Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Senin, 07 September 2020 |
KalbarOnline.com – Proyek terkait pengelolaan lingkungan di aliran Sungai Mekong telah menjadi lahan baru soal persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Mekong adalah sumber pencaharian bagi 60 juta orang penduduk untuk pertanian dan perikanan yang melewati Asia Tenggara, sebelum bermuara di laut dari delta Vietnam.
Seorang diplomat senior AS David Stilwell, baru-baru ini mengatakan Tiongkok melakukan manipulasi aliran air di Sungai Mekong. Masalah ini menjadi tantangan langsung bagi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Perebutan proyek itu menandakan masalah tersebut dapat menjadi agenda dalam forum regional.
Komentar David Stilwell yang juga Asisten Menteri Luar Negeri untuk Asia Timur dan Pasifik, adalah bukti terbaru bahwa sungai sepanjang 4.350 km, tempat 60 juta orang Asia Tenggara bergantung, telah menjadi lahan baru dalam persaingan AS-Tiongkok. Di tengah situasi yang meningkat atas masalah tersebut, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang pada akhir Agustus mengatakan kepada forum dipimpin Tiongkok yang mencakup lima negara hilir Asia Tenggara bahwa Beijing akan mulai berbagi data sungai pada sepanjang tahun.
Stilwell berbicara dalam webinar yang diselenggarakan bersama oleh Institut Perdamaian Amerika Serikat dan Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew Singapura. Dia mengatakan masalah aliran air adalah salah satu tren yang mengganggu di wilayah Mekong.
“Salah satu tantangan yang sangat mendesak adalah manipulasi (Tiongkok) atas aliran Sungai Mekong untuk keuntungannya sendiri dengan biaya yang besar bagi negara-negara hilir,” kata Stilwell seperti dilansir dari South China Morning Post, Senin (7/9).
Dia mengutip sebuah laporan baru-baru ini yang mendokumentasikan bahwa Tiongkok dinilainya telah memanipulasi aliran air di sepanjang Sungai Mekong selama 25 tahun. Dengan gangguan terbesar dalam aliran terkait pembangunan dan pengoperasian bendungan besar.
Meski Stilwell tidak menyebutkan nama laporan tersebut, Beijing dan Washington dalam beberapa bulan terakhir telah memperdebatkan studi tandingan tentang keadaan aliran sungai di lima negara bagian hilir Asia Tenggara yakni Laos, Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Eyes on Earth yang berbasis di AS pada April menyimpulkan bahwa bendungan Tiongkok telah menahan 47 miliar meter kubik air.
Sebuah studi tandingan, kolaborasi antara Universitas Tsinghua dan Institut Sumber Daya Air Tiongkok, berpendapat sebaliknya mengatakan bendungan Tiongkok justru meringankan masalah kekeringan di daerah Mekong. Bendungan tersebut diklaim memungkinkan pelepasan air yang disimpan dari musim hujan di saat arus rendah. Arus di sungai berada pada rekor terendah selama dua tahun berturut-turut.
Proyek Sungai Mekong sebelumnya adalah program lingkungan dan pembangunan di era Presiden Barrack Obama. Namun, kini Beijing menyalip Washington dalam pengeluaran dan pengaruhnya terhadap negara-negara hilir karena kekuasaannya atas perairan sungai.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Proyek terkait pengelolaan lingkungan di aliran Sungai Mekong telah menjadi lahan baru soal persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Mekong adalah sumber pencaharian bagi 60 juta orang penduduk untuk pertanian dan perikanan yang melewati Asia Tenggara, sebelum bermuara di laut dari delta Vietnam.
Seorang diplomat senior AS David Stilwell, baru-baru ini mengatakan Tiongkok melakukan manipulasi aliran air di Sungai Mekong. Masalah ini menjadi tantangan langsung bagi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Perebutan proyek itu menandakan masalah tersebut dapat menjadi agenda dalam forum regional.
Komentar David Stilwell yang juga Asisten Menteri Luar Negeri untuk Asia Timur dan Pasifik, adalah bukti terbaru bahwa sungai sepanjang 4.350 km, tempat 60 juta orang Asia Tenggara bergantung, telah menjadi lahan baru dalam persaingan AS-Tiongkok. Di tengah situasi yang meningkat atas masalah tersebut, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang pada akhir Agustus mengatakan kepada forum dipimpin Tiongkok yang mencakup lima negara hilir Asia Tenggara bahwa Beijing akan mulai berbagi data sungai pada sepanjang tahun.
Stilwell berbicara dalam webinar yang diselenggarakan bersama oleh Institut Perdamaian Amerika Serikat dan Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew Singapura. Dia mengatakan masalah aliran air adalah salah satu tren yang mengganggu di wilayah Mekong.
“Salah satu tantangan yang sangat mendesak adalah manipulasi (Tiongkok) atas aliran Sungai Mekong untuk keuntungannya sendiri dengan biaya yang besar bagi negara-negara hilir,” kata Stilwell seperti dilansir dari South China Morning Post, Senin (7/9).
Dia mengutip sebuah laporan baru-baru ini yang mendokumentasikan bahwa Tiongkok dinilainya telah memanipulasi aliran air di sepanjang Sungai Mekong selama 25 tahun. Dengan gangguan terbesar dalam aliran terkait pembangunan dan pengoperasian bendungan besar.
Meski Stilwell tidak menyebutkan nama laporan tersebut, Beijing dan Washington dalam beberapa bulan terakhir telah memperdebatkan studi tandingan tentang keadaan aliran sungai di lima negara bagian hilir Asia Tenggara yakni Laos, Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Eyes on Earth yang berbasis di AS pada April menyimpulkan bahwa bendungan Tiongkok telah menahan 47 miliar meter kubik air.
Sebuah studi tandingan, kolaborasi antara Universitas Tsinghua dan Institut Sumber Daya Air Tiongkok, berpendapat sebaliknya mengatakan bendungan Tiongkok justru meringankan masalah kekeringan di daerah Mekong. Bendungan tersebut diklaim memungkinkan pelepasan air yang disimpan dari musim hujan di saat arus rendah. Arus di sungai berada pada rekor terendah selama dua tahun berturut-turut.
Proyek Sungai Mekong sebelumnya adalah program lingkungan dan pembangunan di era Presiden Barrack Obama. Namun, kini Beijing menyalip Washington dalam pengeluaran dan pengaruhnya terhadap negara-negara hilir karena kekuasaannya atas perairan sungai.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini