Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 01 Oktober 2018 |
KalbarOnline, Ketapang
– Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang kembali melepasliarkan
satu individu orangutan (Pongo pygmaeus) dan tiga individu kukang (Nycticebus
menangesis) di hutan Lindung Gunung Tarak, Kabupaten Ketapang, Rabu (27/9/2018).
Kegiatan pelepasan Orangutan betina yang bernama Bunga
tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Kalimantan Barat dan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat.
Orangutan yang diselamatkan tahun 2009 lalu dari kasus
pemeliharaan tersebut saat itu masih berumur satu tahun yang kemudian menjalani
rehabilitasi di Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orangutan YIARI di Desa
Sungai Awan Kiri, Kabupaten Ketapang.
Direktur Program YIARI Ketapang, Karmele L Sanchez
mengungkapkan bahwa Bunga merupakan salah satu dari orangutan pertama yang mereka
selamatkan pada tahun 2009.
Setelah delapan tahun menjalani proses rehabilitasi, Bunga
mendapat kesempatan lagi untuk pulang ke habitat aslinya.
“Meskipun demikian, bukan berarti perjalanan Bunga menuju
kebebasan sejati sudah selesai. Tim kami akan memonitor Bunga dan menenami dia
melawati tahun pertamanya di alam bebas untuk memastikan dia bisa beradaptasi
dengan lingkungan barunya,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam masa rehabilitasi
orangutan diajarkan kemampuan dasar bertahan hidup di alam seperti memanjat,
mencari makan dan membuat sarang. Proses rehabilitasi ini dilakukan untuk mengembalikan
sifat alami orangutan.
“Proses rehabilitasi ini bisa memakan waktu dan biaya yang
tidak sedikit. Saat ini YIARI Ketapang menampung lebih dari 100 individu
orangutan untuk direhabilitasi. Proses rehabilitasi dapat mencapai 7-8 tahun
tergantung kemampuan masing-masing individu,” jelasnya.
“Sebelum dilepasliarkan, kandidat orangutan yang akan
dilepasliarkan wajib menjalani pengambilan data perilaku terlebih dulu. Mereka
ditempatkan di area khusus di mana animal
keeper mencatat dan mengambil data perilaku masing-masing individu
orangutan. Hal ini dilakukan untuk memastikan orangutan yang akan
dilepasliarkan memenuhi syarat dan mampu untuk hidup di habitat aslinya,”
timpalnya.
Sedangkan untuk tiga ekor kukang yang juga ikut dilepaskan
terdiri dari satu ekor kukang jantan bernama Acong dan dua kukang bertina
bernama Yuyun dan Yulia ketiganya merupakan kukang peliharaan warga, Acong dan
Yuyun berasal dari Pontianak, sedangkan Yulia berasal dari Sambas. Meski
dilepaskan di areal habituasi di dalam kawasan HL Gunung Tarak tim monitoring
akan tetap memantau perkembangannya.
“Kegiatan monitoring ini dilakukan untuk memastikan kondisi
mereka di alam bebas. Tim juga akan memastikan mereka mampu bertahan hidup di
alam dan akan melibatkan tim medis bila kondisi satwa di sana dirasa kurang
bagus,” terangnya.
Sementara itu, Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor mengatakan
kalau pelepasliaran satwa kembali ke habitatnya untuk kesekian kalinya ini
layak disyukuri dan diapresiasi. Meskipun demikian menurutnya kerja konservasi
belum selesai karena masih banyak yang akan dilakukan.
“Kerja konservasi akan terus dilakukan hingga saatnya nanti
tidak perlu lagi ada pelepasliaran satwa ke habitatnya karena semua satwa sudah
ada di tempat yang semestinya dan hidup sebagaimana mestinya mereka hidup,”
tandasnya. (Adi LC)
KalbarOnline, Ketapang
– Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang kembali melepasliarkan
satu individu orangutan (Pongo pygmaeus) dan tiga individu kukang (Nycticebus
menangesis) di hutan Lindung Gunung Tarak, Kabupaten Ketapang, Rabu (27/9/2018).
Kegiatan pelepasan Orangutan betina yang bernama Bunga
tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Kalimantan Barat dan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat.
Orangutan yang diselamatkan tahun 2009 lalu dari kasus
pemeliharaan tersebut saat itu masih berumur satu tahun yang kemudian menjalani
rehabilitasi di Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orangutan YIARI di Desa
Sungai Awan Kiri, Kabupaten Ketapang.
Direktur Program YIARI Ketapang, Karmele L Sanchez
mengungkapkan bahwa Bunga merupakan salah satu dari orangutan pertama yang mereka
selamatkan pada tahun 2009.
Setelah delapan tahun menjalani proses rehabilitasi, Bunga
mendapat kesempatan lagi untuk pulang ke habitat aslinya.
“Meskipun demikian, bukan berarti perjalanan Bunga menuju
kebebasan sejati sudah selesai. Tim kami akan memonitor Bunga dan menenami dia
melawati tahun pertamanya di alam bebas untuk memastikan dia bisa beradaptasi
dengan lingkungan barunya,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam masa rehabilitasi
orangutan diajarkan kemampuan dasar bertahan hidup di alam seperti memanjat,
mencari makan dan membuat sarang. Proses rehabilitasi ini dilakukan untuk mengembalikan
sifat alami orangutan.
“Proses rehabilitasi ini bisa memakan waktu dan biaya yang
tidak sedikit. Saat ini YIARI Ketapang menampung lebih dari 100 individu
orangutan untuk direhabilitasi. Proses rehabilitasi dapat mencapai 7-8 tahun
tergantung kemampuan masing-masing individu,” jelasnya.
“Sebelum dilepasliarkan, kandidat orangutan yang akan
dilepasliarkan wajib menjalani pengambilan data perilaku terlebih dulu. Mereka
ditempatkan di area khusus di mana animal
keeper mencatat dan mengambil data perilaku masing-masing individu
orangutan. Hal ini dilakukan untuk memastikan orangutan yang akan
dilepasliarkan memenuhi syarat dan mampu untuk hidup di habitat aslinya,”
timpalnya.
Sedangkan untuk tiga ekor kukang yang juga ikut dilepaskan
terdiri dari satu ekor kukang jantan bernama Acong dan dua kukang bertina
bernama Yuyun dan Yulia ketiganya merupakan kukang peliharaan warga, Acong dan
Yuyun berasal dari Pontianak, sedangkan Yulia berasal dari Sambas. Meski
dilepaskan di areal habituasi di dalam kawasan HL Gunung Tarak tim monitoring
akan tetap memantau perkembangannya.
“Kegiatan monitoring ini dilakukan untuk memastikan kondisi
mereka di alam bebas. Tim juga akan memastikan mereka mampu bertahan hidup di
alam dan akan melibatkan tim medis bila kondisi satwa di sana dirasa kurang
bagus,” terangnya.
Sementara itu, Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor mengatakan
kalau pelepasliaran satwa kembali ke habitatnya untuk kesekian kalinya ini
layak disyukuri dan diapresiasi. Meskipun demikian menurutnya kerja konservasi
belum selesai karena masih banyak yang akan dilakukan.
“Kerja konservasi akan terus dilakukan hingga saatnya nanti
tidak perlu lagi ada pelepasliaran satwa ke habitatnya karena semua satwa sudah
ada di tempat yang semestinya dan hidup sebagaimana mestinya mereka hidup,”
tandasnya. (Adi LC)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini