KalbarOnline, Pontianak – Jelang Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat, Vox Populi Survey (VPS) kembali menggelar survei untuk menyambut pesta demokrasi yang akan berlangsung tahun 2018 mendatang.
Dalam survey kali ini, secara garis besar didapati bahwa masyarakat Kalimantan Barat enggan melanjutkan keberadaan politik dinasti. Diketahui saat ini Gubernur Kalbar Cornelis akan segera habis masa jabatannya karena sudah memimpin selama dua periode. Tampuk kekuasaan besar kemungkinan akan dilimpahkan ke putrinya Karolin Margareth.
Dalam surveynya kali ini, pengambilan sample dilakukan dengan mengunakan Metode Multistage Random Sampling dengan Tingkat Kepercayaan 95 dan Margin of error kurang lebih 2,2 persen. Direktur Eksekutive Vox Populi Survei (VPS), Ahmad Fikri mengatakan bahwa survei yang bertema ‘Mencari Sosok Gubernur Kalimantan Barat Untuk Menerima Tongkat Estafet Cornelis’ ini berlangsung dari tanggal 17 September sd 29 September 2017 di 14 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat dengan melibatkan 2077 Responden yang tersebar secara proposional sesuai jumlah DPT Pilpres 2014 di setiap Kabupaten/Kota.
Dari hasil Survei tersebut menghasilkan beberapa temuan di masyarakat terkait Pilgub Kalimantan Barat yakni sebanyak 63,7 persen responden menyatakan kondisi perekonomian Kalimantan Barat semakin buruk, sedangkan untuk kondisi ekonomi keluarga selama lima tahun terakhir juga dinilai semakin buruk oleh 65,6 responden.
Selain itu, sebanyak 59,4 persen responden mengungkapkan bahwa aspek lapangan kerja yang minim perlu diprioritaskan untuk dibenahi di Kalimantan Barat.
“Masyarakat Kalimantan Barat tampaknya tidak merasakan perkembangan yang signifikan dalam aspek perekonomian di Kalimantan Barat sebagian besar responden malah menyatakan kondisinya lebih buruk selama lima tahun terakhir,” kata Direktur Eksekutive Vox Populi Survei (VPS), Ahmad Fikri dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (7/10/2017) seperti dilansir dari Wartaekonomi.
Lebih lanjut, Ia mengatakan pernyataan masyarakat tentang kondisi pemerintahan Cornelis diperiode kedua semakin jelas pada poin persepsi masyarakat Kalimantan Barat terhadap Gubernur dari aspek kebijakan publik.
Dari total keseluruhan responden, 58,7 persen diantaranya menyatakan pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat lebih buruk dari periode pertama kepeminpinan Cornelis dan 56,3 persen responden mengaku tidak puas dengan pemerintahan yang dipimpin selama dua periode oleh Cornelis yang juga berencana mengusung putrinya Karolin Margareth yang saat ini menjabat sebagai Bupati Kabupaten Landak yang dulu juga dipimpin oleh Cornelis ketika menjadi Bupati.
Selain itu hasil Survei juga menujukan bahwa hanya 65,7 persen masyarakat Kalimantan Barat yang mengetahui akan adanya Pemilihan Gubernur pada tahun 2018. Dari tokoh tokoh yang diuji dalam Survei tersebut tingkat popularitas Karolin Margareth mencapai 76,4 Persen, mengungguli tokoh potensial Milton Crosby yang merupakan mantan Bupati Sintang dua periode yang mencapai 75,8 Persen.
Pasalnya naiknya popularitas Karolin sangat tidak terlepas dari dua kali menjadi Anggota DPR RI serta hebohnya skandal video porno mirip putri Gubernur Kalimantan Barat tersebut. Sementara itu Wali Kota Singkawang dua periode, Awang Ishak 72,1 persen, Wali Kota Pontianak dua periode, Sutarmidji 71,8 Persen, Lasarus Anggota DPR dari PDIP 70,4 persen, Bupati Mempawah dua periode, Ria Norsan 64,3 persen, Bupati Kayong Utara, Hildi Hamid 61,2 persen, Bupati Bengkayang, Suryadman Gidot 60,7 persen.
Sementara itu terkait dengan survei tingkat penerimaan masyarakat atas semua calon yang ada, Milton Crosby dianggap tokoh yang paling diterima semua kalangan masyarakat Kalbar dengan tingkat penerimaan sebanyak 74,7 persen, selanjutnya diposisi kedua ada nama Lasarus dengan 70,6 persen.
Kemudian Awang Ishak 68,2 persen, Sutarmidji 61,9 persen, Ria Norsan 59,2 persen, Adrianus Sidot 56,3 persen, Karolin 54,2 persen, Hildi Hamid 53,7 persen, dan terakhir Suryadman Gidot 50,1 persen.
Selain itu untuk uji kemampuan para tokoh dalam memimpin Kalbar menurut masyarakat Kalbar, kinerja Milton Crosby sebagai bupati Sintang dua periode dianggap sangat memuaskan dan mendapatkan kepercayaan 89,6 persen responden.
Lasarus yang menjadi anggota DPR mendapat 76,9 persen. selanjutnya Awang Ishak 68,2 persen, Sutarmidji 65,4 persen, Ria Norsan 56,2 persen, Adrianus Sidot 54,7 persen, Hildi Hamid 52,3 persen, Karolin 50,9 persen, dan terakhir Suryadman Gidot 47,6 persen responden.
Saat diajukan pertanyaan terbuka jika Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat diadakan hari ini, siapakah yang anda pilih. Milton Crosby mendapatkan 29,7 persen suara responden. Diurutan kedua ada Sutarmidji 20,2 persen, Lasarus 11,9 persen, Ria Norsan 9,3 persen, Hildi Hamid 8,4 persen, Karolin 5,3 persen, Awang Ishak 2,9 persen, Adrianus Asia Sidot 2,7 persen Suryadman Gidot 2,3 persen. Sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 7,3 persen.
“Sedangkan dalam pertanyaan tertutup dalam kuisioner jika Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat Diadakan hari ini, siapakah yang anda pilih. Milton Crosby tetap berada pada urutan pertama dengan 31,2 persen suara responden. Diurutan kedua ada Sutarmidji 17,3 persen, Lasarus 12,4 persen, Ria Norsan 10,2 persen, Hildi Hamid 9,7 persen, Karolin Margareth 4,1 persen, Awang Ishak 3,2 persen, Adrianus Asia Sidot 3,1 persen, Suryadman Gidot 2,9 persen. Sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 5,9 persen,” tandasnya.
Dari hasil survei tersebut disimpulkan hanya Lasarus yang bukan kepala daerah dan mantan Kepala Daerah diantara para tokoh, Lasarus bisa menjadi kuda hitam yang dicalonkan oleh PDIP dibandingkan Karolin.
Sementara hasil membuktikan bahwa tingkat popularitas tokoh yang tinggi tidak berarti memiliki elektabilitas tinggi (akan dipilih dalam Pilkada) karena tingkat kepercayaan publik (akseptabilitas) terhadap tokoh tersebut yang menjadi ukuran masyarakat dalam Kepala Daerah, jika popularitas dan akseptabilitasnya tinggi, maka dipastikan nilai elektabilitasnya juga akan tinggi.
“Terkait Karolin Margareth walau sangat populer di masyarakat Kalimantan Barat namun masyarakat kurang menerima dan meragukan kemampuannya sebagai Gubernur, dan masyarakat menilai bahwa hal tersebut merupakan politik dinasti yang sedang dicoba oleh Cornelis dengan memaksakan putrinya untuk maju akan dilakukan seperti pola pola di pilkada di Kab Landak untuk menaruh Karolin sebagai Bupati Landak dengan memborong semua partai ketika Pilkada Landak,” tukasnya. (Fai)
Comment