Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Selasa, 11 Desember 2018 |
KalbarOnline,
Sosbud – Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat
Statistik pada 2016 menunjukkan dari 4,6 juta anak yang tidak sekolah, satu
juta diantaranya adalah anak-anak berkebutuhan khusus dan berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia
mencapai angka 1,6 juta anak.
Dari 514 kabupaten/kota di seluruh tanah
air, masih terdapat 62 kabupaten/kota yang belum memiliki SLB. Saat ini jumlah
anak berkebutuhan khusus yang sudah mendapat layanan pendidikan baru mencapai
angka 18 persen, sekitar 115 ribu anak berkebutuhan khusus bersekolah di SLB,
sedangkan ABK yang bersekolah di sekolah reguler pelaksana Sekolah Inklusi
berjumlah sekitar 299 ribu. Masih ada sekitar 82 persen ABK yang belum
mendapatkan hak pendidikan.
Dompet Dhuafa Pendidikan (DD Pendidikan),
salah satu divisi Dompet Dhuafa yang fokus pada peningkatan kualitas pendidikan
dan sumber daya manusia, merasa terpanggil untuk turut serta memberikan solusi
atas permasalah tersebut. Upaya ini dilakukan DD Pendidikan dengan menghelat
acara bertajuk Kajian Pendidikan Inklusi ‘Pendidikan Untuk Berkualitas : Fakta Atau
Fatamorgana’.
Acara berformat panel ini dilaksanakan pada
Sabtu, 8 Desember 2018. Acara ini diaksanakan dalam rangka memperingati hari
Pendidikan Difabel Internasinal pada tangggal 3 Desember. Acara dimulai pukul
08.00 hingga 12.00. Agar lebih menyerapi kajian pendidikan inklusi acara pun
diadakan diadakan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof. Dr.
Soeharso Jl. Tentara Pelajar Jebres, Surakarta.
Sederet tokoh, profesional dibidangnya
serta anak difabel yang berprestasi dan menginspirasi telah hadir untuk menjadi
narasumber Kajian Pendidiikan Inklusi ini. Mereka adalah Drs. Hasto Daryanto,
MPd, Kepala PLA Surakarta; Bayu Candra Winata (Dompet Dhuafa Pendidikan);
Inayah Adi Oktaviana (Founder GAPAI (Gerakan Peduli Indonesia Inklusi); Hanik
Puji A (Peraih 2 Medali Emas Balap Kursi Roda Papernas 2018) dan Sri Sugiyanti
(Peraih 3 Medali Perak dan 1 Perunggu Parcycling ASIAN Paragames 2018).
Narasumber kajian pendidikan inklusi ini
cukup meliputi segenap pihak yang konsen terhadap dunia pendidikan inklusi. Hal
ini dimaksudkan untuk mencapai dari perhelatan ini, yaitu untuk membangun
kesadaran masyarakat tentang pendidikan Inklusi yang ramah terhadap tumbuh
kembang anak.
Acara ini juga diharapkan dapat memberikan
alternatif model pengembangan pendidikan inklusi dan memperkuat peran
pemerintah dalam penyelenggaraan dan pengelolalan pendidikan inklusi baik
kebijakan maupun kualitas implementasinya.
Kehadiran narasumber dari berbagai latar
belakang tersebut juga dimaksudkan untuk membangun sinergi antara pemerintah,
komunitas yang bergerak di bidang pendidikan inklusi, juga NGO. Sinergi ini
diharapkan mampu meningkatkan kuaitas pendidikan untuk semua termasuk
pendidikan yang ramah difabel, jelas Aidil Azhari Ritonga sebagai Direktur CESA
(Direktur Center for Education Study & Advocacy Dompet Dhuafa Pendidikan).
Perbaikan kualitas pendidikan di negeri ini
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Segenap pihak harus
bersinergi, bekerjasama untuk menuntaskan problematika pendidikan Indonesia
yang menggunung. Semoga langkah kecil berupa kegiatan ini dapat menjadi
inspirasi bahwa siapapun bisa ambil bagian untuk membawa perbaikan pada negeri
yang kita cintai ini. (DD/KO)
KalbarOnline,
Sosbud – Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat
Statistik pada 2016 menunjukkan dari 4,6 juta anak yang tidak sekolah, satu
juta diantaranya adalah anak-anak berkebutuhan khusus dan berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia
mencapai angka 1,6 juta anak.
