KalbarOnline, Sintang – Wakil Bupati Sintang, Askiman menjadi narasumber dalam dialog interaktif ‘Sintang Menyapa’ yang disiarkan langsung oleh LPP RRI Sintang di Balai Pegodai Rumah Dinas Wakil Bupati Sintang, Rabu (6/3/2019).
Dalam dialog interaktif tersebut, Wakil Bupati Sintang membahas tema khusus yakni tentang Program Peningkatan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (P2Emas).
Turut hadir mendampingi Wabup Askiman, Kadis Ketahanan Pangan dan Perikanan, Zulkarnaen, Kadis Perindagkop dan UKM, Sudirman, Sekretaris Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Sri Rosmawati dan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Yustinus.
Orang nomor dua di Bumi Senentang itu menegaskan bahwa Pemkab Sintang terbuka menerima masukan dan kritikan untuk membangun pemerintahan yang terbuka. Program baik harus didukung oleh masyarakat dan program yang tidak baik dan tidak dilaksanakan dengan maksimal oleh Pemkab Sintang harus dikritik oleh masyarakat.
Termasuk program Peningkatan dan Pemberdayaan Ekonomi masyarakat (P2EMAS) yang dibuat dengan maksud mau membangun pertahanan ekonomi masyarakat yang kuat sehingga di saat harga karet dan sawit turun, masyarakat sudah memiliki usaha alternatif lain yang langsung pemerintah bantu soal pendanaan dan pendampingan.
“Tahun 2018 lalu, Pemkab Sintang sudah menetapkan 14 kecamatan dan 14 desa sebagai desa percontohan pengembangan ekonomi masyarakat. Tahun 2018 sudah ada 7 desa yang sudah kami bantu dan sudah mulai berkembang seperti pengembangan lada, tenun ikat, kerajinan rotan, tanaman holtikultura, cabe, ternak lele, kerajinan kayu ulin, ikan keramba, kambing dan padi sawah,” jelasnya.
Desa tersebut, dibantu dana dan didampingi oleh pihaknya secara terus menerus melalui tenaga pendamping P2Emas. Masalah sekarang, lanjut dia, memang pada pemasaran. Namun pihaknya siap bantu mempromosikan hasil tersebut.
“Kami akan terus bina dan bantu melalui OPD dan tenaga pendamping, termasuk packagingnya atau pengemasannya. Kami akan terus perkuat sampai kelompok dan jenis usaha tersebut bisa maju. Kami akan berikan bantuan dan pendampingan secara berkelanjutan. Setelah berhasil, kami akan bantu sampai proses seritfikasi halalnya juga,” tegasnya.
Sementara Kadis Ketahanan Pangan dan Perikanan, Zulkarnaen menyampaikan bahwa pihaknya sudah bantu satu desa yakni Desa Solam Raya di tahun 2018 yang sudah maju dan mandiri.
“Di tahun 2019 kami bantu dua desa di Ulak Jaya dan Nanga Tempunak. Dulu bibit harus didatangkan dari pulau Jawa. Sekarang bibit sudah siap dari Sintang dengan kualitas bibit yang sama dengan pulau Jawa. Kami bantu bibit dan waring serta pendampingan langsung dan rutin,” terang Zulkarnaen.
Sementara Kadis Perindagkop dan UKM, Sudirman menyampaikan bahwa tahun 2018 yang lalu pihaknya membantu dua desa yakni di Mentajoi dengan pengrain rotan dan Ensaid Panjang dengan perajin tenun ikat.
“Kami membina perajin tenun ikat yang sekarang sudah bisa memasarkan tenun ikat secara online dan kami berikan pelatihan khusus bagi mereka. Silahkan masyarakat di mana saja berada untuk memesan dan membeli hasil kerajinan tenun ikat ini secara online sehingga kami yakin bahwa tenun ikat ini akan terus berkembang. Bahkan para pembeli dari luar negeri juga sudah ada. Para perajin di Desa Umin juga kami bantu dan berikan pendampingan selama ini. Kami juga terus mendorong agar tingkat produksi tenun ikat ini bisa stabil dan lebih banyak sehingga mampu memenuhi kebutuhan pembeli. Hingga sekarang ada 15 kelompok perajin tenun ikat dengan jumlah pengrajin 300 orang. Para perajin rotan juga kami berikan pelatihan sampai menjadi sebuah meubel yang utuh dan siap jual,” tukas Sudirman.
Sementara Kepala Seksi Pengembangan dan Produksi Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang, Arif Setyabudi menyampaikan bahwa pihaknya memprogramkan diversifikasi usaha masyarakat.
“Kami mendorong peningkatan produktivitas dengan memberikan bantuan bibit unggul. Kemudian kami juga akan memberikan pembinaan untuk peningkatan kualitasnya. Kami sudah memberikan pendampingan beberapa sentra penghasil kopi dan lada sebagai percontohan,” terangnya.
Sekretaris Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Sri Rosmawati menyampaikan bahwa ada peluang produk unggulan Sintang untuk menjual produknya ke luar Sintang dengan bermitra dengan pihak ketiga yang mulai dirintis melalui organisasi Lingkar Temu Kabupaten Lestari. Tentu untuk bisa melakukan ini harus memenuhi syarat tertentu, kualitas dan kuantitas memang harus dipenuhi.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Yustinus menjelaskan bahwa Sanggar Kegiatan Belajar bisa membantu memberikan pelatihan dan kursus bagi para perajin pada desa yang sudah memiliki produk unggulan sehingga sumber daya manusia semakin baik.
“SKB yang di Sungai Ukoi yang kami miliki sudah memenuhi standar, kita akan dorong untuk jemput bola memberikan pelatihan dan kursus kepada para perajin,” tukasnya.
Astiana Tandisau salah seorang tenaga pendamping P2EMAS menyampaikan bahwa tahun 2018 ada 7 desa yang sudah dibantu dana dan pendampingan langsung dan tahun 2019 ini 7 desa tersebut dilanjutkan bantuannya dan ada tambahan 7 desa lagi yang baru mulai dibantu dan dibina.
“Karena 14 desa ini desa percontohan, maka desa lain di Sintang silahkan belajar dengan desa yang sudah kita bantu tersebut,” terangnya.
Dalam dialog interaktif tersebut, ada tiga pendengar RRI Sintang yang menelpon dan berdialog dengan Wakil Bupati Sintang yakni Hj. Ngatiyem di Nangab Jetak mengeluhkan harga karet yang memang sudah lama turun.
Didi dari Sungai Tebelian juga menyampaikan keluhan soal harga karet dan sawit dan Amir dari Sintang yang menanyakan pengembangan potensi lada di perbatasan.
Menjawab itu, Wakil Bupati Sintang menyampaikan bahwa pemerintah pusat sudah memprogramkan akan membeli karet masyarakat dengan harga 10.500 per kilogram sebagai campuran aspal. Mudah-mudahan program ini bisa berjalan karena untuk Pemkab Sintang tidak bisa ikut camput membantu meningkatkan harga karet.
“Pesan saya petani karet tetap jaga kebun dan jaga kualitas kulatnya jangan sampai kalah kualitasnya dengan karet dari Thailand dan Malaysia. Begitu juga sawit mengalami masalah di eropa yang mengkritisi dampak lingkungan. Maka kita harus mulai melirik hilirisasi produk sawit. Saya tidak bosan untuk terus mendorong masyarakat Kabupaten Sintang untuk menambah jenis tanaman bernilai ekonomi yang lain selain karet dan sawit. Masyarakat Sintang mulailah menanam tanaman lain seperti kopi dan kakao,” tukasnya.
“Kami akan bantu bibit dan pendampingan bagi masyarakat yang mau menanam dan mengembangkan kopi dan kakao. Soal lada di perbatasan, kami sudah melakukan penelitian terhadap serangan hama yang terjadi akhir-akhir ini di perbatasan. Hasil sementara disebabkan oleh virus yang ada di bibit dan pupuk yang dipasok para petani dari Malaysia. Saat ini lada putih dibeli dengan harga 50 ribu per kilogram. Kalau mau meningkatkan harga lada, maka saya minta petani meningkatkan kualitas ladanya,” timpalnya.
Dirinya juga menjelaskan jika usaha sudah berkembang pihaknya akan membantu pengurusan izin industri rumah tangga ke Dinas Kesehatan, BPOM dan sertifikasi halal. Memang pengurusan izin industri ini sulit namun akan pihaknya bantu dan dampingi.
“Kami tidak hanya membantu 14 desa saja, tetapi kami minta 391 desa dan 16 kelurahan juga segera bergerak membuat produk unggulannya. Saya juga minta OPD dan para tenaga pendamping P2EMAS bisa terus bekerja membantu dan membina masyarakat,” pungkasnya. (*/Sg)
Comment