Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Jumat, 09 Oktober 2020 |
KalbarOnline.com – Sejumlah pakar terus mendorong agar hubungan panas antara Tiongkok dan Amerika Serikat bisa mereda. Mereka berharap bisa terjadi perdamaian antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut. Masing-masing pihak diminta untuk bisa menahan diri alias tidak menunjukkan ego sendiri-sendiri.
“Tiongkok harus berhenti dalam peperangan ideologis dengan AS,” ungkap salah satu pakar hubungan internasional Tiongkok, Yan Xuetong, seperti dilansir dari South China Morning Post.
Menurutnya, menjauhkan ideologi perselisihan dapat membantu menghindari perang berkelanjutan. Dia menilai diplomat dan pejabat Tiongkok harus memiliki kesadaran untuk menghormati sistem politik negara lain. “Hormati sistem politik negara lain dan pejabat Tiongkok dilarang untuk sombong,” katanya.
Yan Xuetong yang juga menjabat sebagai dekan di Universitas Tsinghua di Beijing itu juga mengulasnya dalam sebuah artikel yang diterbitkan Quarterly Journal of International Politics. Dia menjelaskan ada lebih dari 200 entitas politik di dunia dan hanya sejumlah kecil yang memiliki ideologi dan sistem politik yang sama dengan Tiongkok.
“Jadi, menghindari pertengkaran ideologis dengan negara mana pun akan membawa lebih banyak keuntungan daripada kerugian,” jelas Yan.
Yan mengatakan bahwa Tiongkok dapat mengambil manfaat dari menghindari konfrontasi semacam itu karena sebagian besar negara memiliki sistem politik yang mirip dengan AS. Pada masa lalu, Tiongkok telah diuntungkan dengan mengecilkan perdebatan ideologi karena mengurangi hambatan bagi kerja sama internasional dan membantu menjaga hubungan yang stabil dengan negara-negara yang telah mengalami pergantian rezim seperti Rusia usai bubarnya Uni Soviet.
“Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet sangat melibatkan dukungan pemerintah yang berpikiran sama di negara pihak ketiga dan terlibat dalam perang proksi Menjaga persaingan Tiongkok-AS keluar dari bidang ideologis dapat membantu menghindari perang proksi berdasarkan perbedaan ideologis,” sebutnya.
Persaingan AS-Tiongkok dimulai dengan perang dagang. Saat ini meluas ke sejumlah bidang termasuk ideologi dan memicu perbandingan dengan Perang Dingin.
KalbarOnline.com – Sejumlah pakar terus mendorong agar hubungan panas antara Tiongkok dan Amerika Serikat bisa mereda. Mereka berharap bisa terjadi perdamaian antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut. Masing-masing pihak diminta untuk bisa menahan diri alias tidak menunjukkan ego sendiri-sendiri.
“Tiongkok harus berhenti dalam peperangan ideologis dengan AS,” ungkap salah satu pakar hubungan internasional Tiongkok, Yan Xuetong, seperti dilansir dari South China Morning Post.
Menurutnya, menjauhkan ideologi perselisihan dapat membantu menghindari perang berkelanjutan. Dia menilai diplomat dan pejabat Tiongkok harus memiliki kesadaran untuk menghormati sistem politik negara lain. “Hormati sistem politik negara lain dan pejabat Tiongkok dilarang untuk sombong,” katanya.
Yan Xuetong yang juga menjabat sebagai dekan di Universitas Tsinghua di Beijing itu juga mengulasnya dalam sebuah artikel yang diterbitkan Quarterly Journal of International Politics. Dia menjelaskan ada lebih dari 200 entitas politik di dunia dan hanya sejumlah kecil yang memiliki ideologi dan sistem politik yang sama dengan Tiongkok.
“Jadi, menghindari pertengkaran ideologis dengan negara mana pun akan membawa lebih banyak keuntungan daripada kerugian,” jelas Yan.
Yan mengatakan bahwa Tiongkok dapat mengambil manfaat dari menghindari konfrontasi semacam itu karena sebagian besar negara memiliki sistem politik yang mirip dengan AS. Pada masa lalu, Tiongkok telah diuntungkan dengan mengecilkan perdebatan ideologi karena mengurangi hambatan bagi kerja sama internasional dan membantu menjaga hubungan yang stabil dengan negara-negara yang telah mengalami pergantian rezim seperti Rusia usai bubarnya Uni Soviet.
“Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet sangat melibatkan dukungan pemerintah yang berpikiran sama di negara pihak ketiga dan terlibat dalam perang proksi Menjaga persaingan Tiongkok-AS keluar dari bidang ideologis dapat membantu menghindari perang proksi berdasarkan perbedaan ideologis,” sebutnya.
Persaingan AS-Tiongkok dimulai dengan perang dagang. Saat ini meluas ke sejumlah bidang termasuk ideologi dan memicu perbandingan dengan Perang Dingin.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini