Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Rabu, 06 September 2017 |
Sutarmidji populer karna prestasi, Karolin populer karna anak petahana
KalbarOnline, Pontianak – Direktur Pusat Kajian Politik, Fisip, Universitas Indonesia, Aditya Perdana mengatakan bahwa beberapa tahun terakhir berkembang tren semakin sedikitnya kandidat dalam kontestasi pemilu mulai dari Pilpres, Pilgub, Pilwako, maupun Pilbup.
Menurutnya, Partai Politik (Parpol) saat ini sudah mulai berpikir dengan sangat pragmatis. Sehingga memang sudah lazim terjadi koalisi antar partai untuk mengusung kandidat yang dirasakan mempunyai kemungkinan kuat untuk menang.
“Sekarang partai politik menganggap bahwa mereka tidak mau buang-buang uang sekarang. Mereka tidak mau gambling untuk calon sebanyak-banyaknya. Sehingga mereka mau berkoalisi dengan partai yang potensi kemenangan sangat tinggi,” ujarnya seperti dilansir dari Pontianak.tribunnews.com.
Oleh sebab itu, pertimbangan koalisi yang dilakukan oleh partai politik membuat hanya muncul tiga hingga dua kandidat saja. Begitu pula yang terjadi belum lama ini di Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat yang hanya ada satu kandidat.
“Seperti Karolin yang belum lama ini terpilih menjadi Bupati Landak dan saat pemilu ia calon tunggal. Ini adalah kondisi yang real saat ini, hari ini. Bisa saja Pilgub Kalbar yang tahun 2007, tahun 2012 ada empat calon, di tahun 2018 nanti hanya ada dua sampai tiga calon,” terangnya.
Mengenai nama Wali Kota Pontianak, Sutarmidji dan Bupati Kabupaten Landak Karolin Magret Natasha yang menjadi kandidat terkuat dari hasil survey yang dilakukan oleh Cirus Surveyors Group, ia tidak dapat menjawab lugas bahwa hanya kedua nama tersebut yang bakal maju.
“Bisa juga begitu tapi kita belum tahu juga. Kalau kita lihat dua calon ini kan ada dua aspek. Pertama Bu Karolin keluarga dari Gubernur petahana kita bisa sebutkan itu dinasti politik. Kemudian lawannya kemungkinan Wali Kota yang pernah menjabat di Kalimantan Barat dan saat ini yang terkuat adalah Walikota Pontianak Sutarmidji,” tandasnya. (Fai)
Sutarmidji populer karna prestasi, Karolin populer karna anak petahana
KalbarOnline, Pontianak – Direktur Pusat Kajian Politik, Fisip, Universitas Indonesia, Aditya Perdana mengatakan bahwa beberapa tahun terakhir berkembang tren semakin sedikitnya kandidat dalam kontestasi pemilu mulai dari Pilpres, Pilgub, Pilwako, maupun Pilbup.
Menurutnya, Partai Politik (Parpol) saat ini sudah mulai berpikir dengan sangat pragmatis. Sehingga memang sudah lazim terjadi koalisi antar partai untuk mengusung kandidat yang dirasakan mempunyai kemungkinan kuat untuk menang.
“Sekarang partai politik menganggap bahwa mereka tidak mau buang-buang uang sekarang. Mereka tidak mau gambling untuk calon sebanyak-banyaknya. Sehingga mereka mau berkoalisi dengan partai yang potensi kemenangan sangat tinggi,” ujarnya seperti dilansir dari Pontianak.tribunnews.com.
Oleh sebab itu, pertimbangan koalisi yang dilakukan oleh partai politik membuat hanya muncul tiga hingga dua kandidat saja. Begitu pula yang terjadi belum lama ini di Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat yang hanya ada satu kandidat.
“Seperti Karolin yang belum lama ini terpilih menjadi Bupati Landak dan saat pemilu ia calon tunggal. Ini adalah kondisi yang real saat ini, hari ini. Bisa saja Pilgub Kalbar yang tahun 2007, tahun 2012 ada empat calon, di tahun 2018 nanti hanya ada dua sampai tiga calon,” terangnya.
Mengenai nama Wali Kota Pontianak, Sutarmidji dan Bupati Kabupaten Landak Karolin Magret Natasha yang menjadi kandidat terkuat dari hasil survey yang dilakukan oleh Cirus Surveyors Group, ia tidak dapat menjawab lugas bahwa hanya kedua nama tersebut yang bakal maju.
“Bisa juga begitu tapi kita belum tahu juga. Kalau kita lihat dua calon ini kan ada dua aspek. Pertama Bu Karolin keluarga dari Gubernur petahana kita bisa sebutkan itu dinasti politik. Kemudian lawannya kemungkinan Wali Kota yang pernah menjabat di Kalimantan Barat dan saat ini yang terkuat adalah Walikota Pontianak Sutarmidji,” tandasnya. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini