KalbarOnline.com – Hasil tes Covid-19 keluar dalam 24 jam, atau bahkan lebih cepat. Hotel telah diubah menjadi pusat karantina. Para ilmuwan berlomba untuk mengembangkan ventilator mutakhir dan berharga murah.
Itu semua bukan respons pandemi Covid-19 di Korea Selatan, Selandia Baru, atau negara lain yang dianggap sebagai model keberhasilan dalam penanggulangan pandemi Covid-19.
Itu adalah respons Senegal terhadap wabah Covid-19. Negara Afrika barat dengan sistem perawatan kesehatan yang rapuh, kelangkaan tempat tidur rumah sakit, dan sekitar tujuh dokter untuk setiap 100.000 orang. Namun Senegal, dengan populasi 16 juta, telah menangani Covid-19 secara agresif dan sejauh ini efektif. Lebih dari enam bulan setelah pandemi, negara itu hanya memiliki 14.014 kasus dan 291 kematian. Sementara 10.037 pasien telah sembuh dan hanya ada 3.686 kasus aktif. Ini sesuai data terbaru dari Worldometers.
Senegal bahkan mengungguli Indonesia dalam hal penanganan Covid-19. Senegal dan Indonesia sama-sama mengonfirmasi kasus pertama pada awal Maret 2020. Namun, bandingkan data terakhir kasus Covid-19. Indonesia per Selasa (8/9) telah menembus angka 200.035 kasus positif. Angka kematian mencapai 8.230 jiwa. Bahkan, per Selasa (8/9) ada penambahan 100 pasien meninggal hanya dalam 24 jam. Sebanyak 142.958 pasien telah sembuh, sehingga kasus aktif 48.847 pasien.
“Anda melihat Senegal bergerak di semua lini mengikuti sains, bertindak cepat, komunikasi yang baik, dan kemudian memikirkan inovasi,” beber Judd Devermont, Direktur Program Pusat Kajian Strategis dan Internasional untuk Afrika seperti dilansir USA Today.
“Senegal layak berada di jajaran negara yang telah menanggapi krisis ini dengan baik, bahkan mengingat basis sumber dayanya yang rendah,” imbuh Devermont.
Senegal bahkan menempati posisi nomor 2 dalam analisis terbaru tentang bagaimana 36 negara telah menangani pandemi Covid-19. Amerika Serikat sebagai negara adikuasa dengan banyak orang pintar dan teknologi mutakhir, berada di posisi paling bawah yakni posisi 31 dari 36 negara yang diteliti oleh majalah Foreign Policy. Ini mencakup negara-negara kaya, berpenghasilan menengah, dan berkembang.
Senegal mendapatkan nilai tertinggi untuk kesiapsiagaan dan ketergantungan pada fakta dan sains. Sementara AS merespons terkait kesehatan masyarakat yang buruk, pengujian terbatas, dan kekurangan lainnya.
Devermont dan pakar lainnya mengatakan keberhasilan Senegal tak lepas dari kombinasi tindakan cepat, komunikasi yang jelas, dan pengalamannya selama wabah Ebola 2014.
Senegal langsung merespons cepat ketika kasus pertama ditemukan pada awal Maret 2020. “Pengujian cepat dan dapat diandalkan, semua hasilnya negatif,” kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat mengumumkan wabah di Senegal beberapa bulan kemudian. “Dengan wabah yang menular cepat, Senegal telah mempersiapkan diri dengan baik, rencana yang terperinci, dan langkah yang tepat pada awal Maret,” imbuh WHO.
Bahkan, jauh sebelum virus Korona masuk ke Senegal, negara tersebut sudah melakukan antisipasi. Dr. Abdoulaye Bousso, Direktur Pusat Operasi Darurat Kesehatan Senegal, mengatakan bahwa pemerintah mulai menyusun rencana darurat setelah WHO mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat internasional pada 30 Januari 2020. Padahal, Covid-19 saat itu belum ditemukan di Senegal.
Comment