Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Selasa, 26 Februari 2019 |
Beri Pembekalan ke Peserta KKDN FTP Universitas
Pertahanan
KalbarOnline, Pontianak – Kondisi Kalimantan Barat dalam segala aspek saat ini berada dalam posisi yang sangat tak menguntungkan.
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
se-nasional berada di urutan ke 29 dari 34 provinsi, daya
saing berada di urutan ke 28, tingkat kebahagiaan di
urutan 28, infrastruktur
berada di urutan 33.
Hal ini yang diutarakan Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji saat memberikan pembekalan kepada
para peserta
Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) Fakultas Teknologi Pertahanan Universitas
Pertahanan (FTP Unhan) Bogor
di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Senin (25/2/2019).
“Saya ingin memberikan dulu gambaran mengenai
Kalbar saat ini. Kalbar memiliki perbatasan sepanjang 968 kilometer
dengan Malaysia. Rata-rata lama sekolah di Kalbar baru mencapai 7,3 tahun,” ujar Sutarmidji mengawali sambutannya pada pertemuan itu.
Mengenai pendidikan, Midji
membeberkan bahwa Indonesia ingin mencontoh negara Finlandia.
Tapi apa yang dilakukan oleh Finlandia dengan sistem pendidikannya, sebut Midji, tidak diikuti utuh oleh Indonesia.
“Yang boleh menjadi guru di Finlandia adalah
lulusan universitas dari rangking 1 sampai 5. Tapi apakah kita pernah mendorong
lulusan cumlaude untuk meneruskan
pendidikannya ke tingkat berikutnya dengan dibiayai negara? Tidak ada yang
seperti itu. Kalau pun ada, hanya 1-2 orang saja,” bebernya.
Orang nomor wahid di
Bumi Tanjungpura ini mencontohkan bahwa industri pesawat
yang dahulu menjadi andalan Indonesia menjadi mandeg lantaran tak ada konsistensi. Padahal, kata
dia, saat peluncuran pesawat CN-235, peringkat Indonesia
meningkat bahkan
melebihi Korea.
“Padahal di masa itu, mesin ketik saja bukan buatan Indonesia. Apalagi komputer. Tapi
kita sudah mampu
membuat pesawat. Harusnya itu menjadi lompatan-lompatan. Tapi karena ganti
pemerintahan maka ganti pula kebijakan,” tukasnya.
Dalam dunia pertahanan, lanjutnya, tidak bisa dilakukan seperti itu.
Dunia pertahanan, tegas Midji,
harus bebas dari berbagai intervensi. Harus diatur dengan Undang-undang tersendiri.
Membangun industri pertahanan tanpa konsistensi akan sangat mahal.
“Membuat riset untuk peluru saja sudah mahal.
Bukan sembarangan buat. Daya ledaknya juga harus diperhitungkan. Semakin kecil, semakin kuat ledakannya. Kita (Indonesia) sudah riset
tapi kadang tak mau menindaklanjuti hasilnya,” imbuhnya.
Menyoal teknologi deteksi, Midji mengaitkannya
dengan perbatasan Kalbar yang memiliki panjang 968 kilometer. Ia menegaskan bahwa sehebat
apa pun teknologi yang dimiliki, tak
akan berjalan
baik tanpa ada koordinasi semua pihak.
“Kelemahan kita adalah koordinasi. Revolusi industri 4.0 bicara mengenai
kecepatan. Bila kita tak bisa mengikutinya, maka kita akan tergilas dan tertinggal. Kita akan
kalah. Tidak mampu menjadi yang terdepan,” tukasnya.
Mantan Wali Kota
Pontianak dua periode ini menyodorkan sebuah alternatif
solusi dalam permasalahan ini yaitu bhakti TNI. Terobos saja perbatasan jika memang kebutuhan. Midji juga menyoroti wilayah Kapuas
Hulu yang menjadi paru-paru dunia berkat 51 persen wilayahnya merupakan wilayah
konservasi.
“Tapi masyarakat di sana tidak diperhatikan. Buat apa kita bicara
paru-paru dunia kalau masyarakatnya sengsara? Belum lagi sektor yang lainnya. Semua yang terbaik ada di
Indonesia. Tapi sistem yang ada membuat semuanya tak diakui sebagai yang terbaik,” tukas Midji.
Pertahanan, lanjut Midji, akan
terbangun dengan solid jika dibangun dengan berlandaskan keberagaman budaya yang ada di Indonesia.
“Orang Batak tak bisa dipaksa menjadi orang Jawa. Maka
perbedaan budaya harus menjadi landasan menyatukan pertahanan. Tak perlu
dipaksakan harus satu,” tandasnya. (Fai)
Beri Pembekalan ke Peserta KKDN FTP Universitas
Pertahanan
KalbarOnline, Pontianak – Kondisi Kalimantan Barat dalam segala aspek saat ini berada dalam posisi yang sangat tak menguntungkan.
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
se-nasional berada di urutan ke 29 dari 34 provinsi, daya
saing berada di urutan ke 28, tingkat kebahagiaan di
urutan 28, infrastruktur
berada di urutan 33.
Hal ini yang diutarakan Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji saat memberikan pembekalan kepada
para peserta
Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) Fakultas Teknologi Pertahanan Universitas
Pertahanan (FTP Unhan) Bogor
di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Senin (25/2/2019).
“Saya ingin memberikan dulu gambaran mengenai
Kalbar saat ini. Kalbar memiliki perbatasan sepanjang 968 kilometer
dengan Malaysia. Rata-rata lama sekolah di Kalbar baru mencapai 7,3 tahun,” ujar Sutarmidji mengawali sambutannya pada pertemuan itu.
Mengenai pendidikan, Midji
membeberkan bahwa Indonesia ingin mencontoh negara Finlandia.
Tapi apa yang dilakukan oleh Finlandia dengan sistem pendidikannya, sebut Midji, tidak diikuti utuh oleh Indonesia.
“Yang boleh menjadi guru di Finlandia adalah
lulusan universitas dari rangking 1 sampai 5. Tapi apakah kita pernah mendorong
lulusan cumlaude untuk meneruskan
pendidikannya ke tingkat berikutnya dengan dibiayai negara? Tidak ada yang
seperti itu. Kalau pun ada, hanya 1-2 orang saja,” bebernya.
Orang nomor wahid di
Bumi Tanjungpura ini mencontohkan bahwa industri pesawat
yang dahulu menjadi andalan Indonesia menjadi mandeg lantaran tak ada konsistensi. Padahal, kata
dia, saat peluncuran pesawat CN-235, peringkat Indonesia
meningkat bahkan
melebihi Korea.
“Padahal di masa itu, mesin ketik saja bukan buatan Indonesia. Apalagi komputer. Tapi
kita sudah mampu
membuat pesawat. Harusnya itu menjadi lompatan-lompatan. Tapi karena ganti
pemerintahan maka ganti pula kebijakan,” tukasnya.
Dalam dunia pertahanan, lanjutnya, tidak bisa dilakukan seperti itu.
Dunia pertahanan, tegas Midji,
harus bebas dari berbagai intervensi. Harus diatur dengan Undang-undang tersendiri.
Membangun industri pertahanan tanpa konsistensi akan sangat mahal.
“Membuat riset untuk peluru saja sudah mahal.
Bukan sembarangan buat. Daya ledaknya juga harus diperhitungkan. Semakin kecil, semakin kuat ledakannya. Kita (Indonesia) sudah riset
tapi kadang tak mau menindaklanjuti hasilnya,” imbuhnya.
Menyoal teknologi deteksi, Midji mengaitkannya
dengan perbatasan Kalbar yang memiliki panjang 968 kilometer. Ia menegaskan bahwa sehebat
apa pun teknologi yang dimiliki, tak
akan berjalan
baik tanpa ada koordinasi semua pihak.
“Kelemahan kita adalah koordinasi. Revolusi industri 4.0 bicara mengenai
kecepatan. Bila kita tak bisa mengikutinya, maka kita akan tergilas dan tertinggal. Kita akan
kalah. Tidak mampu menjadi yang terdepan,” tukasnya.
Mantan Wali Kota
Pontianak dua periode ini menyodorkan sebuah alternatif
solusi dalam permasalahan ini yaitu bhakti TNI. Terobos saja perbatasan jika memang kebutuhan. Midji juga menyoroti wilayah Kapuas
Hulu yang menjadi paru-paru dunia berkat 51 persen wilayahnya merupakan wilayah
konservasi.
“Tapi masyarakat di sana tidak diperhatikan. Buat apa kita bicara
paru-paru dunia kalau masyarakatnya sengsara? Belum lagi sektor yang lainnya. Semua yang terbaik ada di
Indonesia. Tapi sistem yang ada membuat semuanya tak diakui sebagai yang terbaik,” tukas Midji.
Pertahanan, lanjut Midji, akan
terbangun dengan solid jika dibangun dengan berlandaskan keberagaman budaya yang ada di Indonesia.
“Orang Batak tak bisa dipaksa menjadi orang Jawa. Maka
perbedaan budaya harus menjadi landasan menyatukan pertahanan. Tak perlu
dipaksakan harus satu,” tandasnya. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini