Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Minggu, 14 Oktober 2018 |
Berikan dukungan
jangka panjang 25 tahun untuk kehutanan rakyat di Jantung Kalimantan
KalbarOnline,
Nasional – Lestari Capital mengumumkan peluncuran sebuah mekanisme
pembiayaan baru untuk mendorong konservasi jangka panjang melalui pasar
komoditas global, dengan Cargill sebagai klien pertamanya. Terobosan ini
diumumkan pada Forum Tri Hita Karana untuk Pembangunan Berkelanjutan, Bali (11/10/2018).
Model dampak Lestari Capital ini menjawab kebutuhan
pembiayaan konservasi jangka panjang melalui kolaborasi dengan sektor keuangan,
komoditas, dan ekonomi iklim. Sustainable Commodities Conservation Mechanism
(SCCM) menjadi inti dari kemitraan ini, yang membiayai proyek-proyek selama
periode waktu 25 tahun.
SCCM memberikan pengawasan fidusia independen yang memastikan
pembayaran atas dasar hasil nyata di lapangan, sehingga menjamin manfaat bagi
masyarakat lokal dan terhadap iklim global serta keanekaragaman hayati.
Lestari Capital menyediakan suatu kendaraan pembiayaan
proyek yang aman dan transparan untuk perusahaan-perusahaan komoditas agar
dapat memenuhi berbagai kewajiban komitmen keberlanjutan, serta standar seperti
sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Perusahaan ini juga mengembangkan sumber-sumber pembiayaan
konservasi dari berbagai sektor lain yang terus berubah dalam menghadapi
tekanan konsumen dan industri, termasuk sektor energi, transportasi, dan
teknologi.
“Kami mendirikan perusahaan ini untuk mengatasi dua aspek
kegagalan pasar. Pertama, tidak cukup banyak permintaan terhadap proyek
konservasi berkualitas tinggi dan kedua, pasar komoditas global belum cukup
menjaga sumber daya alam yang ada,” kata Gabriel Eickhoff, CEO Lestari Capital.
“Kami berupaya mengatasi mata rantai yang terputus ini
dengan menghubungkan permintaan perusahaan akan hasil konservasi yang tahan
lama, dengan proyek-proyek yang memerlukan modal operasional jangka panjang di
lapangan,” tambahnya.
Transaksi awal Cargill melalui SCCM akan membiayai operasi
konservasi 25 tahun untuk sebuah proyek kehutanan masyarakat di jantung
Kalimantan, yang akan mendukung anggota masyarakat untuk melindungi hutan dan
berinvestasi ke dalam pencaharian baru seperti ekowisata dan produk hasil
hutan.
“Kami bermitra dengan Lestari Capital untuk merancang suatu
mekanisme yang dapat memenuhi kebutuhan kami sebagai anggota RSPO, sehingga
dapat menjamin bahwa komitmen pembiayaan kami untuk konservasi keanekaragaman
hayati dan restorasi lanskap dikelola secara bertanggung jawab dan dapat
bertahan lama,” kata Colin Lee, Direktur Corporate Affairs Cargill Tropical
Palm Holdings Pte Ltd.
“Kami merasa terhormat dapat membantu masyarakat Desa Nanga
Lauk melindungi keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem yang vital bagi
pencaharian mereka. Saya berharap komitmen kami dapat mendorong perusahaan-perusahaan
lain untuk menjadikan konservasi dan restorasi sebagai bagian dari operasi
harian mereka,” tambahnya.
Dari waktu ke waktu, perlindungan dan restorasi hutan
-bersama dengan penggunaan lahan berkelanjutan dan penghormatan terhadap hak
masyarakat adat- semakin dianggap sebagai solusi iklim yang alami. Jika
dikombinasikan, keduanya berpotensi untuk mencapai penyimpanan karbon sebesar
30 persen yang dibutuhkan pada tahun 2030 untuk memenuhi target Perjanjian
Iklim Paris (Paris Agreement).
“Saat ini, kita kehilangan hutan dengan luas setara dengan
48 lapangan sepak bola per menit. Kita butuh pendekatan baru untuk pembiayaan
konservasi,” jelas Glenn Hurowitz, CEO Mighty Earth, sebuah organisasi
lingkungan global.
“Dunia saat ini memerlukan aktor perusahaan untuk
berkomitmen dengan aksi nyata di lapangan untuk mendukung konservasi lanskap di
wilayah-wilayah yang kritis,” tambahnya.
Lestari Capital telah bekerja selama dua tahun ini untuk
mendesain SCCM, yang nantinya akan dijadikan pilot untuk rantai pasok kelapa
sawit Cargill. SCCM memberikan pola untuk mengambil tindakan yang dapat
memenuhi persyaratan konservasi dari RSPO, yaitu sertifikasi yang memenuhi
standar yang semakin diskriminatif terhadap pasar impor, seperti Uni Eropa dan
negara-negara maju lainnya. Selain mendukung standar-standar keberlanjutan,
Lestari Capital juga memberikan manfaat berkepanjangan bagi masyarakat untuk
memastikan hasil upaya lingkungan dapat terus bertahan.
“Dari generasi ke generasi, masyarakat Nanga Lauk melindungi
danau dan hutan di sekitar desa, karena kami tahu, banyak yang menggantungkan
hidup mereka pada keduanya,” jelas Ibu Rusliyani, salah seorang anggota Lembaga
Pengelola Hutan Desa (LPHD) Nanga Lauk, Kalimantan.
“Untuk pertama kalinya, masyarakat yang menjaga hutan dan
danau dapat memperoleh pendapatan untuk membantu keluarga mereka. Kami merasa
upaya kami dihargai dan membuat kami makin semangat,” tambahnya.
Lestari Capital mengumumkan pada sebuah forum internasional
besar di Bali, dimana Presiden RI mempertemukan para eksekutif -termasuk dari
Unilever, Global Environment Facility, Alibaba, PT SMI, Tsinghua University,
HSBC, Standard Chartered, Credit Suisse, ADM Capital, Asian Development Bank,
China Development Bank, SYSTEMIQ, dan Blended Finance Taskforce- untuk
menyerukan pendekatan-pendekatan baru dalam mencari solusi iklim alami. (*/Fai)
Berikan dukungan
jangka panjang 25 tahun untuk kehutanan rakyat di Jantung Kalimantan
KalbarOnline,
Nasional – Lestari Capital mengumumkan peluncuran sebuah mekanisme
pembiayaan baru untuk mendorong konservasi jangka panjang melalui pasar
komoditas global, dengan Cargill sebagai klien pertamanya. Terobosan ini
diumumkan pada Forum Tri Hita Karana untuk Pembangunan Berkelanjutan, Bali (11/10/2018).
Model dampak Lestari Capital ini menjawab kebutuhan
pembiayaan konservasi jangka panjang melalui kolaborasi dengan sektor keuangan,
komoditas, dan ekonomi iklim. Sustainable Commodities Conservation Mechanism
(SCCM) menjadi inti dari kemitraan ini, yang membiayai proyek-proyek selama
periode waktu 25 tahun.
SCCM memberikan pengawasan fidusia independen yang memastikan
pembayaran atas dasar hasil nyata di lapangan, sehingga menjamin manfaat bagi
masyarakat lokal dan terhadap iklim global serta keanekaragaman hayati.
Lestari Capital menyediakan suatu kendaraan pembiayaan
proyek yang aman dan transparan untuk perusahaan-perusahaan komoditas agar
dapat memenuhi berbagai kewajiban komitmen keberlanjutan, serta standar seperti
sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Perusahaan ini juga mengembangkan sumber-sumber pembiayaan
konservasi dari berbagai sektor lain yang terus berubah dalam menghadapi
tekanan konsumen dan industri, termasuk sektor energi, transportasi, dan
teknologi.
“Kami mendirikan perusahaan ini untuk mengatasi dua aspek
kegagalan pasar. Pertama, tidak cukup banyak permintaan terhadap proyek
konservasi berkualitas tinggi dan kedua, pasar komoditas global belum cukup
menjaga sumber daya alam yang ada,” kata Gabriel Eickhoff, CEO Lestari Capital.
“Kami berupaya mengatasi mata rantai yang terputus ini
dengan menghubungkan permintaan perusahaan akan hasil konservasi yang tahan
lama, dengan proyek-proyek yang memerlukan modal operasional jangka panjang di
lapangan,” tambahnya.
Transaksi awal Cargill melalui SCCM akan membiayai operasi
konservasi 25 tahun untuk sebuah proyek kehutanan masyarakat di jantung
Kalimantan, yang akan mendukung anggota masyarakat untuk melindungi hutan dan
berinvestasi ke dalam pencaharian baru seperti ekowisata dan produk hasil
hutan.
“Kami bermitra dengan Lestari Capital untuk merancang suatu
mekanisme yang dapat memenuhi kebutuhan kami sebagai anggota RSPO, sehingga
dapat menjamin bahwa komitmen pembiayaan kami untuk konservasi keanekaragaman
hayati dan restorasi lanskap dikelola secara bertanggung jawab dan dapat
bertahan lama,” kata Colin Lee, Direktur Corporate Affairs Cargill Tropical
Palm Holdings Pte Ltd.
“Kami merasa terhormat dapat membantu masyarakat Desa Nanga
Lauk melindungi keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem yang vital bagi
pencaharian mereka. Saya berharap komitmen kami dapat mendorong perusahaan-perusahaan
lain untuk menjadikan konservasi dan restorasi sebagai bagian dari operasi
harian mereka,” tambahnya.
Dari waktu ke waktu, perlindungan dan restorasi hutan
-bersama dengan penggunaan lahan berkelanjutan dan penghormatan terhadap hak
masyarakat adat- semakin dianggap sebagai solusi iklim yang alami. Jika
dikombinasikan, keduanya berpotensi untuk mencapai penyimpanan karbon sebesar
30 persen yang dibutuhkan pada tahun 2030 untuk memenuhi target Perjanjian
Iklim Paris (Paris Agreement).
“Saat ini, kita kehilangan hutan dengan luas setara dengan
48 lapangan sepak bola per menit. Kita butuh pendekatan baru untuk pembiayaan
konservasi,” jelas Glenn Hurowitz, CEO Mighty Earth, sebuah organisasi
lingkungan global.
“Dunia saat ini memerlukan aktor perusahaan untuk
berkomitmen dengan aksi nyata di lapangan untuk mendukung konservasi lanskap di
wilayah-wilayah yang kritis,” tambahnya.
Lestari Capital telah bekerja selama dua tahun ini untuk
mendesain SCCM, yang nantinya akan dijadikan pilot untuk rantai pasok kelapa
sawit Cargill. SCCM memberikan pola untuk mengambil tindakan yang dapat
memenuhi persyaratan konservasi dari RSPO, yaitu sertifikasi yang memenuhi
standar yang semakin diskriminatif terhadap pasar impor, seperti Uni Eropa dan
negara-negara maju lainnya. Selain mendukung standar-standar keberlanjutan,
Lestari Capital juga memberikan manfaat berkepanjangan bagi masyarakat untuk
memastikan hasil upaya lingkungan dapat terus bertahan.
“Dari generasi ke generasi, masyarakat Nanga Lauk melindungi
danau dan hutan di sekitar desa, karena kami tahu, banyak yang menggantungkan
hidup mereka pada keduanya,” jelas Ibu Rusliyani, salah seorang anggota Lembaga
Pengelola Hutan Desa (LPHD) Nanga Lauk, Kalimantan.
“Untuk pertama kalinya, masyarakat yang menjaga hutan dan
danau dapat memperoleh pendapatan untuk membantu keluarga mereka. Kami merasa
upaya kami dihargai dan membuat kami makin semangat,” tambahnya.
Lestari Capital mengumumkan pada sebuah forum internasional
besar di Bali, dimana Presiden RI mempertemukan para eksekutif -termasuk dari
Unilever, Global Environment Facility, Alibaba, PT SMI, Tsinghua University,
HSBC, Standard Chartered, Credit Suisse, ADM Capital, Asian Development Bank,
China Development Bank, SYSTEMIQ, dan Blended Finance Taskforce- untuk
menyerukan pendekatan-pendekatan baru dalam mencari solusi iklim alami. (*/Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini