Sintang    

Bupati Jarot Hadiri Ritual Adat Umpan Benua dan Saprahan Anak Negeri : Harjad Kota Sintang ke-657

Oleh : Jauhari Fatria
Senin, 06 Mei 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline, Sintang

Salah satu agenda dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Sintang ke-657

tahun 2019 kali ini, Kesultanan Sintang menggelar kegiatan ritual adat Umpan

Benua yang sudah menjadi tradisi dari zaman para leluhur terdahulu dan Makan

Saprahan Anak Negeri, yang dihadiri oleh Bupati Sintang, Jarot Winarno bersama

Sultan Sintang, jajaran Forkopimda yang berlangsung di Istana Al-Mukarammah

Keraton Sintang, Sabtu (4/5/2019).

Bupati Sintang, Jarot Winarno saat menghadiri Ritual Adat Umpan Benua dan Saprahan Anak Negeri dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Sintang ke-657
Bupati Sintang, Jarot Winarno saat menghadiri Ritual Adat Umpan Benua dan Saprahan Anak Negeri dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Sintang ke-657 (Foto: */Sg)

Dalam kesempatan itu, Bupati Jarot juga melepas keberangkatan

para kaum kerabat keraton Istana Al-Mukarammah untuk melaksanakan ritual umpan

benua yang dilakukan di atas air dengan menggunakan speedboat dan setelah itu Bupati Sintang bersama jajaran Forkopimda

melaksanakan makan saprahan bersama-sama.

Seusai rangkaian kegiatan tersebut, Bupati Sintang

menjelaskan bahwa ritual adat umpan benua memiliki makna yang sangat filosofis,

yaitu menjaga alam.

“Umpan benua filosofinya adalah bahwa alam itu adalah kawan,

kita yang harus jaga dan kita lestarikan, pada umumnya ritual adat umpan benua

ini kita mensyukuri nikmat dari Allah karena kita dekat dengan alam,” kata

Jarot.

Bupati Sintang, Jarot Winarno saat menghadiri Ritual Adat Umpan Benua dan Saprahan Anak Negeri dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Sintang ke-657
Bupati Sintang, Jarot Winarno saat menghadiri Ritual Adat Umpan Benua dan Saprahan Anak Negeri dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Sintang ke-657 (Foto: */Sg)

Orang nomor wahid di Bumi Senentang itu berujar, kegiatan ritual adat umpan benua merupakan warisan para leluhur terdahulu yang perlu dilestarikan.

“Dahulu para nenek moyang kita, mewarisi adat pada kita, di mana

warisan itu adalah yang mengatur tata hubungan kita sebagai manusia dengan

Allah, yang mengatur hubungan kita manusia sesama alam, dan mengatur hubungan

kita manusia sesama manusia, sehingga warisan tersebut haruslah kita lestarikan

hingga saat ini salah satunya ritual umpan benua ini,” tukasnya.

Selain ritual umpan benua, kesultanan Sintang juga menggelar

kegiatan makan saprahan yang memiliki makna saling bersilaturahmi dan memiliki

nilai kesetaraan.

“Jadi makan saprahan itu memiliki nilai yang sangat tinggi,

di mana kesetaraan antara petinggi negeri dengan masyarakat umum itu duduk

bersama, makan saprahan bersama-sama, semuanya berbaur menjadi satu dan kita

saling bersilaturahmi bersama,” jelasnya.

Sementara Koordinator Panitia Kegiatan, Syamsul Bachri

menjelaskan sejarah singkat dan makna daripada umpan benua.

“Umpan benua ini sudah terjadi sejak jaman para leluhur,

sesepuh, Al-Mukkarammah pada waktu itu, mereka mengadakan suatu ritual yang

bersifat bersedekah negeri, bersedekah negeri ini adalah kelebihan-kelebihan

yang dimiliki oleh kerajaan sekaligus sebagai wujud syukur ketika itu, karena

para leluhur kita waktu itu belum berkaitan dengan agama apa yang ada sudah

masuk ketika itu dan mereka berdasarkan pengalaman di sebuah kerajaan dan

terjadilah Umpan Benua atau sedekah negeri ini,” jelasnya.

Selain itu juga, Syamsul Bachri menjelaskan sejarah dan

makna daripada kegiatan makan saprahan anak negeri yang dilaksanakan dalam

peringatan hari jadi kota Sintang yang ke-657 tahun 2019.

“Menurut sesepuh kita, tetua kita di kerajaan Sintang ini,

di mana saprahan anak negeri ini menandakan kegembiraan, kekerabatan,

kekeluargaan yang melambangkan sebuah wadah tempat berkumpul dan keraton inilah

menjadi tempatnya dan makan saprahan anak negeri sudah ada ketika masuknya

kesultanan Sintang dengan perangkat kerajaan, ketika itu sudah memiliki gelar

Sultan yang disandangkan dan salah satunya adalah Al-Mukarammah,” kata Syamsul

Bachri.

Menurutnya, makan saprahan ini merupakan salah satu sedekah

yang memiliki nilai tersendiri dan memiliki jiwa saling berbagi sesama.

“Seperti yang kita ketahui bahwa saudara kita tentunya tidak

semuanya mampu, jadi dengan momentum saprahan anak negeri ini memberikan makan

yang sederhana kepada kita semua, yang memiliki nilai sangat luar biasa sekali,

dengan kita bersedekah kepada keluarga itu nilainya kebajikannya dua, pertama

bersedekah nilainya itu silaturahmi dan kedua mendapatkan nilai tambah dari

sedekah itu sendiri,” tambah Syamsul.

Selain itu juga, sambung Syamsul Bachri bahwa makan saprahan

anak negeri dapat meningkatkan rasa silaturahmi yang tinggi.

“Makan saprah juga memberikan nilai tambah bagi warga

Sintang, karena untuk memberikan rasa keakraban dan rasa persaudaraan serta

memiliki nilai silaturahmi,” pungkasnya. (*/Sg)

Artikel Selanjutnya
Hadiri Penutupan Turnamen Liga Menpora U-14 Seri Kalbar, Ini Pesan Bupati Jarot
Senin, 06 Mei 2019
Artikel Sebelumnya
Hardiknas, Wabup Aloysius : Tiga Pusat Pendidikan Harus Saling Dukung dan Menguatkan
Senin, 06 Mei 2019

Berita terkait