Kubu Raya    

Pandai Membaca Quran, Bupati Rusman Ali : Jangan Hanya KTP Islam Tapi Tak Bisa Mengaji

Oleh : Jauhari Fatria
Rabu, 19 Desember 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline,

Kubu Raya – Bupati Kubu Raya, Rusman Ali menegaskan

pentingnya pendidikan budi pekerti berbasis agama. Namun idealnya budi pekerti

harus diajarkan sejak usia dini. Karena itu, ia berharap program muatan lokal

keagamaan yang dibuatnya sejak awal memimpin Kabupaten Kubu Raya dapat terus

berlanjut.

“Hidup ini hanya jembatan untuk menuju ke

suatu tempat. Begitu sampai itulah akhirnya. Itulah kehidupan kita di dunia,

hanya sementara. Tapi ujiannya sangat besar. Untuk itu saya minta agar didik

anak-anak kita, ajarkan budi pekerti,” ujar Rusman Ali saat membuka pelatihan

baca Quran metode Wafa bagi guru agama dan Taman Pendidikan Alquran

se-Kabupaten Kubu Raya di Dangau Resort Kubu Raya, belum lama ini.

Rusman Ali menuturkan program muatan lokal

keagamaan diantaranya mewajibkan setiap siswa memulai kegiatan belajar di

sekolah dengan mendoakan orang tua serta membaca doa-doa lainnya. Setelah itu

menghapalkan surah-surah pendek dan dilanjutkan dengan mengaji.

Rusman Ali juga mengungkapkan aturan dimana

setiap siswa muslim yang akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama

dipersyaratkan untuk bisa membaca Al-Quran.

“Dari awal ini sudah kita sosialisasikan.

Jangan sampai ber-KTP Islam tapi tidak bisa mengaji. Jadi kalau kita pandai

mengaji, insya Allah disuruh membaca Quran bisa, disuruh menjadi imam juga

bisa. Dan ini perlu dipelajari dari kecil,” tuturnya.

Rusman Ali mengapresiasi kegiatan pelatihan

baca Quran metode Wafa yang diinisiasi Lembaga Cahaya Khatulistiwa Kabupaten

Kubu Raya. Menurutnya, program tersebut berkorelasi langsung dengan upaya

pembentukan pribadi anak-anak yang berakhlakul karimah melalui pengajaran

agama.

“Biar berakhlakul karimah. Kalau orang

diajarkan agama, insya Allah kehidupannya diridhai Allah Taala,” ujarnya.

Lebih jauh Rusman Ali menuturkan pelatihan

Quran metode Wafa juga strategis dalam mendorong munculnya inovasi. Khususnya

dalam hal metodologi pembelajaran Al-Quran. Melalui cara inovatif ini,

diharapkan mereka yang belum lancar membaca Quran dapat memahaminya dalam waktu

singkat.

“Anak-anak kita ini orang yang baru tumbuh.

Yang perlu ilmu yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

perlu diberi motivasi agar berinovasi. Salah satunya adalah metode Wafa supaya

orang yang mengaji terbata-bata bisa cepat menguasai. Bagaimana ditanamkan agar

anak senang dengan Al-Quran dan membudaya bagi dirinya sendiri,” tukas Rusman

Ali.

Sementara Ketua Lembaga Cahaya Khatulistiwa

Kubu Raya, Muhammad Amri, mengatakan pihaknya sudah sekitar tiga tahun

menerapkan metode Wafa di Kabupaten Kubu Raya. Menurut dia, metode Wafa adalah

pelatihan tentang upaya mengenalkan Quran dengan cara yang mudah. Ia

mengungkapkan di Kabupaten Kubu Raya, metode ini telah diterapkan sepenuhnya di

SD Islam Terpadu Al Karima yang dinaungi Lembaga Cahaya Khatulistiwa.

“Kita berkeinginan agar metode yang

inovatif ini ke depannya dapat diterapkan juga di semua Taman Pendidikan Quran

yang ada di Kubu Raya,” ujarnya.

Menurut Amri, pembelajaran Quran saat ini

perlu mengadaptasi perkembangan zaman. Dirinya menilai metode pengajaran Quran

perlu dilakukan dengan pendekatan yang lebih mudah diterima generasi milenial.

“Saya sudah survey di beberapa tempat.

Ternyata ada yang masih menggunakan metode lama tahun 80-an. Untuk generasi

milenial zaman now, tampaknya lebih tepat mengajarkan anak sesuai dengan

zamannya,” jelasnya. (ian/rio)

Artikel Selanjutnya
Pemkot Pontianak Komitmen Terapkan Kesetaraan Gender
Rabu, 19 Desember 2018
Artikel Sebelumnya
862 Guru Non PNS Dapat Honor Dari Pemkab KKR
Rabu, 19 Desember 2018

Berita terkait