Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 06 Mei 2019 |
KalbarOnline, Sintang
– Salah satu agenda dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Sintang ke-657
tahun 2019 kali ini, Kesultanan Sintang menggelar kegiatan ritual adat Umpan
Benua yang sudah menjadi tradisi dari zaman para leluhur terdahulu dan Makan
Saprahan Anak Negeri, yang dihadiri oleh Bupati Sintang, Jarot Winarno bersama
Sultan Sintang, jajaran Forkopimda yang berlangsung di Istana Al-Mukarammah
Keraton Sintang, Sabtu (4/5/2019).

Dalam kesempatan itu, Bupati Jarot juga melepas keberangkatan
para kaum kerabat keraton Istana Al-Mukarammah untuk melaksanakan ritual umpan
benua yang dilakukan di atas air dengan menggunakan speedboat dan setelah itu Bupati Sintang bersama jajaran Forkopimda
melaksanakan makan saprahan bersama-sama.
Seusai rangkaian kegiatan tersebut, Bupati Sintang
menjelaskan bahwa ritual adat umpan benua memiliki makna yang sangat filosofis,
yaitu menjaga alam.
“Umpan benua filosofinya adalah bahwa alam itu adalah kawan,
kita yang harus jaga dan kita lestarikan, pada umumnya ritual adat umpan benua
ini kita mensyukuri nikmat dari Allah karena kita dekat dengan alam,” kata
Jarot.

Orang nomor wahid di Bumi Senentang itu berujar, kegiatan ritual adat umpan benua merupakan warisan para leluhur terdahulu yang perlu dilestarikan.
“Dahulu para nenek moyang kita, mewarisi adat pada kita, di mana
warisan itu adalah yang mengatur tata hubungan kita sebagai manusia dengan
Allah, yang mengatur hubungan kita manusia sesama alam, dan mengatur hubungan
kita manusia sesama manusia, sehingga warisan tersebut haruslah kita lestarikan
hingga saat ini salah satunya ritual umpan benua ini,” tukasnya.
Selain ritual umpan benua, kesultanan Sintang juga menggelar
kegiatan makan saprahan yang memiliki makna saling bersilaturahmi dan memiliki
nilai kesetaraan.
“Jadi makan saprahan itu memiliki nilai yang sangat tinggi,
di mana kesetaraan antara petinggi negeri dengan masyarakat umum itu duduk
bersama, makan saprahan bersama-sama, semuanya berbaur menjadi satu dan kita
saling bersilaturahmi bersama,” jelasnya.
Sementara Koordinator Panitia Kegiatan, Syamsul Bachri
menjelaskan sejarah singkat dan makna daripada umpan benua.
“Umpan benua ini sudah terjadi sejak jaman para leluhur,
sesepuh, Al-Mukkarammah pada waktu itu, mereka mengadakan suatu ritual yang
bersifat bersedekah negeri, bersedekah negeri ini adalah kelebihan-kelebihan
yang dimiliki oleh kerajaan sekaligus sebagai wujud syukur ketika itu, karena
para leluhur kita waktu itu belum berkaitan dengan agama apa yang ada sudah
masuk ketika itu dan mereka berdasarkan pengalaman di sebuah kerajaan dan
terjadilah Umpan Benua atau sedekah negeri ini,” jelasnya.
Selain itu juga, Syamsul Bachri menjelaskan sejarah dan
makna daripada kegiatan makan saprahan anak negeri yang dilaksanakan dalam
peringatan hari jadi kota Sintang yang ke-657 tahun 2019.
“Menurut sesepuh kita, tetua kita di kerajaan Sintang ini,
di mana saprahan anak negeri ini menandakan kegembiraan, kekerabatan,
kekeluargaan yang melambangkan sebuah wadah tempat berkumpul dan keraton inilah
menjadi tempatnya dan makan saprahan anak negeri sudah ada ketika masuknya
kesultanan Sintang dengan perangkat kerajaan, ketika itu sudah memiliki gelar
Sultan yang disandangkan dan salah satunya adalah Al-Mukarammah,” kata Syamsul
Bachri.
Menurutnya, makan saprahan ini merupakan salah satu sedekah
yang memiliki nilai tersendiri dan memiliki jiwa saling berbagi sesama.
“Seperti yang kita ketahui bahwa saudara kita tentunya tidak
semuanya mampu, jadi dengan momentum saprahan anak negeri ini memberikan makan
yang sederhana kepada kita semua, yang memiliki nilai sangat luar biasa sekali,
dengan kita bersedekah kepada keluarga itu nilainya kebajikannya dua, pertama
bersedekah nilainya itu silaturahmi dan kedua mendapatkan nilai tambah dari
sedekah itu sendiri,” tambah Syamsul.
Selain itu juga, sambung Syamsul Bachri bahwa makan saprahan
anak negeri dapat meningkatkan rasa silaturahmi yang tinggi.
“Makan saprah juga memberikan nilai tambah bagi warga
Sintang, karena untuk memberikan rasa keakraban dan rasa persaudaraan serta
memiliki nilai silaturahmi,” pungkasnya. (*/Sg)
KalbarOnline, Sintang
– Salah satu agenda dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Sintang ke-657
tahun 2019 kali ini, Kesultanan Sintang menggelar kegiatan ritual adat Umpan
Benua yang sudah menjadi tradisi dari zaman para leluhur terdahulu dan Makan
Saprahan Anak Negeri, yang dihadiri oleh Bupati Sintang, Jarot Winarno bersama
Sultan Sintang, jajaran Forkopimda yang berlangsung di Istana Al-Mukarammah
Keraton Sintang, Sabtu (4/5/2019).

Dalam kesempatan itu, Bupati Jarot juga melepas keberangkatan
para kaum kerabat keraton Istana Al-Mukarammah untuk melaksanakan ritual umpan
benua yang dilakukan di atas air dengan menggunakan speedboat dan setelah itu Bupati Sintang bersama jajaran Forkopimda
melaksanakan makan saprahan bersama-sama.
Seusai rangkaian kegiatan tersebut, Bupati Sintang
menjelaskan bahwa ritual adat umpan benua memiliki makna yang sangat filosofis,
yaitu menjaga alam.
“Umpan benua filosofinya adalah bahwa alam itu adalah kawan,
kita yang harus jaga dan kita lestarikan, pada umumnya ritual adat umpan benua
ini kita mensyukuri nikmat dari Allah karena kita dekat dengan alam,” kata
Jarot.

Orang nomor wahid di Bumi Senentang itu berujar, kegiatan ritual adat umpan benua merupakan warisan para leluhur terdahulu yang perlu dilestarikan.
“Dahulu para nenek moyang kita, mewarisi adat pada kita, di mana
warisan itu adalah yang mengatur tata hubungan kita sebagai manusia dengan
Allah, yang mengatur hubungan kita manusia sesama alam, dan mengatur hubungan
kita manusia sesama manusia, sehingga warisan tersebut haruslah kita lestarikan
hingga saat ini salah satunya ritual umpan benua ini,” tukasnya.
Selain ritual umpan benua, kesultanan Sintang juga menggelar
kegiatan makan saprahan yang memiliki makna saling bersilaturahmi dan memiliki
nilai kesetaraan.
“Jadi makan saprahan itu memiliki nilai yang sangat tinggi,
di mana kesetaraan antara petinggi negeri dengan masyarakat umum itu duduk
bersama, makan saprahan bersama-sama, semuanya berbaur menjadi satu dan kita
saling bersilaturahmi bersama,” jelasnya.
Sementara Koordinator Panitia Kegiatan, Syamsul Bachri
menjelaskan sejarah singkat dan makna daripada umpan benua.
“Umpan benua ini sudah terjadi sejak jaman para leluhur,
sesepuh, Al-Mukkarammah pada waktu itu, mereka mengadakan suatu ritual yang
bersifat bersedekah negeri, bersedekah negeri ini adalah kelebihan-kelebihan
yang dimiliki oleh kerajaan sekaligus sebagai wujud syukur ketika itu, karena
para leluhur kita waktu itu belum berkaitan dengan agama apa yang ada sudah
masuk ketika itu dan mereka berdasarkan pengalaman di sebuah kerajaan dan
terjadilah Umpan Benua atau sedekah negeri ini,” jelasnya.
Selain itu juga, Syamsul Bachri menjelaskan sejarah dan
makna daripada kegiatan makan saprahan anak negeri yang dilaksanakan dalam
peringatan hari jadi kota Sintang yang ke-657 tahun 2019.
“Menurut sesepuh kita, tetua kita di kerajaan Sintang ini,
di mana saprahan anak negeri ini menandakan kegembiraan, kekerabatan,
kekeluargaan yang melambangkan sebuah wadah tempat berkumpul dan keraton inilah
menjadi tempatnya dan makan saprahan anak negeri sudah ada ketika masuknya
kesultanan Sintang dengan perangkat kerajaan, ketika itu sudah memiliki gelar
Sultan yang disandangkan dan salah satunya adalah Al-Mukarammah,” kata Syamsul
Bachri.
Menurutnya, makan saprahan ini merupakan salah satu sedekah
yang memiliki nilai tersendiri dan memiliki jiwa saling berbagi sesama.
“Seperti yang kita ketahui bahwa saudara kita tentunya tidak
semuanya mampu, jadi dengan momentum saprahan anak negeri ini memberikan makan
yang sederhana kepada kita semua, yang memiliki nilai sangat luar biasa sekali,
dengan kita bersedekah kepada keluarga itu nilainya kebajikannya dua, pertama
bersedekah nilainya itu silaturahmi dan kedua mendapatkan nilai tambah dari
sedekah itu sendiri,” tambah Syamsul.
Selain itu juga, sambung Syamsul Bachri bahwa makan saprahan
anak negeri dapat meningkatkan rasa silaturahmi yang tinggi.
“Makan saprah juga memberikan nilai tambah bagi warga
Sintang, karena untuk memberikan rasa keakraban dan rasa persaudaraan serta
memiliki nilai silaturahmi,” pungkasnya. (*/Sg)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini