KalbarOnline.com – Tiongkok melakukan serangan balasan atas tuduhan Amerika Serikat terkait berbagai konflik. Di antaranya konflik isu pandemi, lingkungan, hingga keamanan data. Tiongkok menilai Amerika Serikat hanya menyebarkan prasangka, kebohongan, dan virus politik.
Hal itu disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian saat menjawab pertanyaan media dalam konferensi pers. Zhao Lijian menanggapi tudingan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo yang mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Fox News dia mengecam Tiongkok atas berbagai isu.
- Baca juga: Laut China Selatan Memanas, Tiongkok Sebut Akibat Provokasi AS
“Karena prasangka ideologis dan kepentingan politik, Pompeo berulang kali menstigmatisasi dan mendiskreditkan Tiongkok, membesar-besarkan apa yang disebut ‘ancaman Tiongkok’, mengarang dan menyebarkan kebohongan dan virus politik terhadap Tiongkok,” sebutnya dalam keterangan resmi Kemenlu Tiongkok, Selasa (13/10).
“AS telah menjadi penyebar informasi palsu, pencipta kebohongan, dan penghasut kebencian. Tindakannya (Pompeo) hanya akan merusak citra dan kepentingan nasional Amerika Serikat,” tegasnya.
Menurut Zhao Lijian, Tiongkok menganut lima prinsip hidup berdampingan secara damai dan tidak pernah mencampuri urusan internal negara lain. Dia mengklaim menjunjung multilateralisme dan berkomitmen untuk memelihara sistem internasional dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai intinya dan tatanan internasional berdasarkan hukum internasional.
“Kami mematuhi aturan hukum dan telah bergabung dengan hampir semua organisasi internasional antarpemerintah dan konvensi internasional. Kami menentang penindasan dan menganjurkan dialog daripada konflik, konsultasi bukan intimidasi dan hasil yang saling menguntungkan daripada permainan zero-sum. Kami selalu menjadi penjaga setia keadilan dan keadilan internasional,” jelasnya.
“Siapa yang menabur perpecahan di seluruh dunia dan siapa ancaman nyata bagi dunia? Saya yakin komunitas internasional akan mencapai kesimpulan yang adil,” imbuhnya.
Dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19, Tiongkok disebutnya telah memberikan bantuan kepada lebih dari 150 negara dan wilayah, bergabung dengan COVAX, dan secara aktif mendukung peran krusial WHO dalam memerangi pandemi. Justru dia mengatakan Amerika Serikat malah menarik diri dari WHO dan memberikan suara menentang resolusi Covid-19 di Majelis Umum PBB.
“Mereka memilih untuk berdiri di sisi berlawanan dari 169 negara dengan secara terbuka mencemooh kerja sama internasional melawan pandemi,” tegasnya.
Untuk memenuhi tantangan risiko keamanan data dan berkontribusi dalam meningkatkan tata kelola digital global, Tiongkok telah mengedepankan inisiatif global tentang keamanan data. Pemerintah Tiongkok, lanjutnya, tidak pernah meminta perusahaan Tiongkok untuk memasang pintu belakang dan memberikan data luar negeri kepada pemerintah.
Dalam menghadapi perubahan iklim global, Tiongkok mengklaim telah mengumumkan bahwa emisi karbon dioksida akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Amerika Serikat justru belum meratifikasi protokol Kyoto, menarik diri dari perjanjian Paris dan membuang sejumlah besar sampah ke negara berkembang.
“Kapan tunggakan besar Amerika Serikat untuk fasilitas lingkungan global dan kontribusi yang seharusnya dibayarkan kepada UNFCCC? Amerika Serikat berutang penjelasan kepada komunitas internasional,” tutupnya.
Comment