Dari 514 kabupaten/kota di seluruh tanah
air, masih terdapat 62 kabupaten/kota yang belum memiliki SLB. Saat ini jumlah
anak berkebutuhan khusus yang sudah mendapat layanan pendidikan baru mencapai
angka 18 persen, sekitar 115 ribu anak berkebutuhan khusus bersekolah di SLB,
sedangkan ABK yang bersekolah di sekolah reguler pelaksana Sekolah Inklusi
berjumlah sekitar 299 ribu. Masih ada sekitar 82 persen ABK yang belum
mendapatkan hak pendidikan.
Dompet Dhuafa Pendidikan (DD Pendidikan),
salah satu divisi Dompet Dhuafa yang fokus pada peningkatan kualitas pendidikan
dan sumber daya manusia, merasa terpanggil untuk turut serta memberikan solusi
atas permasalah tersebut. Upaya ini dilakukan DD Pendidikan dengan menghelat
acara bertajuk Kajian Pendidikan Inklusi ‘Pendidikan Untuk Berkualitas : Fakta Atau
Fatamorgana’.
Acara berformat panel ini dilaksanakan pada
Sabtu, 8 Desember 2018. Acara ini diaksanakan dalam rangka memperingati hari
Pendidikan Difabel Internasinal pada tangggal 3 Desember. Acara dimulai pukul
08.00 hingga 12.00. Agar lebih menyerapi kajian pendidikan inklusi acara pun
diadakan diadakan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof. Dr.
Soeharso Jl. Tentara Pelajar Jebres, Surakarta.
Sederet tokoh, profesional dibidangnya
serta anak difabel yang berprestasi dan menginspirasi telah hadir untuk menjadi
narasumber Kajian Pendidiikan Inklusi ini. Mereka adalah Drs. Hasto Daryanto,
MPd, Kepala PLA Surakarta; Bayu Candra Winata (Dompet Dhuafa Pendidikan);
Inayah Adi Oktaviana (Founder GAPAI (Gerakan Peduli Indonesia Inklusi); Hanik
Puji A (Peraih 2 Medali Emas Balap Kursi Roda Papernas 2018) dan Sri Sugiyanti
(Peraih 3 Medali Perak dan 1 Perunggu Parcycling ASIAN Paragames 2018).
Narasumber kajian pendidikan inklusi ini
cukup meliputi segenap pihak yang konsen terhadap dunia pendidikan inklusi. Hal
ini dimaksudkan untuk mencapai dari perhelatan ini, yaitu untuk membangun
kesadaran masyarakat tentang pendidikan Inklusi yang ramah terhadap tumbuh
kembang anak.
Acara ini juga diharapkan dapat memberikan
alternatif model pengembangan pendidikan inklusi dan memperkuat peran
pemerintah dalam penyelenggaraan dan pengelolalan pendidikan inklusi baik
kebijakan maupun kualitas implementasinya.
Kehadiran narasumber dari berbagai latar
belakang tersebut juga dimaksudkan untuk membangun sinergi antara pemerintah,
komunitas yang bergerak di bidang pendidikan inklusi, juga NGO. Sinergi ini
diharapkan mampu meningkatkan kuaitas pendidikan untuk semua termasuk
pendidikan yang ramah difabel, jelas Aidil Azhari Ritonga sebagai Direktur CESA
(Direktur Center for Education Study & Advocacy Dompet Dhuafa Pendidikan).
Perbaikan kualitas pendidikan di negeri ini
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Segenap pihak harus
bersinergi, bekerjasama untuk menuntaskan problematika pendidikan Indonesia
yang menggunung. Semoga langkah kecil berupa kegiatan ini dapat menjadi
inspirasi bahwa siapapun bisa ambil bagian untuk membawa perbaikan pada negeri
yang kita cintai ini. (DD/KO)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini