ada solusi penyelamat, baik bagi para pengusahanya maupun juga para pekerjanya," kata dia.
Herdi bahkan membandingkan situasi ini dengan masa pandemi Covid-19, yang menurutnya masih lebih bisa ditoleransi. Ia menyebut, kalau kondisi saat ini, terdapat beberapa perusahaan bus yang mulai merumahkan para pekerjanya.
"Pengusaha saya beberapa kali minta tolong jangan ada PHK dulu untuk sektor yang tiga elemen (perusahaan bis, UMKM, pekerja). Tapi yang layoff atau dirumahkan itu dimulai. Itu karena tidak ada pesanan," katanya. (**)
KALBARONLINE.com - Sekitar 50 bus pariwisata yang digunakan oleh para demonstran parkir di depan Gedung Sate, Kota Bandung, pada Senin (21/07/2025) siang.
Kedatangan massa yang tergabung dalam perhimpunan Solidaritas Pekerja Pariwisata Jawa Barat itu guna menuntut Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, segera mencabut kebijakannya terkait larangan study tour sekolah.
Aksi ini merupakan puncak kekesalan para pegiat pariwisata, setelah beberapa kali sebelumnya keluhan dan aspirasi mereka tidak dipedulikan oleh Gubernur Dedi Mulyadi. Para demonstran menilai aneh kebijakan larangan study tour ini, terlebih dengan tanpa memberikan solusi apa-apa.
Seperti diketahui, bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara resmi telah melarang kegiatan study tour atau karya wisata bagi siswa sekolah melalui Surat Edaran (SE) Penjabat Gubernur Jabar Nomor 64 Tahun 2024.
Buntut dari kebijakan itu, Dedi Mulyadi bahkan telah mencopot seorang kepala sekolah SMK di Depok yang tetap melaksanakan karya wisata usai ia resmi menjabat gubernur.
Dedi menyebut, larangan tersebut bertujuan mencegah beban biaya yang berlebihan pada orang tua siswa. Namun kebijakan ini tetap mendapatkan penolakan keras dari penggiat pariwisata.
Koordinator aksi, Herdi Sudardja menyebutkan, kalau larangan itu membuat pendapatan perusahaan wisata anjlok hingga 60 persen.
"Dari Rp 80 juta per bulan (turun) menjadi sekitar Rp 30 juta atau sekitar 60 persen. Dengan angka itu, pengusaha tidak bisa untuk membayar cicilan pihak leasing, pihak perbankan," jelas Herdi di sela-sela aksi, sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia.
Tak hanya pengusaha wisata, menurut Herdi, UMKM dan pelaku usaha lainnya yang terkait dengan sektor pariwisata juga terkena imbas. Ia mengungkapkan, bahwa pihaknya telah mencoba meminta audiensi dengan pemerintah, namun tidak mendapat respons.
"Pelarangan ini, kebijakan ini, dikeluarkan tanpa ada solusi penyelamat, baik bagi para pengusahanya maupun juga para pekerjanya," kata dia.
Herdi bahkan membandingkan situasi ini dengan masa pandemi Covid-19, yang menurutnya masih lebih bisa ditoleransi. Ia menyebut, kalau kondisi saat ini, terdapat beberapa perusahaan bus yang mulai merumahkan para pekerjanya.
"Pengusaha saya beberapa kali minta tolong jangan ada PHK dulu untuk sektor yang tiga elemen (perusahaan bis, UMKM, pekerja). Tapi yang layoff atau dirumahkan itu dimulai. Itu karena tidak ada pesanan," katanya. (**)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini