Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : adminkalbaronline |
| Kamis, 30 Oktober 2025 |
KALBARONLINE.com – Ombak kecil sore itu di Pantai Tanjung Api, Paloh, menjadi saksi kembalinya ribuan tukik ke habitat aslinya. Satu per satu, anak penyu mungil itu merayap menuju laut, meninggalkan jejak kecil di pasir yang segera hilang disapu ombak.
Pemandangan ini bukan sekadar seremoni. Bagi Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kambau Borneo pelepasan tukik adalah simbol perjuangan panjang mereka menjaga populasi penyu yang kian langka.
Tahun ini, mereka menandai tonggak baru, 20.000 ekor tukik dilepasliarkan selama empat pekan berturut-turut.
“Ini kami sebut Bulan Pelepasan Tukik Terbanyak. Setiap minggu, sekitar 5.000 tukik kami kembalikan ke laut,” ujar Jefriden, Ketua Pokmaswas Kambau Borneo yang akrab disapa Long Ejep, Minggu (26/10/2025).
Kegiatan pelepasan dilakukan bersama SMK Kesehatan dan Yayasan Sealife Indonesia dimulai sejak akhir Oktober hingga pertengahan November. Puncaknya, kata Ejep, akan ditutup dengan pesta rakyat di Tanjung Api.
Pelepasliaran ini bukan hal baru bagi warga Paloh. Selama lebih dari 12 tahun Pokmaswas Kambau Borneo konsisten melakukan relokasi sarang dan penetasan semi-alami penyu di sepanjang pesisir.
Hasilnya mulai terasa. Musim peneluran Juli–September 2025 mencatat lonjakan signifikan: 1.157 ekor penyu mendarat di pesisir Paloh, dan 670 di antaranya bertelur. Dalam tiga bulan itu saja, lebih dari 67.000 telur diinkubasi hanya di bentang pantai empat kilometer dari total 63 kilometer kawasan peneluran.
“Dari 670 penyu yang bertelur, sekitar 34.000 butir telur berhasil kami relokasi. Sebagian besar sudah menetas menjadi tukik yang sekarang kami lepas,” terang Ejep.
Relokasi dilakukan untuk menghindari ancaman predator dan perburuan telur, sekaligus memudahkan pendataan dan wisata edukasi konservasi di kawasan tersebut.
Tak hanya menjaga, warga Paloh juga berinovasi. Pokdarwis Tanjung Api kelompok sadar wisata setempat, mengubah kawasan konservasi menjadi wisata berbasis edukasi sejak 2022.
“Tujuannya sederhana, supaya masyarakat bisa ikut terlibat dan sadar pentingnya menjaga penyu,” kata Muraizi, Ketua Pokdarwis Tanjung Api.
Tak ada tiket masuk. Pengunjung yang ingin melihat atau ikut melepas tukik cukup memberikan donasi sukarela byang digunakan untuk biaya pakan, perawatan, dan operasional penjaga pantai.
“Bukan retribusi, tapi donasi. Supaya masyarakat tahu bahwa kegiatan sosial seperti ini juga perlu biaya,” tambahnya.
Namun, dukungan pemerintah dinilai masih minim. Bantuan kini lebih banyak bersifat administratif, tanpa dukungan dana langsung. Karena itu, Pokdarwis dan Pokmaswas aktif menjalin kerja sama dengan berbagai pihak agar kegiatan tetap berjalan.
“Pelestarian bukan cuma soal penyu, tapi juga soal kesejahteraan orang yang menjaganya. Kalau mereka lelah dan berhenti, siapa lagi yang peduli?” tegas Muraizi.
Menurut Dwi dari Yayasan Sealife Indonesia, pelepasan 20.000 tukik ini bukan sekadar simbol, tapi juga rekor baru dalam sejarah konservasi penyu di Indonesia. Angka ini bahkan melampaui rekor MURI 2022 yang mencatat pelepasan 15.000 tukik di Bali.
“Ini pencapaian besar dari gerakan sosial masyarakat lokal Paloh,” kata Dwi.
Ia menambahkan, pelepasan tukik sebaiknya menyesuaikan waktu penetasan. Menahan tukik terlalu lama justru berisiko pada keselamatannya karena cadangan makanan alami di tubuhnya menipis.
“Kalau ditunda lebih dari seminggu, banyak yang tidak akan bertahan hidup di laut,” jelasnya. (Lid)
KALBARONLINE.com – Ombak kecil sore itu di Pantai Tanjung Api, Paloh, menjadi saksi kembalinya ribuan tukik ke habitat aslinya. Satu per satu, anak penyu mungil itu merayap menuju laut, meninggalkan jejak kecil di pasir yang segera hilang disapu ombak.
Pemandangan ini bukan sekadar seremoni. Bagi Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kambau Borneo pelepasan tukik adalah simbol perjuangan panjang mereka menjaga populasi penyu yang kian langka.
Tahun ini, mereka menandai tonggak baru, 20.000 ekor tukik dilepasliarkan selama empat pekan berturut-turut.
“Ini kami sebut Bulan Pelepasan Tukik Terbanyak. Setiap minggu, sekitar 5.000 tukik kami kembalikan ke laut,” ujar Jefriden, Ketua Pokmaswas Kambau Borneo yang akrab disapa Long Ejep, Minggu (26/10/2025).
Kegiatan pelepasan dilakukan bersama SMK Kesehatan dan Yayasan Sealife Indonesia dimulai sejak akhir Oktober hingga pertengahan November. Puncaknya, kata Ejep, akan ditutup dengan pesta rakyat di Tanjung Api.
Pelepasliaran ini bukan hal baru bagi warga Paloh. Selama lebih dari 12 tahun Pokmaswas Kambau Borneo konsisten melakukan relokasi sarang dan penetasan semi-alami penyu di sepanjang pesisir.
Hasilnya mulai terasa. Musim peneluran Juli–September 2025 mencatat lonjakan signifikan: 1.157 ekor penyu mendarat di pesisir Paloh, dan 670 di antaranya bertelur. Dalam tiga bulan itu saja, lebih dari 67.000 telur diinkubasi hanya di bentang pantai empat kilometer dari total 63 kilometer kawasan peneluran.
“Dari 670 penyu yang bertelur, sekitar 34.000 butir telur berhasil kami relokasi. Sebagian besar sudah menetas menjadi tukik yang sekarang kami lepas,” terang Ejep.
Relokasi dilakukan untuk menghindari ancaman predator dan perburuan telur, sekaligus memudahkan pendataan dan wisata edukasi konservasi di kawasan tersebut.
Tak hanya menjaga, warga Paloh juga berinovasi. Pokdarwis Tanjung Api kelompok sadar wisata setempat, mengubah kawasan konservasi menjadi wisata berbasis edukasi sejak 2022.
“Tujuannya sederhana, supaya masyarakat bisa ikut terlibat dan sadar pentingnya menjaga penyu,” kata Muraizi, Ketua Pokdarwis Tanjung Api.
Tak ada tiket masuk. Pengunjung yang ingin melihat atau ikut melepas tukik cukup memberikan donasi sukarela byang digunakan untuk biaya pakan, perawatan, dan operasional penjaga pantai.
“Bukan retribusi, tapi donasi. Supaya masyarakat tahu bahwa kegiatan sosial seperti ini juga perlu biaya,” tambahnya.
Namun, dukungan pemerintah dinilai masih minim. Bantuan kini lebih banyak bersifat administratif, tanpa dukungan dana langsung. Karena itu, Pokdarwis dan Pokmaswas aktif menjalin kerja sama dengan berbagai pihak agar kegiatan tetap berjalan.
“Pelestarian bukan cuma soal penyu, tapi juga soal kesejahteraan orang yang menjaganya. Kalau mereka lelah dan berhenti, siapa lagi yang peduli?” tegas Muraizi.
Menurut Dwi dari Yayasan Sealife Indonesia, pelepasan 20.000 tukik ini bukan sekadar simbol, tapi juga rekor baru dalam sejarah konservasi penyu di Indonesia. Angka ini bahkan melampaui rekor MURI 2022 yang mencatat pelepasan 15.000 tukik di Bali.
“Ini pencapaian besar dari gerakan sosial masyarakat lokal Paloh,” kata Dwi.
Ia menambahkan, pelepasan tukik sebaiknya menyesuaikan waktu penetasan. Menahan tukik terlalu lama justru berisiko pada keselamatannya karena cadangan makanan alami di tubuhnya menipis.
“Kalau ditunda lebih dari seminggu, banyak yang tidak akan bertahan hidup di laut,” jelasnya. (Lid)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini