Sindir para pengkritik
KalbarOnline, Pontianak – Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji menjawab ringan tudingan sejumlah pihak menyangkut SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) tahun 2019. Midji mengibaratkan pihak-pihak yang meributkan soal SILPA sebagai orang baru bangun tidur, belum gosok gigi tetapi sudah sarapan.
Sutarmidji mengungkapkan, SILPA Kalbar tahun 2019 secara final mencapai Rp570 miliar lantaran dilakukan beberapa penghematan-penghematan. Selain itu, terdapat 11 kegiatan di tahun 2019 yang ditunda ke tahun 2020 yang nilainya cukup besar lantaran waktu yang ada tidak memungkinan untuk penyelesaian. Kemudian, dikatakan Midji, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Kalbar over target, mencapai sekitar 103 persen lebih.
“Memang sebelumnya perkiraan kita, SILPA itu sebesar Rp1,1 triliun tapi itu saya samapiakan pertanggal 20 Desember, sedangkan pembayaran berjalan sampai 31 Desember. Jadi, sisa anggaran final sekitar Rp570 miliar. Ada 11 kegiatan tahun 2019 yang nilainya besar kita tunda ke tahun 2020, karena saya ingin pengerjaan tidak dilakukan tergesa-gesa. Kemudian, pendapatan asli daerah (PAD) kita itu mencapai 103 persen lebih, artinya lebih sekitar 3 persen lebih dan inikan bagus,” ujarnya.
Orang nomor wahid di Bumi Tanjungpura itu juga menegaskan bahwa tingginya sisa anggaran (SILPA) tersebut lantaran APBD tahun 2019 itu sudah tersusun ketika dirinya bersama Ria Norsan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur.
“Ada yang bilang, pemerintahan saya sudah satu tahun, betul. Tapi APBD 2019 itu strukturnya sudah jadi ketika saya dengan Pak Ria Norsan dilantik. Saya hanya bisa geser beberapa persen saja. Tapi saya tak salahkan siapapun, semuanya tanggung jawab saya sebagai pelaksana. Nah, tahun APBD 2020 ini murni implementasi dari program-program saya dan Pak Ria Norsan,” tegasnya.
“Soal SILPA ndak ade masalah, makanya lihat saya bicara, itu kan bergerak terus sampai tutup anggaran 31 Desember. Saya ngomong tanggal 20 berarti pertanggal 20. Itu kan perkiraan awal,” tandasnya.
Sebelumnya, Midji juga sempat menanggapi berbagai kritikan mengenai SILPA Kalbar 2019 melalui akun facebooknya. Berikut postingannya;
“Ribut ttg sisa Anggaran saye senyam senyum jak krn yg komen ibarat orang baru bangun tidur belum gosok gigi sdh sarapan. Cobalah baca datanya dulu. Sy bilang sisa anggaran 1,1 T itukan tanggal 20 an Desember sedangkan pembayaran sampai 31 Desember. Sisa anggaran final sekitar 570 M, karena Pendapatan Asli Daerah over target 103 persen lebih. Prediksi awal 360 M. Insya Allah tahun ini bisa selesaikan rumah sakit dan jalan jalan. Jangan dengar info yg belum jelas sy yg tanggungjawab terhadap realisasi anggaran,” tulis Midji lewat akun faceboknya @BangMidji.
Diketahui juga, berbagai pelaksanaan program serta implementasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kalbar tahun 2019 sudah disampaikan Midji kepada awak media pada tanggal 23 Desember 2019 lalu. Di kesempatan itu, Midji menegaskan bahwa di tahun 2019 ini secara keseluruhan berjalan lancar, namun diakuinya juga terdapat beberapa hal yang perlu disampaikan ke publik.
Salah satunya terkait penyerapan anggaran. Di mana tahun 2019 ini perkiraan serapan anggaran hanya mencapai sekitar 91 persen. Jauh menurun dari tahun sebelumnya yang mampu mencapai angka 98 persen. Akibatnya angka Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) juga cukup tinggi yakni mencapai sekitar Rp1 triliun lebih.
“Supaya tidak kaget saya sampaikan pertama penyerapan anggaran tahun ini tidak seperti tahun lalu. Tahun lalu bisa 98 persen lebih, tahun ini perkiraan cuma 91-an persen. Masih perkiraan, bisa tidak sampai, bisa lebih,” ujarnya.
Selain itu, Midji juga menyebutkan banyak program kegiatan yang nilainya cukup besar sengaja ditunda ke tahun 2020. Sedikitnya, terdapat 11 proyek yang ditunda lantaran waktu yang ada tidak memungkinan untuk penyelesaian.
“Padahal itu sudah dianggarakan. Jadi jangan kaget kalau SILPA di atas Rp1 triliun. Ini akibat pertama saya tidak ingin kegiatan proyek pengerjaannya tergesa-gesa,” terangnya.
Dicontohkan Midji, kejadian runtuhnya abutment jembatan Sungai Tebas, Ruas Jalan Lingkar Tebas, Kabupaten Sambas pada Minggu (22/12/2019). Itu terjadi akibat ingin cepat dalam pengerjaan dan diburu waktu.
“Harusnya kalau memang tak cukup waktu sudah jangan ditender. Kecuali perusahaan yang benar-benar bonafit dan kualifikasinya bagus,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, kebanyakan pengerjaan proyek memang baru akan direalisasikan oleh OPD terkait di akhir tahun. Sehingga waktu yang tersisa sangat mepet.
“Ini konsekuensi bekerja selalu di akhir tahun. Saya ingin ke depan per triwulan harus direncanakan secara ketat,” tandasnya. (Fai)
Comment